Mohon tunggu...
melo
melo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Naruto

12 Oktober 2018   08:39 Diperbarui: 12 Oktober 2018   08:55 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Channel Youtube Gameplayrj

Pengakuan Tentang Keberadaan

Dalam serial anime Jepang 'Naruto' diceritakan tentang seorang anak nakal, yang oleh masyarakat di desanya dianggap sebagai suatu aib yang harus dihindari. Dalam kesehariannya Naruto ini selalu dijauhi oleh teman-teman seusianya karena ia selalu menjahili orang-orang, terlebih orang yang mengacuhkannya. Hal ini dilakukannya dengan harapan agar ia bisa mendapatkan 'pengakuan tentang keberadaanya' yang justru mempunyai cita-cita menjadi Hokage (pemimimpin tertinggi di desanya). 

Berbicara tentang 'Mengakui keberadaan', merupakan suatu hal yang sebenarnya bukan saja hanya ada di serial anime Naruto. "menggakui Keberadaan' sebenarnya telah menjadi sebuah tujuan dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang selama ini. 

Dalam dunia pendidikan, orang belajar keras demi mendapat pengakuan keberadaannya dengan sebuah gelar pendidikan yang Ia raih, dalam dunia kerja orang berusaha bekerja sebaik mungkin demi mendapatkan pengakuan keberadaan dalam bentuk jabatan yang diterimanya, bahkan seorang preman juga berusaha keras menjadi kejam untuk mendapat pengakauan keberadaanya sebagai preman yang paling ditakuti di suatu daerah. Namun, yang menjadi pertanyaan tentang 'pengakuan keberadaan' ini adalah, untuk apakah sebenarnya 'pengakuan keberadaan' ini? apakah itu berguna bagi banyak orang?

Tentang untuk apa 'pengakuan tentang keberadaan' ini, di Indonesia sendiri banyak sekali anak muda yang saat ini sedang dalam proses untuk mendapatkan 'pengakuan tentang keberadaanya'. Walaupun pada kenyataannya proses mencari pengakuan keberadaan ini tidaklah semuanya positif. Banyak anak muda yang dengan caranya sendiri-sendiri sedang dan sudah berusaha keras untuk mendapatkan tujuan pribadinya yang telah menjadi impiannya. 

Di sekolah siswa-siswa dengan banyaknya kegiatan belajar mengajar, berusaha belajar untuk mendapatkan penilaian yang baik dari para guru dan akhirnya bisa menyelesaikan sekolah mereka. Di kampus, mahasiswa dengan sekuat tenaga mengerjakan tugas dari para dosen dengan mengerahkan segenap kemampuan mereka sehingga pada akhirnya mereka bisa menamatkan kuliah dan mencari pekerjaan.

Namun dalam kaitannya dengan anak muda sebagai pemilik peradaban ini, apakah 'pengakuan tentang keberadaan' ini berguna bagi banyak orang? ini merupakan sesuatu yang dalam pencapaianya butuh kesadaran dari diri sendiri sebagai seorang yang memiliki tempat tinggal, kesadaran sebagai seorang yang merasa memiliki peradaban, kesadaran sebagai seorang  yang peduli bukan hanya pada pencapaian pribadinya tetapi juga pada pencapaian kesejahteraan banyak orang di tempat ia berada, kesadaran untuk mau berkorban. 

Seperti Desa Konoha yang hancur oleh ulah akatsuki, mungkin seperti begitu juga keaadaan bangsa kita saat ini. Sebagai anak muda Indonesia bagaimana respon kita untuk Lombok dan Palu? Bisakah kita mengisi peran Naruto dalam hal ini menjadi "peduli".

Naruto adalah sorang anak yatim piatu yang dipelihara oleh pemerintah desa, kecerdasanya berada dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan teman-temannya, kehidupannya tidak teratur seperti teman-temannya yang masih mempunyai orang tua. Namun sebagai seorang anak yang lahir di desanya, ia sangat mencintai desanya dan selalu berusaha sekuat tenaga mengembangkan ilmunya yang sederhana dengan tujuan membawa kebahagiaan bagi semua orang di desanya meskipun ia sadar bahwa tidak semua orang menyukainya, ia bukan anak yang pintar, dan banyak orang tidak memperhatikannya.  

Dari kisah Naruto, sebagai pemuda-pemudi pemilik Indonesia, kita harusnya mulai bertanya kepada diri kita sendiri tentang apa yang sudah kita lakukan untuk negara ini. Saat dihadapkan dengan pertanyaan ini, kita mungkin akan berpikir dengan apa kita harus berbuat untuk membangun negara ini, karena kita bukan siapa-siapa. 

Disinilah kita harusnya sadar bahwa hanya dengan merasa sadar untuk memindahkan sampah di jalan ke tempat sampah saja kita telah mulai langkah merubah bangsa ini. Bukankah Naruto juga mulai berjuang dari ketidaksempurnaannya.

Jika coba kita bandingkan anak muda sekarang dengan anak muda pada zaman penjajahan, kita memang akan menemukan perbedaan yang sangat jauh tentang apa yang menjadi misi dan tujuanya, karena perbedaan waktu dan keaadan. 

Sebagian besar perjuangan dari anak muda sekarang adalah lebih untuk kesejahteraan, kebahagiaan, kesenangan dan kebahagiaanya sendiri, sedangkan perjuangan yang dilakukan  pemuda pada zaman penjajahan merupakan suatu bentuk perjuangan keras bukan hanya demi kepentingannya sendiri, dalam hal ini pemuda pada zaman penjajahan berusaha mendapatkan 'pengakuan tentang keberadaan' bukan hanya untuk dirinya tetapi bahkan demi seluruh masyarakat Indonesia yang bukan hanya untuk masa itu, tetapi juga untuk masyarakat pada masa selanjutnya.

Melihat kenyataan yang terjadi, bukanlah sesuatu yang salah bagi pemuda ketika dia lahir di zaman ini dimana ia tidak lagi berhadapan dengan para penjajah. Bukanlah suatu kesalahan ketika anak muda sekarang hanya fokus pada pencapaian kesenangan pribadinya sebagai usaha untuk mensejahterakan dirinya. Namun, saat kita mulai melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Kupang apakah kita selalu berpikir bahwa itu tugas pemerintah. 

Bagaimanapun, sebagai pemuda yang mempunyai peradabanya sendiri, kesejahteraaan seluruh rakyat pada masa sekarang mau tidak mau merupakan tanggung jawab yang harus diperhatikan oleh pemuda demi keberlangsungan negara Indonesia yang lebih baik.  

Pemuda memang seharusnya menjadi motor untuk sebuah gerakan memperbaiki kesalahan-kesalahan masiv yang dilakukan oleh pihak yang mementingkan kepentingannya. Maka dengan apa Pemuda turun kembali ke medan pertempuran dan memperjuangkan keberadaan dirinya dan tentu keberadaan kota kupang, bukan lagi dengan mengangkat senjata, bukan lagi dengan berpeperang melawan bangsa lain, tetapi dengan semangat merubah dirinya sendiri.

Melawan Diri Sendiri

Naruto di dunianya adalah anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata namun mempunyai tekad baja dan kemauan yang kuat, sehingga selalu mampu melampaui dirinya yang lemah dan mampu membawa perubahan di tengah dunia peperangan antara desa yang berseteru demi kepentingan politik, golongan, dan klan yang telah terjadi beratus-ratus tahun.

Dalam hubungannya dengan sebuah perubahan, Sama halnya dengan yang anak muda alami saat ini, kemiskinan, korupsi, kekurangan energi, perdagangan manusia, eksploitasi anak, dan masih banyak kasus lain adalah sejenis peperangan nyata yang ada di sekitar kita saat ini. Sebagai anak muda yang mencintai daerah dan masyarakatnya harusnya kita merasa terganggaggu dengan maraknya kasus-kasus diatas. 

Kita memang tidak serta-merta harus langsung turun dan memberantas semua itu layaknya yang dilakukan super hero di film-film. Kita tidak juga harus segera turun ke jalan mengadakan demo menuntut pemerintah memberantas kasus di atas, lalu apa yang harus kita perbuat? Melawan diri sendiri.

Sejatinya diri kita merupakan tempat tertampungnya segala bentuk negative dan juga positif. Dengan bernagai macam kemajuan teknologi saat ini, perubahan budaya, dan pola pikir masyarakat yang semakin berubah saat ini, kita benar-benar diuji untuk bertindak sebijaksana mungkin. 

Lalu bagaimana kita harusnya bertindak bijaksana, tentu saja dengan belajar. Belajar bukanlah harus selalu menghabiskan waktu di depan buku, bukan juga dengan selalu hadir di ruang kelas. 

Belajar dalam hal ini adalah kita selalu melihat kembali apa saja yang sudah kita perbuat dan berusaha memperbaikinya. Sebagai seorang yang suka menghabiskan waktu hanya untuk membicarakan kejelekan orang lain, bukankah kita harusnya bercermin bahwa kita pun selalu melakukan kesalahan, untuk kita yang selalu ingin hidup enak dan melakukan korupsi harusnya bercermin bahwa ketika ditangkap seluruh keluarga mungkin akan kena akibatnya. 

Kita memang akan selalu mengontrol diri kita sendiri karena memang kita adalah manusia yang bisa berpikir, namun sampai pada saatnya ketika pikiran kita yang justru membuat kita untuk tidak melakukan hal-hal sederhana seperti hanya membuang sampah pada tempat sampah, bukankah sulit melawan diri sendiri?

Siapa Yang Memilih Berubah

Kisah Naruto memanglah hanya sebuah kisah yang hanya menjadi kisah favorit bagi banyak anak di hampir seluruh dunia, seluruh konflik dan tantangan yang dialami dalam cerita memanglah hanya sebuah karya fiksi yang berhasil menarik perhatian anak-anak bahkan orang dewasa yang mengikuti kisah anime asal Jepang itu. 

Ketika kita kembali pada kenyataan, kita akan kembali melihat sebuah realita tentang Negara yang tak pernah selesai dengan masalah kebencanaan, kita masih akan berhadapan dengan negara yang yang krisis pada rasa cinta tanah air, kita masih menemukan permasalahan tentang kong kali kong para politisi busuk untuk merebut kekuasan demi kepentingan masing-masing. Maka dengan permasalahan yang itu-itu saja, siapakah pahlawan seperti Naruto yang akan datang dan memberikan perubahan pada negara ini? Pemuda -- pemudi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun