Mohon tunggu...
Melly Ridya Putri Meiyori
Melly Ridya Putri Meiyori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Progressor

Education

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Keresahan Pemateri Judgemental

26 Februari 2022   20:46 Diperbarui: 26 Februari 2022   20:56 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Atas dasar apa pemateri langsung mengatakan bahwa peserta tersebut berlebihan karena nilainya turun dan itu menjadi permasalahan yang besar baginya? Padahal ia tidak pernah tahu bagaimana latar belakang dari peserta tersebut, lingkungan, ekspetasi dari keluarga dll.

Tidak semua orang memiliki mental sekuat kamu ketika menghadapi masalah. Kita tidak bisa menjustifikasi tingkat permasalahan besar orang lain dengan kacamata kita, tentunya akan berbeda. Menurut orang lain kecil, pastinya menurut anda tidak. Dan begitu sebaliknya.

Lalu apakah pantas kita menghakimi orang lain hanya karena menurut anda masalah anda jauh lebih besar dibandingkan orang-orang didunia ini?

Seolah-olah permasalahan yang ada didunia ini hanya anda saja yang berat, sedangkan yang lain biasa saja. Lalu apa yang akan anda dapatkan setelah anda membandingkan masalah anda dengan orang lain? Anda menjadi seseorang yang paling tersakiti kah didunia ini? Atau anda ingin validasi bahwa anda orang yang kuat dan hebat bisa hidup sampai saat ini?

Ada banyak permasalahan  : latar belakang, keluarga, lingkungan, tekanan, beban dan mental yang berbeda-beda. Jadi jangan hanya karena kamu memiliki masalah yang paling besar sampai hampir bunuh diri lalu membandingkannya dengan orang lain. Memangnya yang memiliki masalah berat hanya anda saja? dan yang pernah melakukan tindakan tersebut anda saja ? terlebih lagi apakah masalah-masalah besar tersebut yang berhasil melewati hanya anda saja ?

Silahkan anda membaca referensi dan sumber-sumber terkait kesehatan mental. Jangan sampai simpati dan empati anda hilang hanya karena ambisi eksistensi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun