Mohon tunggu...
Melati Kusuma
Melati Kusuma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Bubble Boy: A child of Overprotective Parent"

7 Desember 2018   08:38 Diperbarui: 7 Desember 2018   09:16 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Overprotective Parent merupakan sebuah isu yang tidak lagi asing, namun tidak dihiraukan. Masih banyak masyarakat tidak menganggap isu ini adalah hal yang perlu diberikan perhatian lebih. Maka akibat dari pola berpikir seperti ini, beberapa anak mengalami gangguan secara sosial seperti tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat menentukan sebuah keputusan, menjadi korban bully, serta diantaranya berakhiran mengalami depresi tingkat tinggi sampai menuju kepada kematian. Isu ini bersifat jangka panjang dan sangat mempengaruhi pola pikir yang dimiliki seorang anak, dan hal tersebut dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan anak tersebut di masa depan.

Banyak ahli mengungkapkan bahwa Overprotective Parent atau sebutan lain Helicopter Parent merupakan sudah tindakan yang diawali dengan rasa sayang dan peduli terhadap anak mereka, akan tetapi rasa sayang dan peduli tersebut telah melewati batas kewajarannya. Orangtua mulai menggunakan pendekatan yang terlalu memaksa dan mengikat anak, itulah alasan saya mengibaratkan anak tersebut sebagai "Bubble Boy". Bubble Boy merupakan sebuah perumpamaan untuk seorang anak yang hidup didalam sebuah gelembung balon, dilindungi sekaligus membatasi sang anak untuk merasakan kehidupan. Lalu bagaiman bisa niat baik orangtua berbalik menjadi sesuatu yang dapat membahayakan anak mereka sendiri? Hal tersebut dikarenakan menurut seorang pengamat tingkah laku orangtua, orangtua yang overprotective cenderung menggunakan image mereka pada saat masih kecil. Yang dimaksud adalah segala pengalaman kurang baik yang mereka alami, mereka gunakan sebagai alasan untuk melindungi anak mereka. Dengan tujuan bahwa seorang anak tidak perlu merasakan pengalaman yang kurang baik dan dapat menikmati hidup sepenuhnya, dan inilah yang menyebabkan sseorang anak antara menjadi seseorang yang di bully atau seorang rebel.

Dikatakan bisa menjadi seorang target bully karena sikap ketergantungan seorang anak yang berlebihan, bila dari kecil perkembangan anak dipupuk secara manja tanpa membiarkannya mempelajari segala pelajaran dalam hidup, seorang anak akan cenderung sulit menemukan solusi dalam menghadapi sebuah masalah dan akan bergantung pada pertolongan orangtua. Rasa ketergantungan ini juga dipengaruhi oleh self-esteem yang bisa dikatakan rendah, akibat ajaran orangtua yang melarang anaknya untuk melakukan sesuatu, sehingga seorang anak akan memiliki mindset bahwa dia tidak cukup baik atau capable dalam menghadapi apapun. Kemudian seorang anak yang menjadi rebel, dikarenakan rasa terkekang yang sudah tidak dapat dibendung lagi, rasa keingintahuan yang tinggi dan mencoba segala hal membuat seorang anak dapat mengalami depresi yang cukup serius. Hidup di dunia yang terlihat ideal namun kenyataanya tidak, dapat menganggu kestabilan anak karena rasa kekecawaan akibat ketidaksesuaian image, sehingga seorang anak menjadi memberontak dan kebanyakkan darinya mengambil jalan yang kurang baik.

Maka kita sebagai seseorang yang sudah memiliki pemikiran terbuka dan ingin menciptakan perubahan, mari kita belajar untuk lebih peka terhadap isu yang mungkin terlihat sederhana, namun pada nyatanya berdampak sangat besar terhadap kehidupan seseorang. Kita harus memulai dari diri kita sendiri dan dimulai dari sekarang, bila tidak lalu kapan ??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun