Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena imbas pandemik Covid-19 yang terjadi diseluruh dunia. Covid-19 merupakan corona virus jenis baru (SARS-CoV-2). Virus yang menyerang saluran pernapasan pada manusia mulai dari batuk, pilek, demam hingga yang lebih serius. Virus  ini melanda dunia sejak  akhir tahun 2019 dan pertama kali ditemukan di wuhan China. Indonesia mengumumkan Covid-19 masuk ke wilayah Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020.
Penyebaran dan penularan virus yang cukup besar dan mengalami kenaikan yang signifkan membuat kesehatan masyarakat dunia terancam. Namun demikian, tidak hanya di bidang kesehatan saja yang terancam, seluruh sektor dan bidang kehidupan ikut terancam karena pembatasan aktivitas sehari-hari.
Sudah satu tahun Indonesia dilanda pandemik Covid-19 membuat pemerintah di berbagai negara mengambil sikap tegas untuk memutus rantai penularan Covid-19 ini. Begitupun dengan bidang pendidikan dan ekonomi. Pemerintah mengeluarkan beberapa himbauan publik, mulai dari Social Distancing, Wrok From Home, Hingga Pembelajaran Daring.
Saat ini Indonesia sedang menetapkan aturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) guna menekan lonjakan kasus Covid-19. Baru-baru ini, pemerintah memutuskan untuk menetapkan PPKM darurat yang berlaku mulai dari tanggal 03 Juli-2 Agustus 2021. Pelaksanaanya dilakukan di kabupaten/kota di Jawa dan Bali, bahkan yang wilayah luar Jawa-Bali yang turut memberlakukan PPKM.
Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai berlaku di beberapa wilayah di Indonesia pada senin, 16 Maret 2020.
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada dirumah. Solusinya, guru mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media online. Hal ini sesuai dengan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corana Virus Disease (COVID-19).
Tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk beberapa sekolah di tiap-tiap daerah dan jauh dari kata efektif. Sekolah-sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana membutuhkan penunjang fasilitas pembelajaran daring seperti handphone, laptop/computer dan akses internet. Banyak tenaga pengajar dan siswa merasa kesulitan selama proses pembelajaran daring dilaksanakan. Ketidaksediaan fasilitas menjadi hambatan paling banyak ditemukan dalam proses pembelajaran ini. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan media online internet tentu siswa harus memiliki handphone/PC untuk bisa mengakses materi yang diberikan.
Sama halnya yang terjadi di salah satu desa di kabupaten Brebes tempat KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswi Universitas Pendidikan (UPI) Melly Febriani tepatnya di SD Negeri Ketanggungan 03 yang beralamat di desa ketanggungan kecamatan ketanggungan kabupaten Brebes. Dengan adanya kenaikan kasus Covid -19 pembelajaran di SD Negeri Ketanggungan 03 untuk tahun ajaran baru 2021/2022 kembali dilaksanakan secara daring. Hal ini membuat para guru dan orang tua siswa kecewa karena pembelajaran tidak dapat dilaksanakan seperti yang sebelumnya sudah direncanakan.
"Pembelajaran Daring banyak sekali kendalanya, mulai dari banyaknya siswa yang tidak memiliki HP, yang memiliki HP pun banyak yang belum bisa mengoperasikannya dengan baik, keterbatasan kuota, jaringan tidak stabil dan kurangnya motivasi belajar siswa  membuat penyampaian materi guru ke siswa tidak bisa maksimal". Kata wali kelas 6 SDN Ketanggungan 03.
Beliau menambahkan. "Tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan dengan pembelajaran daring, banyak orang tua yang kesulitan mendampingi anaknya belajar karena harus bekerja sehingga anak menjadi malas dan kehilangan motivasi dibandingkan pada saat belajar tatap muka secara langsung seperti sebelumnya".
"Pembelajaran yang dilakukan secara daring biasanya menggunakan WhatsApp Group, tetapi tetap saja yang merespon hanya sedikit karena ada beberapa siswa yang tidak mempunyai HP sendiri, ada yang memakai HP orang tua atau sanak saudara. Sehingga ketika ada pembelajaran dan tugas, beberapa siswa tidak bisa langsung merespon". Sambung Wali Kelas 4 SDN Ketanggungan 03
Kendala yang dialami oleh siswa diantaranya:
Keterbatasan fasilitasÂ
Banyak dari guru mengeluhkan merasa kesulitan untuk bisa berinteraksi dengan siswanya. Dalam pembelajaran daring, tidak semua anak sama dalam hal kepemilikan fasilitas mengingat keadaan ekonomi di Indonesia yang beragam. Tentu saja ini menjadi kendala yang besar. Bagaimana siswa bisa mengikuti pembelajaran daring jika handphone saja tidak punya. Selain itu, jika pun mereka punya handphone, keterbatasan kuota juga menjadi kendalanya. Berbeda hal nya jika mereka belajar langsung secara tatap muka.
Jaringan Tidak StabilÂ
Keberadaan fasilitas jaringan yang tidak stabil merupakan hal yang paling utama dalam sistem pembelajaran daring, karena berkaitan dengan kelancaran proses pembelajaran.
Kesulitan Memahami Materi
Pembelajaran yang dilakukan secara online membuat siswa kesulitan memahami materi yang diberikan. Seperti mereka tidak bisa bertanya secara langsung dan lebih jelas akibat beberapa kendala sebelumnya seperti kuota, jaringan dan lain sebagainya.
Banyak Gangguan
Pembelajaran yang dilakukan secara daring memiliki kelebihan seperti bisa diakses dimana saja dan kapan saja ini dinilai kurang efektif, hal ini dikarenakan adanya gangguan yang tidak kondusif sehingga sulit untuk bisa fokus terhadap materi yang disampaikan.
Selain itu, hal yang sama juga dirasakan oleh tenaga pengajar. Banyak tenaga pengajar yang mengemukakan bahwa mereka tidak bisa memberikan materi secara maksimal selama pembelajaran daring ini, mulai dari minimnya fasilitas dan kompetensi tenaga pengajar hingga para siswa kehilangan motivasi dan semangat untuk belajar. Siswa dinilai terlalu santai dan menyepelekan untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini ditandai dengan kurangnya antusias siswa ketika guru memberikan materi melalui WA Group hanya beberapa siswa saja yang membaca dan membukanya. Pengerjaan tugas pun dinilai tidak disiplin waktu, pengerjaan siswa bisa memakan waktu 3-7 hari yang mana seharusnya tugas itu bisa di selesaikan dalam waktu 1 hari. Perlu adanya kesadaran dari para siswa untuk melaksanakan pembelajaran daring sesuai dengan waktu dan aturan yang diberikan oleh guru masing-masing.
Menurut penulis dengan adanya pandemik global ini kita dapat mengambil hikmah, bahwa kegiatan belajar mengajar secara langsung tidak dapat tergantikan oleh apapun. Para guru, siswa dan orang tua mengaharapkan pandemi ini cepat berakhir agar pembelajaran bisa dilakukan secara langsung dan pembelajaran bisa lebih bermakna dan efektif serta tujuan pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan kurikulum.
Sehubungan dengan permasalahan yang ada, perlu adanya solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi kendala tersebut. Seorang pendidik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam mengajar. Â Seorang pendidik harus memikirkan strategi yang jelas dan tepat, rencana dan harapan-harapan yang akan sulit dicapai. Di tengah keterbatasan ini, pendidik harus mampu berinovasi dalam pembelajaran misalnya membuat materi yang mudah diakses melalui media ICT (Information Communication Technology) seperti video, Power Point interaktif, google classroom, zoom meeting, google meet, atau aplikasi WhatsApp dan membuat pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak jenuh ketika belajar dirumah. Dalam pembelajaran daring, tuntutan belajar tidak boleh sama dengan saat tatap muka, karena dalam daring ini masih banyak kendalanya. Kunci dari pembelajaran daring membuat pembelajaran yang simple, mudah diakses menyenangkan dan jangan sampai membuat siswa merasa jenuh. Pembelajaran bisa dilakukan dengan secara langsung dengan ketentuan yang ada misalnya satu kelas per hari hanya terisi 50 % dari jumlah siswa satu kelas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada di Indonesia.
Artikel ini dibuat berdasarkan fakta dari pengalaman pribadi dan cerita yang di dapat dari beberapa narasumber setelah melakukan wawancara terhadap objek. Penulis adalah mahasiswi S1 jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di universitas pendidikan indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H