Mohon tunggu...
Meliya Jayanti
Meliya Jayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi. Aktif dalam Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melawan Lebel Strawberry Generation, Pemahaman dari Seminar "Memecah Stereotip Strawberry Generation"

30 Januari 2025   12:00 Diperbarui: 30 Januari 2025   15:11 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 24 Januari 2025, Mahasiswa Semester 5 prodi ilmu komunikasi konsentrasi public relations (PR) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menunjukkan kepeduliannya terhadap isu sosial dengan mengadakan beyond labels kesehatan mental bertema "Memecah Stereotip Strawberry Generation". Kegiatan ini bertujuan untuk meluruskan stigma negatif yang kerap melekat pada generasi muda khususnya Generasi Z yang sering dijuluki sebagai strawberry generation. Melihat bagaimana sudut pandang yang lebih terbuka yang dapat membuka Strawberry Generation mengungkap potensi luar biasa dalam dirinya.

Istilah "Strawberry Generation" sering digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang dianggap rapuh, tidak tahan tekanan, dan mudah menyerah. Stigma ini sering kali menciptakan stereotip negatif yang merugikan sehingga para mahasiswa FISIP UMJ merasa perlu untuk mematahkan anggapan tersebut bahwa stereotip tersebut tidak sepenuhnya benar melalui kegiatan edukatif dan inspiratif.

Kegiatan ini berlangsung di Aula Kasman Singodimedjo, FISIP UMJ. Kegiatan menghadirkan pembicara dari kalangan akademisi, yaitu Ibu Velda Ardia, S.I.Kom., M.Si. Dosen Mata kuliah Ilmu Kmunikasi FISIP UMJ dan Kak Safitri Herra, S.Pd. Sebagai pemateri yang membahas dan menggali berbagai stereotip dari berbagai bidang dan cara mengatasi Strawberry Generation.

Ibu Velda Ardia pada sesi awal membahas teori psikologi komunikasi dan membahas sedikit tentang Strawberry Generation. Teori menurut George A. Miller, didefinisikan sebagai "ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral (perilaku) dalam komunikasi, mengenai ruang lingkup psikologi komunikasi 4:

  • Persepsi Komunikasi: Persepsi adalah proses bagaimana seseorang menerima, menafsirkan, dan memahami pesan dalam komunikasi.
  • Emosi dalam Komunikasi: Emosi memainkan peran penting dalam komunikasi, karena dapat memengaruhi cara seseorang menyampaikan dan menerima pesan
  • Motivasi dalam Berkomunikasi: Motivasi adalah dorongan internal yang memengaruhi mengapa seseorang berkomunikasi.
  • Komunikasi Interpersonal: Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi, perasaan, atau gagasan antara dua orang atau lebih dalam hubungan yang bersifat langsung dan pribadi, baik secara verbal maupun nonverbal.

Ibu Velda Ardia membahas buku berjudul Strawberry Generation karya Prof. Rhenald Kasali yang membahas generasi z digambarkan dengan banyak ide-ide segar, inovatif dan kreativitas yang tinggi tetapi generasi z dinilai mudah menyerah, sensitif, egois, serta pesimis.

Kak Safitri Herra menjelaskan inti dari kegiatan dan membahas awal mula hadirnya lebel ini yaitu " Strawberry Generation adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan generasi muda khususnya Generasi Z yang sering dianggap tidak tahan banting atau terlalu rapuh seperti buah stroberi yang mudah rusak. Istilah ini mulai populer di negara-negara Asia seperti Taiwan pada akhir abad ke-20 antara tahun 1997 hingga 2012 dan telah menyebar ke beberapa negara lainnya salah satunya indonesia. Konsep ini mengacu pada pandangan bahwa generasi muda saat ini cenderung lebih sensitif, emosional, dan kurang mampu menghadapi tekanan atau kesulitan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Tapi, benarkah anggapan tersebut? Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang generasi stroberi dalam artikel berikut

Buah Strawberry ( Sumber : Pinterst )
Buah Strawberry ( Sumber : Pinterst )

Strawberry Generation atau Generasi Stroberi, generasi ini dianggap rentan seperti buah stroberi yang mengambarkan bagaimana generasi muda khususnya gen z dianggap lebih sensitif dan mudah terpengaruh oleh masalah emosional dan mental. Merepresentasikan buah stroberi yang indah memiliki kulit tipis dan lembut mudah rusak ketika terkena benturan atau tekanan. hal ini dijadikan gambaran untuk menggambarkan karakteristik generasi z. Alasan buah stroberi digunakan sebagai perumpamaan fenomena ini karena memiliki tampilan yang menarik, rasa yang segar, dan harganya yang tidak murah. Hal ini dianggap mewakili generasi z secara statistik tumbuh dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Seperti halnya stroberi yang kini banyak dibudidayakan dengan teknologi canggih seperti rumah kaca, sesuatu yang tidak tersedia pada masa lalu.

Dalam pendapat beberapa orang strawberry Generation, mereka dinilai lebih cepat merasakan stres atau kecemasan, lebih mudah merasa terluka secara emosional atau cengeng mudah menangis, dan cenderung mengalami kesulitan untuk mengatasi masalah atau tantangan hidup. Beberapa penyebab yang sering dikaitkan dengan persepsi yaitu :

  • Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua yang sering kali memanjakan gaya hidup materi dan melindungi anak-anak mereka dari masalah atau risiko dapat memperburuk stereotip Strawberry Generation. Banyak orang tua yang dengan niat baik mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka, sering kali dengan memberi segala sesuatu yang diinginkan secara materi dan menghindarkan mereka dari rasa sakit atau kegagalan. Hal ini menciptakan ketergantungan pada orang tua yang akhirnya membuat generasi Z tidak terbiasa menghadapi masalah atau tantangan secara mandiri. Ketika dihadapkan pada kesulitan hidup atau tekanan sosial mereka mungkin merasa kebingungan karena tidak memiliki pengalaman dalam mengatasi masalah tersebut tanpa bantuan dari orang lain. Pola asuh yang terlalu protektif juga bisa mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengembangkan ketahanan mental dan kemandirian dalam menghadapi tantangan.

  • Kemajuan Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun