Mohon tunggu...
Mella Zabrina Prihandini
Mella Zabrina Prihandini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya

Mahasiswa yg hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi dan Upacara Adat Jawa Timur

30 November 2024   14:40 Diperbarui: 30 November 2024   14:38 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi dan Upacara Adat Jawa Timur: Mewujudkan Nilai Kehidupan dalam Setiap Ritual

Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi yang kaya akan budaya di Indonesia, memiliki berbagai tradisi dan upacara adat yang tidak hanya menggambarkan kehidupan masyarakatnya, tetapi juga merupakan sarana untuk memperkuat ikatan sosial, spiritualitas, dan kearifan lokal. Setiap daerah di Jawa Timur memiliki upacara adat yang unik, yang sebagian besar berkaitan dengan agama, kepercayaan lokal, dan siklus kehidupan masyarakat. Berikut adalah beberapa tradisi dan upacara adat khas Jawa Timur yang masih dilestarikan hingga saat ini.

1. Upacara Adat Kenduren
Upacara Kenduren adalah salah satu tradisi yang banyak ditemukan di pedesaan Jawa Timur, terutama di wilayah Malang dan sekitarnya. Kenduren berasal dari kata "kenduri," yang berarti syukuran atau doa bersama. Biasanya, upacara ini dilaksanakan untuk memohon keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi keluarga atau masyarakat yang mengadakan acara. Upacara Kenduren sering diadakan pada waktu-waktu tertentu, seperti saat panen raya, kelahiran, pernikahan, atau bahkan untuk mengenang arwah leluhur.

Acara ini melibatkan doa-doa yang dipimpin oleh seorang pemuka agama atau tokoh masyarakat. Selain doa, terdapat juga tradisi berbagi makanan dengan tetangga dan saudara, yang menjadi simbol dari rasa syukur dan kebersamaan. Berbagai hidangan, seperti nasi tumpeng, ayam goreng, dan berbagai jenis jajanan tradisional, biasanya disiapkan untuk acara ini.

2. Grebeg Suro di Surabaya
Grebeg Suro adalah tradisi tahunan yang diadakan untuk memperingati tahun baru Islam, yang dikenal dengan Tahun Baru Hijriyah. Perayaan ini paling terkenal di Surabaya, ibu kota Jawa Timur. Grebeg Suro diadakan pada bulan Muharram, dan diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat luas, seperti pawai, seni pertunjukan, dan permainan rakyat.

Puncak acara Grebeg Suro adalah prosesi Grebeg, yaitu arak-arakan yang membawa tumpeng raksasa yang terbuat dari nasi, sayuran, dan daging. Tumpeng ini sebagai simbol harapan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan sepanjang tahun. Prosesinya diiringi dengan musik tradisional seperti gamelan dan sejumlah atraksi budaya yang menggambarkan kekayaan budaya Jawa Timur. Selain itu, Grebeg Suro juga merupakan ajang untuk menampilkan berbagai kesenian daerah, seperti tari Remo dan jaranan, yang menunjukkan semangat kebersamaan masyarakat Surabaya.

3. Upacara Adat Sewa Ruwat
Sewa Ruwat adalah upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Madura dan sebagian masyarakat Jawa Timur. Upacara ini bertujuan untuk mengusir roh jahat atau bala (bencana) yang diyakini dapat mengganggu kehidupan manusia. Biasanya, Sewa Ruwat dilakukan pada saat-saat tertentu seperti menjelang pernikahan, kelahiran, atau peristiwa penting lainnya dalam hidup seseorang.

Pada umumnya, upacara ini dipimpin oleh seorang dukun atau pemangku adat yang memimpin serangkaian doa dan ritual. Salah satu elemen penting dalam Sewa Ruwat adalah pemotongan hewan kurban, seperti kambing atau ayam, yang dilakukan dengan tujuan untuk memohon perlindungan dan keselamatan. Makanan khas, seperti nasi tumpeng, juga disiapkan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang diberikan.

4. Maulud Nabi di Banyuwangi
Selain upacara adat yang bersifat lokal, Jawa Timur juga memiliki tradisi Islam yang kental, salah satunya adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Banyuwangi, perayaan Maulid Nabi sering diadakan dengan pawai keliling kampung dan diwarnai dengan tradisi selametan atau doa bersama. Masyarakat setempat akan berkumpul di masjid, membaca selawat Nabi, serta mendengarkan ceramah tentang kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad.

Selain itu, di beberapa daerah di Banyuwangi juga ada tradisi khusus seperti *"Rebo Wekasan"* atau perayaan hari terakhir bulan Safar. Pada hari ini, masyarakat mengadakan doa bersama untuk meminta keselamatan, kesehatan, dan keberkahan dari Allah SWT, serta untuk menghindarkan diri dari malapetaka yang mungkin datang.

5. Upacara Adat Jamasan Pusaka
Upacara Jamasan Pusaka adalah tradisi yang dilakukan untuk merawat atau membersihkan benda pusaka atau benda keramat yang diwariskan oleh leluhur. Tradisi ini biasa ditemukan di berbagai kerajaan atau kesultanan di Jawa Timur, seperti Kerajaan Surakarta dan Kesultanan Sumenep. Pusaka yang dimaksud bisa berupa senjata, perhiasan, atau barang lainnya yang memiliki nilai sejarah dan spiritual bagi keluarga atau masyarakat.

Dalam upacara ini, benda pusaka dibersihkan dengan air atau minyak tertentu, kemudian didoakan agar tetap memberi berkah dan keselamatan kepada pemiliknya. Biasanya, upacara ini juga diwarnai dengan pelaksanaan doa dan ritual adat yang dipimpin oleh seorang pemuka agama atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan spiritual.

6. Ruwatan atau Sedekah Laut di Pantai Selatan
Tradisi Ruwatan Laut atau Sedekah Laut adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di kawasan Pantai Selatan Jawa Timur, seperti di Kabupaten Pacitan, Malang, dan Banyuwangi. Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan bagi nelayan dan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya dari laut. Ritual ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan sesajen berupa hasil bumi, ikan, atau hasil laut lainnya yang dipersembahkan kepada laut sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan oleh alam.

Pada acara ini, masyarakat setempat akan berbondong-bondong menuju pantai untuk mengadakan doa bersama, menabur sesaji, dan meminta keselamatan serta kelimpahan hasil laut. Ruwatan Laut ini bukan hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga sebagai wujud dari kearifan lokal dalam menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Kesimpulan

Kebudayaan Jawa Timur sangat diperkaya dengan beragam tradisi dan upacara adat yang masih dilaksanakan hingga kini. Setiap tradisi memiliki makna mendalam dan merupakan cara masyarakat untuk merayakan hidup, menghormati leluhur, serta menjaga keharmonisan antara manusia dan alam. Tradisi-tradisi ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat, tetapi juga menjadi sarana pelestarian nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia, penting bagi kita untuk terus melestarikan dan mengenalkan tradisi ini kepada generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun