Mohon tunggu...
Mellysa_041
Mellysa_041 Mohon Tunggu... -

Mahasiswa FISKOM-Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bias Realita dalam Tayangan Mistis

19 September 2015   13:29 Diperbarui: 19 September 2015   13:29 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://blastmagazine.com/2015/03/11/one-genre-of-reality-tv-actually-delivers/

 

Televisi merupakan media massa yang menyajikan hiburan serta berbagai macam informasi bagi khalayak. Kehebatan televisi dalam memberikan berbagai tayangan baik hiburan maupun informasi tidak diragukan lagi. Televisi mampu memberikan tayangan hiburan maupun informasi tanpa memandang jarak, ruang, maupun waktu membuat televisi mendapat julukan sebagai “window of the world” (Unde, 2014) . adanya televisi memberikan gebrakan baru bagi para peminatnya.  Kemampuan televisi yang didukung dengan audio visual yang pastinya lebih menarik perhatian pemirsa dari pada radio yang hanya di dukung dengan audio saja. Peminat televisi sifatnya lebih heterogen dibandingkan dengan media massa lainnya. Hal ini dikarenakan televisi mampu merangkul semua golongan masyarakat tanpa memandang status sosialnya.

Televisi juga merupakan media massa yang mampu mempengaruhi pemikiran setiap orang yang melihatnya. Masyarakat cenderung akan menelan mentah-mentah setiap informasi yang diperolehnya dari tayangan televisi. Televisi memanglah media yang efektif untuk mengajarkan sesuatu yang baik bagi masyarakat, namun apabila disalahgunakan televisi dapat menjadi media yang ampuh dalam masyarakat untuk melakukan sesuatu demi tujuan tertentu. Pengaruh dari tayangan televisi akan dapat terlihat setelah masyarakat menerima pesan dari televisi, perbedaan apa yang terjadi pada masyarakat tersebut, seperti perubahan perilaku, sikap, atau bertambahnya wawasan pengetahuan.

Sekarang ini ada berbagai jenis tayangan yang ditayangkan di televisi. Namun tidak semua jenis tayangan di televisi ini menimbulkan rasa nyaman bagi khalayak. Ada beberapa jenis tayangan televisi yang justru menimbulkan kekhawatiran dalam diri khalayak karena persepsi yang salah terhadap suatu hal. Misalnya saja seperti tayangan mistis yang ada di televisi.

Lalu benarkah anggapan bahwa tayangan mistis itu sesuai dengan realitas sebenarnya?

Tayangan mistis merupakan tayangan televisi yang menayangkan hal-hal yang berbau gaib, klenik, atau hantu. Namun tayangan mistis ini belum tentu bisa diuji kebenarannya, karena bisa saja tayangan mistis ini merupakan imajinasi dari tim redaksi acara. Misalnya adegan kerasukan roh yang dipercaya sebagai penunggu atau penghuni tempat tersebut. Selain itu juga adegan sosok makhluk yang tertangkap kamera yang dipercaya sebagai makhluk halus. Dalam tayangan yang mengandung unsur mistis, harus benar-benar diperhatikan isi tayangannya. Jangan sampai memanipulasi atau menggunakan efek yang berlebihan sehingga terlalu mendramatisir suatu tayangan, terkhusus pada program factual (Husna, 2011). Karena hal ini dapat menimbulkan interpretasi yang salah. Sehingga akan menjadi berbahaya ketika suatu tim redaksi memproduksi sebuah tayangan televisi yang kebenarannya belum tentu terjadi namun dibuat sedemikian rupa hingga seolah-olah tayangan ini adalah kejadian nyata.

Sajian media mengenai tayangan mistis yang ditayangan secara terus menerus dapat mempersepsi masyarakat bahwa disuatu tempat atau lingkungan itu menakutkan karena terdapat hal yang berbau mistis seperti gaib, klenik, atau hantu. Hal ini sesuai dengan teori kultivasi dalam Tesis Gerbner, dkk. 1972, yang menyatakan akibat dari televisi melalui analisis kultivasi yang menunjukkan perubahan hasil persepsi tentang kenyataan yang terjadi setelah mengonsumsi sebuah tayangan televisi, dalam hal ini adalah tayangan mistis. Jika ditelusuri lebih jauh, realita yang sebenarnya belum tentu seperti apa yang dipersepsikan masyarakat setelah pandangannya terdoktrin tayangan mistis tersebut. Misalnya dalam tayangan mistis menampilkan tayangan tertangkapnya sosok makhluk halus di kamera, dan dalam tayangan tersebut disertakan pada pukul berapa sosok tersebut tertangkap kamera. Ternyata pada pukul 12 malam atau lebih atau tengah malam. Hal itu membuat persepsi pada masyarakat bahwa sosok makhluk halus akan muncul pada pukul 12 malam atau tengah malam. Dari persepsi ini akan menimbulkan rasa takut pada khalayak untuk melakukan aktivitas pada tengah malam. Contoh lain, ketika dalam tayangan mistis menampilkan adegan bahwa makhluk halus kerap kali muncul di kamar mandi, membuat khalayak yang menonton mempersepsi bahwa makhluk halus tersebut akan muncul di kamar mandi. Persepsi ini akan menimbulkan rasa takut ketika khalayak akan pergi ke kamar mandi setelah menonton tayangan mistis tersebut. Padahal apa yang dipersepsikan masyarakat berdasarkan apa yang dilihatnya dalam tayangan mistis belum tentu terjadi pada realita sebenarnya.  Televisi telah mendominasi lingkungan disekitar kita, dengan cara menggantikan pesan yang tidak sesuai dengan realitas sebenarnya baik pengalaman pribadi maupun kegiatan dunia lain. Dalam teori ini, Gerbner memisahkan antara penonton berat dan penonton ringan. Penonton berat merupakan penonton yang mempersepsi bahwa tayangan televisi merupakan realita sebenarnya. Sedangkan penonton ringan merupakan penonton tayangan televisi yang berdasarkan tingkat kebutuhannya. Disini penonton berat akan menunjukkan respon ketakutan yang berlebihan karena mempersepsi adanya hal-hal mistis di berbagai tempat, meskipun persepsi masyarakat belum tentu realita sebenarnya.

Dalam ulasan diatas membuat kita tahu bahwa tayangan mistis itu belum tentu sesuai dengan realitas sebenarnya. Karena disuatu tempat atau lokasi belum tentu terdapat hal-hal yang berbau mistis. Dari sini kita diajak untuk lebih jeli dalam mengkonsumsi informasi yang diterima serta mampu memberikan gambaran atau persepsi yang benar. Tidak hanya menelan mentah-mentah setiap informasi yang kita terima karena dapat memberikan persepsi yang salah.

 

 

 

Referensi

Unde, Andi Alimuddin. 2014. Televisi & Masyarakat Pluralistik. Jakarta: PRENADA.

Husna, Addin Akmalul, dkk. 2011. Dosa-Dosa Televisi. Yogyakarta: Broadcasting Center Ilmu Komunikasi UMY.

Syahputra, Iswandi. 2011. Rahasia Simulasi Mistik Televisi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

http://m.kompasiana.com/shem_tov75/aksi-dan-interaksi-hantu-hantu-di-televisi_54f80e67a3331127658b4a69

http://blastmagazine.com/2015/03/11/one-genre-of-reality-tv-actually-delivers/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun