Mohon tunggu...
Imeldha Huang
Imeldha Huang Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar, Praktisi Pendidikan, Penikmat Seni dan Sastra

...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bos-ku, Saingan-ku, Teman-ku, Inspirasi-ku

21 Desember 2022   09:38 Diperbarui: 21 Desember 2022   09:51 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebut saja Mei, usianya sama denganku. 

Pertama kali aku mengenalnya dua puluhan tahun yang lalu, dia staff administrasi di tempatku bekerja. Tak berapa lama, dia menjadi manajer di divisi yang berbeda denganku, dan karena dia "orang dalam" maka banyak kemudahan yang didapat. Salah satu contoh yang sangat kelihatan, saat semua manajer harus bergantian menjadi pemimpin dalam diskusi umum, dia tidak pernah maju dengan alasan tidak berani, dan tak ada yang memaksanya, bahkan sengaja tidak memasukkannya dalam jadwal.

Saat usia kami belum 25 tahun, direktur divisiku berhenti dan board mengangkatnya sebagai direktur di tempatku bekerja. 

Aku? Shock!!! Tapi juga tidak heran karena dia "orang dalam", yang tanpa kompetensi yang cukup pun bisa menjadi pemimpin. Apakah iri? Ya! Bukan karena aku ingin jadi direktur, karena saat itu aku merasa masih sangat muda. Namun pengangkatannya membuatku berpikir, kalau hanya seperti itu standar menjadi seorang direktur, maka tentunya aku juga dengan semua prestasi dalam pekerjaanku sebagai manajer, maupun semua kreativitasku dalam menginisiasi dan menyelenggarakan berbagai kegiatan. Dia bahkan tak pernah mau terlibat di kepanitiaan apa pun! 

Waktu demi waktu berjalan, meski masih ada rasa tidak suka, kuterima keberadaannya apa adanya. Tapi kemudian, ada hal yang kutemukan, yang membuatku sadar, mengapa dia layak di posisi ini... Dia mau terus belajar dan dia mengayomi. Dia tidak pernah menyalahkan atau berlawanan dengan pola kerja yang ada, melainkan mengamati kemudian mengarahkan divisi ini sesuai dengan kekuatan dan kekurangan semua personilnya. 

Yang paling keren, dia mulai itu dengan memaksa diri untuk tersenyum. 

Ya... tersenyum. Awalnya aku melihat dia aneh sekali, kenapa tiba-tiba senyum terus menerus tanpa henti. Namun, lambat laun, aku menemukan itu sebagai default mode-nya. Ia menjadi lebih cantik, lebih menarik, lebih menyenangkan saat berbicara, dan tanpa terasa, dia menjadi sosok yang sama sekali berbeda dengan sebelum dia menjadi direktur. 

Dia berubah dari orang yang aku pandang sebelah mata, menjadi orang yang aku andalkan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun