Mohon tunggu...
Suhu Ahok
Suhu Ahok Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suhu Ahok berasal dari Pontianak dan saat ini aktif sebagai praktisi untuk membantu sesama.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tradisi dalam Perayaan Imlek

20 Desember 2016   17:26 Diperbarui: 20 Desember 2016   19:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak era kepemimpinan Abdurrahman Wahid, perayaan Imlek bisa dirayakan seperti sekarang ini, pernak pernik Imlek juga sudah sangat mudah ditemui, perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek semakin meriah bahkan di beberapa wilayah, pusat pembelanjaan sudah ada yang dihiasi warna merah sebagai simbol perayaan Imlek.

Tetapi ada beberapa tradisi yang sudah turun-temurun dan hingga kini tetap dipertahankan dalam perayaan Imlek seperti dibawah ini  :

1. Membersihkan Rumah

Menyapu rumah berarti juga membersihkan rumah agar kotoran yang dianggap sebagai simbol kesialan disingkirkan, hingga tersedia ruang yang cukup untuk menampung keberuntungan. Setelah bersih, sapu dan sikat disimpan jauh dari jangkauan. Orang Tionghoa juga tidak diperbolehkan menyapu rumah saat hari pertama tahun baru karena itu artinya mengusir keberuntungan yang sudah hadir di rumah.

2. Wajib Memiliki Unsur Warna Merah

Menurut kepercayaan orang Tionghoa, nian atau sejenis makluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung akan keluar saat musim semi atau saat tahun baru Imlek. Kedatangan mereka pun dilanjutkan dengan mengganggu manusia, terutama anak kecil. Namun jangan khawatir. Menghias rumah, pakaian, dan aksesoris berwarna merah dapat mengusir nian karena ia takut dengan warna merah. Jadi, tidak heran kalau nuansa merah begitu jelas terlihat saat perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek ini.

3. Angpao

Bagi anak-anak dan orang yang masih lajang, Imlek berarti banjir uang karena orang tua atau mereka yang sudah menikah diwajibkan memberikan angpao (amplop merah). Angpao ini biasanya diisi dengan sejumlah uang di dalamnya dan umumnya berjumlah angka genap. Jumlahnya tidak harus besar kok, yang penting berupa uang kertas baru dan tidak berbentuk uang logam. Bagi-bagi angpao juga dipercaya makin memperlancar rejeki di kemudian hari.

4. Mempersiapkan Makanan

Kue keranjang dan jeruk juga menjadi ciri khas Hari Raya Imlek. Tidak hanya itu, saat Imlek juga menyajikan makanan di atas nampan berbentuk, segi 6, segi 8, atau bulat dengan isi yang beragam, seperti buah kering, biji-bijian, kacang-kacangan, dan permen. Beberapa orang juga menyiapkan makanan keberuntungan seperti mie yang tidak dipotong untuk melambangkan umur panjang, serta kue bola berbentuk uang Cina pada jaman dulu yang melambangkan kekayaan. Satu lagi, saat Imlek sangat disarankan untuk menghindari makan bubur karena bagi warga Tionghoa, bubur melambangkan kemiskinan.

5. Kembang Api

Kembang api merupakan salah satu pertunjukan yang sangat populer untuk memeriahkan Imlek, karena suara gaduhnya dipercaya membuat mahluk jahat nian ketakutan. Untuk itu, ketika merayakannya di rumah pastikan tetangga tidak merasa terganggu dengan suara berisik yang Anda ciptakan.

Imlek pun sangat identik dengan hujan. Bagi masyarakat Tionghoa di saat Imlek, hujan sepanjang perayaan Imlek dikaitkan dengan sumber rezeki, dengan turunnya hujan maka banyak rezeki yang berdatangan di muka bumi. Namun, yang sangat penting adalah menyambut Tahun Baru Imlek dengan cara membersihkan hati, menyucikan nurani, dan tekad berusaha lebih baik di tahun mendatang.

6. Tidak Boleh Membalik Ikan saat Menyantapnya

Menikmati ikan saat Imlek juga sangat unik. Ikan yang biasa disantap adalah bandeng. Kita tidak boleh membalik ikan untuk mengambil daging ikan pada bagian bawah. Ditambah lagi, kita tidak boleh menghabiskan ikan tersebut dan menyisakannya agar bisa dinikmati esok hari. Masyarakat Tionghoa percaya kalau kebiasaan ini merupakan lambang dari nilai surplus untuk tahun yang akan datang.

7. Mengunjungi Keluarga Besar

Tidak hanya lebaran, Imlek juga menjadi salah satu momen yang tepat untuk mengunjungi saudara agar tali persaudaraan tidak terputus. Tidak heran jika pada saat-saat tersebut banyak masyarakat dari etnis Tionghoa yang pulang kampung untuk merayakan Imlek bersama keluarga mereka.

Tradisi ini dari dulu hingga sekarang masih dijalanin dan merupakan budaya Tionghoa yang sangat perlu dilestarikan karena dari budayalah kita bisa mengenal asal mula suatu peradaban. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun