Ketika Anda menggunakan ChatGPT untuk menulis essai, misal, maka pastikan diri anda yang menguasai dengan sangat baik apa yang ingin Anda tulis. Ketika anda ingin menulis isu politik, maka tidak serta merta anda menggunakan Chat GPT untuk menulis semua tentang hal tersebut, karena ChatGPT sebagaimana canggihnya tetap memiliki mis dalam memberikan informasi. Ini pernah saya alami ketika menyuruh ChatGPT untuk menyelesaikan soal Tes Potensi Skolastik dan ternyata sebagian besar jawabannya adalah salah bahkan ngaco. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi sangat memiliki keterbatasan.
Dalam dunia kepenulisan sastra pun, Chat GPT memiliki banyak kekurangan terutama dalam membuat dialog antar tokoh untuk projek cerpen atau novel. Sehingga membuat cerita yang disajikan menjadi kaku dan tidak memiliki feel yang kuat untuk pembaca. Maka, jika Anda ingin menulis gunakanlah 90% rasa dan pemahaman Anda, lalu sisanya bisa menggunakan kecanggihan AI untuk memudahkan Anda dalam menulis.
Perbanyaklah mencari tahu dan jangan berhenti belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H