Mohon tunggu...
Melsaanurf
Melsaanurf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

suka menulis apapun itu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terjemahan Legenda Sasakala Arca Domas dalam Bahasa Indonesia

7 Januari 2024   22:13 Diperbarui: 7 Januari 2024   22:22 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Raja berunding dengan Senapati Norogol, dan tiba-tiba diperintahkannya Wirakarta untuk melindungi halaman Barat. Tapi saat waktunya awal-awal berjaga, Norogol berpesan untuk menunggu perintah lagi. Wirakarta membungkuk di depan Raja dengan wajah kebingungan. Lalu selesai itu, Wirakarta pulang.

Sampai di rumahnya, Wirakarta tidak senang memanah sampai tidak suka makan dan minum. Hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. Di tengah malam dia bertafakur, doa yang luar biasa kepada para dewa agar Raja tidak ragu. Setelah melewatkan tujuh malam, perintah yang diharapkan tidak juga datang, Wirakarta kehilangan kesabaran. Kemudian menulis surat di atas daun lontar, ditulis dengan pisau kemudian dibungkusnya surat tersebut. Lalu Wirakarta memerintah orang kepercayaannya untuk menyampaikan surat itu. Surat tersebut ditujukan untuk Kan Santang di Banten. Setelah menerima surat tersebut, orang suruhan itu pergi cepat-cepat keluar dari Kerajaan Pajajaran. Orang pesuruh itu sudah tahu, bahwa di mana-mana di seluruh penjuru Pajajaran telah dijaga ketat oleh prajuri, prajurit Pajajaran yang memiliki senjata yang sama. Jika surat itu tertangkap, tentu saja dia akan ditangkap, majikannya yaitu Wirakarta juga pasti akan kesal. Mereka akan dianggap pengkhianat kerajaaan, akan dihukum, dan hukuman yang pasti adalah hukuman mati.

Tapi akhirnya, pesuruh itu bisa selamat sampai Banten, dan surat itupun telah dibaca oleh Kan Santang. Kean Santang sangat senang karena tahu surat tersebut dari Wirakarta. Apalagi setelah tahu isinya. Semuanya membuat hati Kean Santang senang. Surat itu berisikan bahwa para petinggi kerajaan Pajajaran, termasuk Prabu Siliwangi, curiga terhadap Wirakarta, sampai-sampai khawatir tentang konsekuensinya. "Maka dari itu", kata Wirakarta menutup surat itu. "Saya harap kamu bisa memberikan kepada saya beberapa saran". Diceritakan lagi kalau Wirakarta bertugas melindungi halaman-halaman Barat.

Kean Santang berkata dalam lubuk hatinya, "Rencana yang bagus ni, saya akan datang ke Pajajaran dengan melewati halaman barat terlebih dahulu. Sekarang halaman itu dijaga oleh saudaraku, maka akan cepat bagi saya untuk masuk." Di saat itu juga, Kean santang membalas surat itu. Wirakarta dibujuk untuk pergi ke Banten, dan akan mendapatkan hadiah dari Sultan: Sultan Banten.

Pada malam Ahad-Legi, Kean Santang dan lima ratus prajurit, tentu sudah berada di Pajajaran halaman Barat saat ayam baru berkokok sekali. Dan jika seseorang sudah mengetuk pintu, maka harus dibuka sesegera mungkin agar rakyat Banten bisa masuk ke keraton. Demikian isi surat balasan dari Kan Santang.

Singkat cerita, yang membawa surat telah kembali ke Pajajaran, dan surat tersebut telah dibuka oleh Wirakarta. Dia bingung, jantungnya berdegup kencang. Hatinya memikirkan sang Raja yang menjadi pemimpin, juga tanah air yang harus dipertahankan. Tapi di sisi lain dia memikirkan dirinya yang tidak aman, dan ingat kepada Kan Santang, saudaranya. Wirakarta tidak cepat mengambil keputusan.

Diceritakan bahwa di tengah malam yang tertulis di surat itu, Wirakarta sudah berada di balik pintu halaman. Ketika ayam berkokok sekali, seseorang mengetuk pintu. Lalu pintu dibuka perlahan, dan Kan Santang masuk perlahan diikuti oleh orang banyak. Saat itu cuaca sedang sangat dingin. Sebagian besar prajurit Pajajaran terlelap tidur dan hanya sedikit yang berjaga, mondar-mandir. Hal ini membuat prajurit Banten berhasil memasuki Kerajaan Pajajaran. Tidak sulit melewati penjaga itu.

Ketika musuh telah berhasil masuk dengan sempurna, para prajurit Pajajaran yang bangun membangunkan prajurit yang tertidur. Buru-Buru diangkatnya senjata tapi percuma, pasukan Banten sudah lebih dulu menghantam dan menyerbu prajurit tersebut. Perang terjadi, dan prajurit Pajajaran yang berhasil lari langsung menuju ke Senapati Norogol. Setelah mendapat pesan tersebut, Norogol segera pergi ke istana. Prabu Siliwangi dibangunkan dan disuruh melarikan diri ke timur karena mereka akan berperang di barat. Pasukan Pajajaran ditempatkan di tempat pertempuran paling depan, melawan pasukan Banten yang dapat menerobos kota. Meskipun sudah terbiasa dengan medan perang, pasukan Pajajaran merasa perlu mendengarkan instruksi Norogol.

Segera Raja melarikan diri bersama istri dan putranya keluar dari Kota Pakuan dan memasuki hutan. Para budak yang mengabdi kepada Siliwangi turut ikut. Seluruh istana tidak memandang kepada malam, meraka menuju cepat ke arah timur. Beberapa prajurit memilih untuk menemani istri-putra raja. Mereka melewati hutan lebat, yang kemudian pergi ke Gunung Cibodas.

Menjelang siang, rombongan orang Banten tiba, jumlahnya banyak dengan senjatanya yang lengkap. Mereka memerangi orang-orang di luar istana. Barangsiapa tidak mau menerima Islam, jangan berharap untuk hidup. Lalu perang senjatapun terjadi. Tidak sedikit masyarakat Pajajaran yang memeluk Islam pada waktu itu. Namun tidak sedikit juga orang yang lolos. Banyak dari mereka pergi ke hutan. Ada yang ikut serta dengan Prabu Siliwangi, ada juga yang berjalan sendirian. Kota Pajajaran mendadak sepi. Istana kosong. Hanya Senapati Norogol yang kuat, dia ingin mengetahui taktik musuh.

Kean Santang datang ke keraton, ia ingin menunjukkan keberaniannya. Begitu sampai, dia melihat Norogol yang tidak gentar dan tak mundur sejengkalpun, tanda seorang prajurit yang memilih untuk berperang. Bukan lawan sembarangan. Setelah itu, Kean Santang menyapa Norogol sambil berkata: "Saya punya tongkat dari Mekkah, akan saya tancapkan di tanah. Silakan cabut. Jika dapat tercabut, maka agama yang kamu anut adalah agama yang benar dan suci, tapi jika tidak, kamu harus mengikuti agama Islam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun