Kebutuhan untuk perubahan terkadang menjadi tantangan yang besar bagi para pemimpin dalam suatu organisasi. Perlunya suatu perubahan mungkin didesak oleh faktor-faktor tertentu, seperti globalisasi, perubahan pasar, gejolak ekonomi, kemajuan teknologi, dan lain-lain. Dalam hal ini, pemimpin harus mampu memengaruhi orang lain untuk merubah budaya lama ke budaya baru agar tercapai kesuksesan organisasi.
Budaya organisasi merupakan cara orang untuk melakukan sesuatu dalam organisasi dimana dapat memengaruhi kinerja organisasi. Budaya organisasi bukanlah suatu hal yang bersifat tetap. Pemimpin harus menyadari bahwa ada saatnya budaya yang ada sudah tidak mampu membantu organisasi untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sehingga diperlukan perubahan budaya.
Pada dasarnya, merubah budaya organisasi bukanlah hal yang mudah karena ketika budayanya sudah melekat pada organisasi maka pihak yang terlibat didalamnya cenderung mempertahankan budaya tersebut.
Salah satu konflik yang sering muncul pada proses perubahan budaya adalah adanya penolakan terhadap perubahan, bahkan ketika perubahan tersebut dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Disinilah peran pemimpin dibutuhkan untuk menghadapi penolakan dan mencari cara yang memungkinkan seseorang melihat nilai dalam perubahan yang diperlukan, seperti (Daft, 2015):
- Memfasilitasi perubahan untuk membantu organisasi beradaptasi dengan ancaman eksternal dan peluang baru.
- Berperan sebagai panutan yang memberi motivasi dan komunikasi untuk terus melakukan proses perubahan sehingga organisasi melihat perubahan sebagai hal yang positif.
Lalu, bagaimana pemimpin mampu menghadapi perubahan budaya dalam organisasi dalam waktu yang relatif singkat? Mengubah budaya dan perilaku organisasi adalah hal yang mungkin terjadi dan untuk mewujudkannya dapat dilakukan dengan menggabungkan lima kunci utama yang dapat membantu tiap orang untuk membuat perubahan, yaitu (Daft,2015):
1. Provide a Positive Emotional Attractor (PEA)
Menyediakan PEA yang merupakan sesuatu yang membangkitkan harapan individu tentang kemungkinan yang akan terjadi di masa depan daripada hanya fokus untuk memperbaiki kelemahan.
2. Make sure people have a support system
Pemimpin membantu orang membangun hubungan emosional yang membuat orang percaya mereka memiliki kekuatan untuk berubah serta menginspirasi orang dengan harapan bahwa perubahan akan terjadi.
 3. Use repetition
Setiap orang butuh kesempatan untuk bereksperimen dan mempraktekkan keterampilan dan kebiasaan baru secara berulang sampai pola perilaku yang baru menjadi otomatis.
 4. Involve people early
Ketika orang-orang terlibat dalam membantu merancang perubahan, mereka akan lebih berkomitmen untuk perubahan tersebut meskipun prosesnya memakan banyak waktu.
 5. Apply after-action reviews
Mekanisme yang sangat baik untuk evaluasi dan umpan balik dari suatu perubahan adalah after-action reviews yang merupakan sesi cepat dimana pemimpin meninjau hasil kegiatan perubahan untuk melihat apa yang berhasil, tidak berhasil, dan dapat dipelajari.
Kesuksesan dalam perubahan budaya tidak dapat tercapai tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak yang terlibat dengan organisasi yang akan membantu organisasi untuk bergerak maju mewujudkan perubahan yang diinginkan. Dalam hal ini, aspek kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting. Pemimpin harus mampu meyakinkan orang lain bahwa tanpa perubahan, keberadaan organisasi dapat terancam. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu membantu orang lain mengarahkan proses perubahan dan membuat perubahannya berhasil diterapkan.
Referensi:
Daft, Richard. L. 2015. The Leadership Experience 6th edition. United States: Cengage Learning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H