Mohon tunggu...
Melsaanurf
Melsaanurf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

suka menulis apapun itu

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel "Pagar Kawat Berduri" Karya Trisnojuwono

5 Mei 2023   23:32 Diperbarui: 5 Mei 2023   23:39 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

• Identitas Novel

Judul Buku: Pagar Kawat Berduri

Penulis: Trisnojuwono

Tebal Buku: 158 Halaman

Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya

Tahun Terbit: 1962

Edisi Digital: 2020

• Sinopsis

Novel ini berkisah tentang dua pemuda yang bernama Herman dan Toto. Mereka tertangkap oleh serdadu Belanda ketika sedang bersama para pedagang selundupan di desa Bedono, lalu dialihkan ke markas IVG Ambarawa untuk awal pemeriksaan.

Herman dan Toto adalah seorang pejuang Republik yang berkepentingan dengan markas besar di Jogja, tapi saat pemeriksaan mereka mengaku kalau mereka adalah seorang pelajar. Alih-alih dibebaskan, mereka malah di hajar habis-habisan karena identitas mereka dicurigai oleh serdadu Belanda. Setelah penyiksaan selesai mereka dipindahkan ke kamp berpagar kawat berduri di belakang penjara umum di Salatiga.

Di sana mereka bertemankan dengan para tahanan yang berbeda-beda latar belakang dan sebab mengapa bisa dimasukkan ke dalam kamp. Mereka juga bertemu Parman yang ternyata adalah orang yang mereka cari selama ini, teman berjuang.

Parman terkenal dengan tampan, pintar, serta bijak. Ia juga kerap bermain catur bersama Koenen yaitu kepala sel pagar kawat berduri tersebut.

Parman membuat rencana melarikan diri untuk Toto dan Herman. Ia selalu mengajak Herman dan Toto berdiskusi atau menukar ide untuk mereka melarikan diri. Mereka diam-diam suka membicarakan hal itu di kamar saat tengah malam. Dan saat waktunya tiba, Parman memutuskan agar Toto dan Herman melarikan diri. Mereka menyetujuinya sedang Parman tidak ikut.

Singkat cerita, Herman dan Toto pergi dengan arahan yang diberikan oleh Parman. Tapi sesaat kemudian terdengar suara tembakan yang membuat seisi kamp riuh, sedang Parman hanya bisa pasrah.

Toto tewas ditembak penjaga, sedangkan Herman berhasil menyelamatkan diri. Boy si pembantu Koenan memerintahkan untuk menembak mati Parman karena tau hal itu ada hubungannya dengan Parman. Dan Parman berhasil ditembak mati. Di kamarnya Koenan tak habis pikir terhadap orang yang dia percayai yautu Parman. Hal itu membuat Koenan kehilangan kepercayaan dan harga diri. Selang beberapa menit kemudian, suara pistol terdengar dari kamar Koenan. Koenan mati. Barulah tamat novel ini.

• Gaya Bahasa yang digunakan

Menggunakan kalimat tidak langsung, biasanya dalam novel terdapat tanda petik disetiap dialog tokohnya, tetapi dalam novel ini tidak menggunakan tanda petik. Novel ini menggunakan alur maju yaitu cerita terjadi secara runtun mulai dari awal hingga akhir. Novel ini juga menggunakan sudut pandang orang ketiga.

• Kelebihan Novel

Kelebihan dari novel ini dari segi alur cukup menarik. Konflik disajikan simpel yaitu seputar permasalah tahanan dengan para serdadu maupun dengan kehidupannya sendiri. Penokohan dideskripsikan dengan sangat baik dan dengan sedemikian rupa. Hal ini membuat saya sebagai pembaca sangat senang karena seolah-olah masuk ke dalam cerita tersebut juga mengambil peran. Amanat tersurat maupun tersirat dalam novel ini banyak sekali, antara lain yaitu:

 "ayahku suka main judi dan sering bertengkar dengan ibu. Kasihan ibu, kalau saja ayah tidak main judi tentu nasib keluarga kami lebih baik." ujar salah satu perempuan di sel.

"Orang tidak selalu bisa menang meskipun benar, kebenaran di kamp ini milik mereka.....Saya tahu, tentu juga kawan-kawan lain, bahwa saudara menghendaki perbaikan. Tapi kita jg mesti berani mundur untuk kemudian melangkah maju". Ujar Parman.

•Kekurangan Novel

Banyak kata-kata yang sulit dipahami untuk pembaca pemula karena menggunakan kata-kata sastra. Selain itu, novel ini juga terdapat banyak kata atau diksi yang salah seperti kekamp seharusnya ke kamp. diBatalyon seharusnya di Batalyon. Lalu ada juga kata lari menjadi laru. Dan masih banyak lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun