Mohon tunggu...
MELISA SARIKANO
MELISA SARIKANO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo semuanya selamat datang, terima kasih telah berkunjung ke profile kami

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sirih Pinang Pemersatu Rasa Kekeluargaan di Papua

21 Mei 2023   14:02 Diperbarui: 21 Mei 2023   14:08 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sirih Pinang adalah simbol pemersatu kekeluargaan dalam satu persekutuan hidup, karena di dalamnya terdapat kandungan makna seperti sirih yang melambangkan kulit manusia, dan pinang dapat melambangkan daging dan air ludah yang bewarna merah melambangkan darah. 

Masyarakat Papua memiliki budaya yang sangat  kaya. Tradisi yang hingga saat ini masih melekat di masyarakat Papua yaitu tradisi mengunyah pinang yang bahkan banyak sekali dijumpai di Papua. Masyarakat Papua begitu suka mengunyah pinang karena buah pinang dapat menguatkan gigi dan gusi. 

Bukan  hanya itu saja, mereka sangat menikmati buah pinang karena makan pinang dapat merasakan sensasi tersendiri dari rasanya yang pahit pedas. Selain itu biji pinang bisa digunakan menulis di kayu maupun di tembok rumah. Cairan dari pinang Ketika sudah menempel di permukaan, maka bekas cairan ludah pinang akan sulit dihilangkan.

Di Papua cara makan sirih yaitu dengan buah pinang dan kapur, tradisi makan buah pinang pertama kali dikenalkan ke masyarakat Papua oleh seorang Austronesia, sekitar 3000 tahun yang lalu, pada mulanya tradisi makan pinang hanya dikenal dipesisir dan pulau -- pulau lepas pantai Papua, lama kelamaan kebiasaan ini menyebar hingga ke pegunungan Papua, pohon pinang tidak bisa tumbuh di daerah pegunungan atau dataran tinggi, sehingga buah pinang dikirim berkarung -- karung  dari  Bandara Sentani ke pegunungan atau ke Wamena dengan menggunakan pesawat. Pinang yang biasanya dibawa ke pegunungan adalah pinang buah dengan biji pinang kering. Pelengkap dari makan pinang yaitu kapur. 

Kapur didapat dari membakar cangkang kerang laut. Sirih yang digunakan merupakan buah sirih hutan yang tidak ada buahnya dan batangnya digunakan. Salah satu alasan masyarakat Papua gemar mengunyah sirih pinang dikarenakan khasiatnya yang dapat menguatkan gigi, menambah stamina, baik untuk Rahim perempuan.

Dari beberapa masyarakat Papua mengatakan bahwa tidak ada makanan dan bumbu lain yang dapat menandingi rasa buah pinang, mereka saking sukanya, sehingga mereka biasa merasa ada yang kurang dalam hidup mereka jika tidak mengunyah buah pinang. Orang yang seumur hidup baru pertama kalis mencoba makan sirih dengan pinang biasanya mereka akan merasakan  pusing sakit perut, muntah bahkan mabuk. 

Mengunyah buah pinang yang dulunya hanya dilakukan oleh para kaum Wanita yang sudah lanjut usia atau tua, tetapi di Papua tradisi ini  dilakukan oleh semua masyarakat dari anak -- anak kecil sampai dengan yang lanjut usia sehingga diwariskan turun -- temurun untuk generasi tua ke generasi yang lebih muda. Tradisi ini sudah dikenalkan sejak umur tujuh tahun yang sampai sekarang masih berlanjut hingga seseorang tua dan meninggal. Masyarakat yang mengunyah buah pinang banyak ditemui di kota besar maupun desa -- desa kecil.

Buah pinang serta dengan pelengkapnya banyak dijual di pinggir -- pinggir jalan kota besar di Papua, pada umumnya satu paket buah pinang, kapur, dan batang sirih di jual mulai dari harga Rp.2000. pinang di Papua dapat memberi dampak yang baik bagi perkembangan ekonomi masyarakat  yang masih melakukan tradisi ini dan kebanyakan masyarakat Papua fokus dalam mengembangkan pinang agar mereka dapat pasar ekspor nantinya. 

Di beberapa wilayah Indonesia biasanya masyarakat hanya mengunyah pinang dan sirih yang sudah kering atau cuma biji pinangnya. Di Papua, mereka makan pinang yang masih mentah. Di Papua kulit yang telah dikupas tidak dibuang setelah membela buah pinang dan mendapatkan daging buahnya, kulitnya tetap dikunyah.

Saat ini pinang di Papua menjadi kebutuhan pokok sehari -- hari masyarakat yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat kecil yang ada di Papua. Dan dari hasil jualan pinang, banyak anak -- anak Papua yang orang tuanya bisa menyekolahkan anak mereka bahkan sampai ke perguruan tinggi. 

Di Papua semakin banyak anak muda yang bekerja keras untuk menciptakan usaha menjual buah pinang yang memiliki tujuan untuk membawa Papua ke pasar seluruh Indonesia dan bahkan menghubungkannya dengan pasar luar negeri karena pinang sangat populer di Indonesia.

Pinang  merupakan salah satu warisan dan budaya yang harus dilestarikan masyarakat Papua karena didalamnya mengandung nilai persekutuan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang dapat mempererat tali persaudaran antara suku asli Papua dengan pendatang, sirih pinang sangat banyak manfaatnya jika di kelolah dengan baik dan digunakan sesuai dengan keperluan. Pinang juga biasanya di gunakan sebagai jamuan dalam upacara adat di Papua. Sirih dan Pinang di simbolkan sebagai suatu kehormatan akan anugerah yang diberikan Tuhan yang menjadi tradisi serta makanan bagi Orang Asli Papua. Buah pinang dapat menjaga Kesehatan serta kebersihan mulut, dapat menurunkan tekanan darah, serta mencegah anemia.

Keberpihakan pemerintah bagi penjual pinang yang ada di Papua wajib memperhatikan pelaku usaha mikro bagi pasar modal nantinya agar masyarakat dapat mendapatkan keadilan dan kemakmuran dalam menjalankan bisnis dan usaha mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun