Mohon tunggu...
melo
melo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lamunan Tentang Adanya Kecerdasan yang Dilatih dalam Permainan Tradisional

11 Oktober 2018   16:13 Diperbarui: 11 Oktober 2018   17:31 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari banyaknya permainan tradisional yang pernah saya mainkan saat kecil saya memilih dua permainan yang biasa saya mainkan untuk menunjukan bagaimana sebenarnya jenis-jenis kecerdasan yang digagas Howard yang padahal terplikasikan dalam permainan tradisioal. Pertama, Ping kala ping adalah permaian yang umumnya dikenal dengan nama petak umpet. 

Permainan ini merupakan permainan yang biasa dimainkan sedikitnya oleh 2 orang, namun lebih menyenangkan jika dimainkan oleh 5-6 orang. Dalam permainan ini kita telah diuji kecepatan sejak awal saat menentukan siapa yang harus menjadi penjaga sedang yang lain bersembunyi. Jika kita terlambat kita harus bertugas sebagai penjaga sedang yang lain bersembunyi. 

Sebagai penjaga kita harus berusaha mencari teman yang bersembunyi dengan sabar dan penuh perhitungan. Sekalipun kita telah melihat teman kita kita harus dengan cepat menyentuh tiang atau teman yang dahulu menyentuh dan terbebas dari kemungkinan menjadi penjaga berikutnya. 

Menurut teori Howard dalam permainan ini kecerdasan yang diuji adalah: Kecerdasan musikal; karena biasanya menyanyikan lagu ping kala ping saat menentukan siapa yang jaga dan siapa yang sembunyi. Kecerdasan intrapersonal; saat melakukan permainan ini kita harus mengenal diri sendiri apa yang menjadi kelemahan kita contoh seperti gerak yang lamban, fisik yang lemah namun dalam permainan ini kita dipaksa oleh keadaan untuk mengatasi itu dengan berpikir cara mngatasinya. 

Kecerdasan Kinestik-jasmani; jelas jenis kecerdasan ini dilatih saat bermain ping kala ping karena dalam permainan ini kita melakukan banyak kegiatan fisik seperti lari, lompat, merunduk yang membuat tubuh terbiasa dalam mengekspresikan gagasan dari otak.

Kedua, Bermain Senjata dari batang pisang adalah permainan kampung yang sangat saya gemari. Permainan ini menuntut kita untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas kita untuk membuat sebuah mainan senjata dari bahan pisang. Setelah itu kita juga biasanya mulai melakoni peran seorang tentara dalam permainan ini. Jenis latihan kecerdasan yang paling tampak dalam permainan ini adalah kecerdasan Matematis-logis; dimana saat membuat senjata kita dilatih untuk meniru bentuk senjata asli sehingga perhitungan matematis digunakan dalam permainan ini. 

Dalam hal menyusun strategis juga kecerdasan matematis digunakan. Kemudian, Kecerdasan Visual-spasial dimana saat melakoni diri sebagai tentara kita dituntut untuk berimajinasi dan bertindak seperti tentara sebagaiman yang kita lihat di televisi atau seperti yang kit abaca atau kita dengar.

Dan masih dari sebelah warung yang saya singgahi ini, mulut yang melepuh karena kretek yang sudah jadi puntung itu menyadarkan saya bahwa memang permainan-permaian tradisional yang saya ingat diatas seperti telah mulai ditinggalkan. 

Jenis permainan video game seperti playstation, x-box, dan begitu beragam permainan di playstore atau google store seakan telah mengambil alih perhatian generasi zaman ini. Dari segi melatih kecerdasan yang bisa didapat dari permainan saya belum tahu mana yang lebih bagus, anda mungkin bisa lebih tahu dari saya.

Memang bukan salah teknologi yang berkembang jika beberapa yang dikatakan tradisional mulai dilupakan karena kita memang sudah hidup di zaman modern. Permainan-permainan seperti ping kala ping hanyalah dua jenis permainan yang telah banyak dilupakan bahkan di Kota Kupang ini. Dan sebenarnya saya juga percaya ada banyak permainan tradisonal lain di luar sana yang juga mulai berjalan menuju kata "dilupakan".

Saya mulai lagi menyalakan mesin kendaraan saya dan bergegas pulang, pikiran nostalgia tentang permainan tradisonal itu juga akhirnya saya bantah, toh itu hanya permainan, apa gunanya jika masih ada berjuta permainan lain yang diciptakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun