Sejak diberlakukannya pembatasan sosial baik berskala kecil maupun besar, pendidikan bagi anak-anak bangsa harus dilaksanakan dari rumah masing-masing. Pendidikan dari rumah berarti peserta didik mengikuti pembelajaran dari guru melalui jaringan internet. Skema pembelajaran ini disebut skema pembelajaran dalam jaringan.
KETIDAKPASTIAN PENDIDIKAN
Pembelajaran dalam jaringan ini telah dilakukan di hampir seluruh wilayah dalam negara Indonesia. Namun, masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana cara melaksanakan pembelajaran berkualitas dalam jaringan sampai pada cara melaksanakan penilaian pembelajaran yang efektif. Pertanyaan-pertanyaan itu timbul dari berbagai kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa setelah melaksanakan pembelajaran daring.
Permasalahan-permasalahan ini menunjukkan adanya kerinduan akan pembelajaran tatap muka langsung. Pembelajaran yang efektif hanya bisa terjadi di dalam ruang kelas sekolah. Pembelajaran daring dinilai tidak bisa mengakomodasi prinsip-prinsip urgen pendidikan seperti pembentukan karakter  dan sebagainya. Sedangkan melalui pembelajaran tatap muka secara langsung, pembentukan karakter dapat langsung terjadi dan mudah dievaluasi.
Di tengah kerinduan ini, kebijakan pemerintah untuk memberlakukan pembatasan sosial terus berlanjut. Pelaku pendidikan dibawa kepada situasi ketidakpastian. Entah sampai kapan pendidikan idaman yang dilakukan dalam ruang kelas dapat kembali dijalankan. Para guru dan siswa seakan bergerak dalam kegelapan sambil menanti akhir dari masalah ini.
PENTINGNYA PENDIDIKAN DIGITAL
Di tengah ketidakpastian pendidikan yang dialami guru dan siswa, dunia sudah memasuki era 4.0. Era ini ditandai dengan digunakannya teknologi 4.0. Maka, keterampilan digital menjadi keterampilan yang harus dimiliki oleh para pekerja.
Pada saat yang sama, para siswa jaman ini tergolong dalam generasi Z. Generasi ini tidak asing dengan teknologi. Dunia mereka adalah dunia teknologi. Meski demikian, dunia digital bisa berdampak buruk jika digunakan secara salah. Arus informasi yang cepat dari berbagai pihak sulit dibendung dan bisa dengan mudah diterima siswa tanpa seleksi.
Situasi ini menuntut adanya penggabungan pendidikan sekolah dengan teknologi. Penggabungan ini bertujuan untuk membangun budaya digital yang sehat. Pendidikan berbasis digital akan membantu siswa memahami dunianya dengan lebih bertanggungjawab.
FASE ADAPTASI PENDIDIKAN DIGITAL 4.0
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menyebut pendidikan daring di tengah wabah covid-19 ini  sebagai fase adaptasi guru dan siswa dalam memasuki era pendidikan 4.0. Adaptasi ini mesti dilakukan dengan pertimbangan semakin berkembangnya kehidupan digital di Indonesia dan dunia.
Dalam fase ini, guru mempersiapkan diri untuk mengenal pendidikan 4.0 dengan mengenal dan menggunakan berbagai aplikasi yang bisa digunakan untuk pembelajaran pendidikan 4.0. Guru mengembangkan keterampilan digitalnya secara mandiri. Guru mengeksplor dan mencari tahu cara yang efektif dalam melaksanakan pembelajaran. Guru membangun budaya digital yang sehat.
Selain guru, melalui fase adaptasi ini, siswa diperkenalkan dengan budaya digital yang sehat. Siswa dilatih untuk menggunakan teknologi dan komunikasi untuk mempelajari ilmu yang penting untuk masa depannya. Kebiasaan bermain game atau mengakses informasi yang destruktif bisa dihilangkan secara perlahan.Â
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL
melton oematan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H