Mohon tunggu...
CINDY CARLINA HIA
CINDY CARLINA HIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Potensi Utama

Politik dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suaka Permanen Edward Snowden di Rusia

13 Januari 2025   20:40 Diperbarui: 13 Januari 2025   20:33 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Edward Snowden merupakan seorang mantan kontraktor National Security Agency (NSA) asal Amerika Serikat, menjadi salah satu tokoh yang paling kontorversial di era digital Internasional, setelah Snowden membocorkan informasi rahasia Amerika Serikat pada tahun 2013 mengenai Program pengawasan massal pemerintah Amerika Serikat. Kebocoran data ini mengungkapkan beberapa praktik pengawasan yang dianggap sangat melanggar privasi individu dan Hak Asasi Manusia (HAM).

            Setelah membocorkan data rahasia tersebut, Snowden melarikan diri ke Hong Kong dan pada tahun 2020, Snowden mendapatkan suaka oleh pemerintah Rusia yang mendapatkan reaksi di tingkat internasional atas langkah yang diambil pemerintah Rusia tersebut.

            Keputusan Rusia yang memberikan suaka ini kepada Snowden dianggap sebgai cerminan sikap politik yang kompleks serta tantangan dalam isu keamanan siber. Dalam konteks ini, kebocorandata bukan hanya sekedar pelanggaran hukum internasional, namun juga menciptakan dampak yang luas terhadap hubungan internasional dan juga kebijakan keamanan siber internasional.

            Tindakan ini memicu perdebatan yang mendalam antara para akademisi, politisi, dan juga masyarakat umum mengenai privasi, kebebasan individu, dan juga batasan kekuasaan negara.. Disisi lain sebagaian warga Amerika Serikat memandang Snowden sebagai pahlawan pembela demokrasi dan menganggap bahwa pemgungkapan informasi tentang cara pemerintah memata-matai warganya merupakan tindakan yang berani dan perlu dilindungi hak-hak konstitusionalnya.

            Namun, disisi lain sebagian besar warga Amerika Serikat menganggap Snowden sebagai pengkhianat negara, dan berpendapat bahwa pembocoran informasi rahasia telah membahayakan keamanan nasional dan merusak kemampuan Amerika Serikat dalam melawan terorisme.

            Lantas Apa yang melatarbelakangi Snowden dalam membocorkan data Pemerintah  Amerika Serikat, Serta mengapa Pemerintah Rusia memberikan suaka kepada Snowden? dan apa pula dampak yang diakibatkan oleh keputusan Rusia ini terhadap isu keamanan siber dan Hubungan Internasional?

Reaksi Rusia Terhadap Aksi Pembocoran Data Oleh Edward Snowden

          Pembocoran data yang dilakukan oleh Edward Snowden terjadi pada tahun 2013, yang dimana Snowden membocorkan data informasi mengenai adanya program pengawasan National Security Agency (NSA) yang bernama Planning Tool for Resource Integration, Synchronization, and Management (PRISM). Program ini merupakan pusat pemerintah Amerika Serikat dalam mengumpulkan data komunikasi dari perusahaan teknologi besar tanpa persetujuan pengguna.

            Dari Sudut Pandang negara Rusia, kebocoran ini dijadikan sebagai pengungkapan praktik-praktik pengawasan yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Rusia berpendapat bahwa tindakan Snowden ini menunjukkan bahwa negra-negara besar bisa saja menyalahgunakan teknologi untuk mengawasi masyarakatnya, dag menganggap bahwa tindakan Snowden ini sebagai tindakan melawan ketidakadilan.

            Rusia juga menganggap bahwa kebocoran informasi tersebut menyoroti kerentanan dalam sistem pengawasan yang diberlakukan di Amerika Serikat, dan mengatakan bahwa dari kasus Snowden ini Amerika Serikat harus mulai mendiskusikan pentingnya perlindungan data dan privasi, serta danyanya pembentukan norma internasional yang lebih ketat dalam hal pegawasan dan perlindungan individu.

Pemberian Suaka Rusia Terhadap Edward Snowden Dari Perspektif Teori Konstruktivisme

            Pemerintah Rusia memberikan kewarganegaraan permanen kepada Snowden sebagai bentuk perlindungan terhadap individu yang dianggapnya sebagai pahlawan. Keputusan ini mencerminkan sikap Rusia untuk melindungi kebebasan berbicara dan hak asasi manusia. Dalam pandangan Rusia, memberikan suaka kepada Snowden adalah tindakan yang menunjukkan bahwa negara tersebut menghargai individu yang berani melawan pengawasan pemerintah yang berlebihan.

            Dalam kerangka teori konstruktivisme, Rusia berupaya membangun citra sebagai negara yang mendukung hak asasi manusia dan kebebasan individu yang mencerminkan adanya upaya yang strategis dalam memposisikan diri sebagai kekuatan tandingan terhadap hegemoni Amerika Serikat. Selain itu, Rusia tidak hanya melindungi Snowden, tetapi juga berusaha menarik dukungan dari individu dan kelompok yang mendorong transparansi dalam pemerintahan.

            Dalam kasus ini, Rusia ingin menunjukkan bahwa ada alternatif terhadap model pengawasan yang diterapkan oleh negara-negara Barat dengan memberlakukan reinterpreasi strategis terhadap norma-norma internasioanl seperti Hak Asasi Manusia dan kebebasan berbicara dan kemudian membangun legistimasi internasional dan mengkritik praktik surveilance Amerika Serikat.

            Kemudian, Rusia Membentuk narasi tandingan melalui perlindungan terhadap Snowden. Narasi ini  menantang pemahaman dominan tentang keamanan nasional negara, sekaligus, mempertanyakan tentang adanya standar ganda dalam penerapan nilai-nilai demokrasi oleh negara-negara Barat.

            Keputusan Rusia ini dianggap bukan sekedar tindakan pemberian suaka semata, melainkan adanya cerminan dari kompleksitas hubungan internasional di era digital, dimana isu-isu seperti surveilance, privasi, dan kedaulatan digital menjadi arena baru dalam kontestasi politik global.

Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum Internasional

            Dalam konteks keamanan siber, teori keamanan tradisional sering kali berfokus pada ancaman yang berasal dari negara lain, tetapi kasus Snowden menyoroti dimensi baru dalam keamanan siber, yaitu ancaman yang berasal dari dalam negeri. Rusia melihat tindakan Snowden sebagai pengingat bahwa pengawasan yang berlebihan dapat merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada ketidakstabilan sosial.

            Keputusan Rusia untuk memberikan kewarganegaraan kepada Snowden juga memberikan peluang untuk mendiskusikan norma-norma baru dalam keamanan siber, yang dimana Rusia berupaya menggali isu-isu yang berkaitan dengan privasi dan pengawasan, serta menggunakan kedaulatannya untuk memberikan perlindungan.

            Dengan ketidakadaan perjanjian ekstradisi antara kedua negara, ditambah dengan perbedaan interpretasi tentang status hukum Snowden dan menciptakan situasi yang kompleks dalam penegakan hukum internasional terkait kejahatan siber. Kasus ini juga menggarisbawahi bahwa adanya kesenjangan dalam hukum internasional mengenai definisi dan penanganan kejahatan siber, terutama ketika bersinggungan dengan isu whistleblowing.

            Pembocoran data rahasia yang dilakukan oleh Edward Snowden berdampak signifikan pada hubungan Amerika Serikat dengan mitra internasionalnya dengan hilangnya kepercayaan mitra sehingga menimbulkan kecurigaan dan mengurangi keyakinan terhadap komitmen Amerika Serikat dalam melindungi privasi. Bocornya informasi rahasia juga dapat menghambat kerjasama internasional dalam isu keamanan siber dan itelejen, yang berdampak pada meningkatnya ancaman keamanan global.

            Alasan Rusia memberikan suaka juga dipengaruhi oleh adanya faktor kepentingan “geopolitik” yang memanfaatkan Snowden sebagai “senjata untuk mngkritik dan memperlemah posisi Amerika Serikat di kancah internaisonal, dan juga suaka ini dipandang sebagai upaya Rusia untuk membangun citra sebagai negara yang melindungi individu yang melawan praktik-praktik tidak etis oleh pemerintah Amerika Serikat yang sejalan dengan nilai-nilai ideologis Rusia yang menekankan perlawanan terhadap hegemoni Amerika Serikat.

            Sehingga Keputusan Rusia untuk memberikan kewarganegaraan permanen kepada Edward Snowden menimbulkan perdebatan yang kompleks terkait keamanan siber, privasi, dan hak asasi manusia. Kebocoran data yang dilakukan oleh Snowden telah membuka diskusi penting mengenai batasan pengawasan pemerintah dan perlindungan privasi individu di era digital.

            Meskipun pandangan terhadap tindakan Snowden berbeda-beda, dampak dari keputusan ini terhadap kebijakan keamanan siber dan hubungan internasional sangat nyata. Dalam konteks ini, isu keamanan siber terus menjadi relevan, dengan tantangan baru yang muncul seiring perkembangan teknologi.

Reference

 

            Boehm, F. (2013). "The Legal Implications of Edward Snowden's Leaks." Harvard International Review.

            Cohn, J. (2016). "The Ethics of Whistleblowing: A Case Study of Edward Snowden." Ethics and International Affairs.

            Goldsmith, J. (2015). "The Future of Privacy in a Surveillance State." The New Yorker.

            Greenwald, G. (2014). No Place to Hide: Edward Snowden, the NSA, and the U.S. Surveillance State. Metropolitan Books.

            Kahn, J. (2014). "The Impact of Edward Snowden on Cybersecurity Policy." Journal of Cyber Policy.

            Lyon, D. (2015). Surveillance after Snowden. Polity Press.

            MacAskill, E. (2014). "Edward Snowden: The Whistleblower Behind the NSA Surveillance Revelations." The Guardian.

            Nissenbaum, H. (2011). Privacy in Context: Technology, Policy, and the Integrity of Social Life. Stanford University Press.

            O'Keefe, K. (2016). "The Political Ramifications of Edward Snowden's Asylum." Foreign Affairs.

            Pomerantsev, P. (2014). "Edward Snowden: The Man Who Knew Too Much." The Atlantic.

            Revel, J. (2016). The Snowden Files: The Inside Story of the World’s Most Wanted Man. Penguin Books.

            Risen, J. (2015). Pay Any Price: Greed, Power, and Endless War. Houghton Mifflin Harcourt.

            Snowden, E. (2019). Permanent Record. Metropolitan Books.

            Trew, B. (2020). "Edward Snowden Granted Permanent Residency in Russia." The Independent.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun