Hal ini menjadi, jawaban tersendiri mengapa dengan begitu banyaknya info Kesehatan di sosial media tentang bahaya merokok, persentase perokok di Indonesia tidak turun bahkan mengalami kenaikan.
Idealnya Hari Anti Tembakau Sedunia yang berdekatan dengan pintu akhir dari peristiwa Covid 19 menjadi refleksi bagi kita untuk melihat bagaimana orang sudah sangat aware terhadap bahaya dari kebiasaan merokok.Â
Kenyataannya berbeda, permasalahan tentang kebiasaan merokok masyarakat di Indonesia masih belum menemui titik terang. Bencana yang merenggut banyak nyawa masih belum menjadi refleksi yang cukup kuat bagi mereka untuk melihat bagaimana bahaya dari rokok itu tersebut.
Berdasarkan beberapa kejadian tersebut kita dapat berhipotesis bahwa faktor kesehatan tidak terlalu efektif dalam menurunkan kebiasaan dari merokok masyarakat di Indonesia secara umum.Â
Terdapat temuan menarik dari penelitian yang dilakukan oleh CISDI (Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives) tentang perubahan perilaku merokok pada pandemi Covid 19. Pada hasil penelitiannya CISDI menemukan bahwa 4 dari 10 orang yang mempunyai kebiasaan merokok mengurangi konsumsi rokoknya selama pandemi Covid 19.
Pengurangan konsumsi rokok itu disebabkan beberapa hal yaitu krisis keuangan dan juga jam kerja yang berkurang akibat pembatasan sosial. Akan tetapi secara keseluruhan penelitian ini mengatakan tidak ada hubungan signifikan antara pandemi Covid 19 dan kebiasaan merokok masyarakat di Indonesia.Â
Hal ini harus direfleksikan secara serius. Bahwa kebiasaan merokok sudah sangat mengakar sehingga kesehatan menjadi alasan untuk berhenti atau mengurangi rokok, melainkan faktor sosial dan ekonomi.
Pada akhirnya Hari Anti Tembakau Sedunia menjadi refleksi yang sangat dalam mengenai bagaimana rokok sangat mengakar dalam kehidupan sosial kita. Sangat mengakar lebih dari yang dapat  dibayangkan secara awam, bahkan krisis kesehatan yang mengancam jutaan nyawa yang berlangsung lebih dari 2 tahun tidak dapat mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi rokok.Â
Akan tetapi, tidak berarti usaha kita dalam mengurangi konsumsi tembakau menjadi berhenti. Setidaknya berdasarkan Covid 19 kita dapat merefleksikan bahwa bagi masyarakat Indonesia yang merokok faktor sosial dan ekonomi jauh lebih menakutkan ketimbang kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H