2. Siapa yang Menjadi Kepala Keluarga?
Dalam satu keluarga, tentunya ada yang menjadi kepala keluarga. Namun disaat terdapat beberapa anggota keluarga yang telah menikah tinggal di satu atap yang sama, tentu rentan terjadi konflik. Siapa yang akan menjadi pembuat keputusan utama dalam keluarga.Â
Anak laki-laki yang telah menikah seharusnya juga telah menjadi kepala bagi keluarganya sendiri, namun masih ada Bapak yang lebih dihormati. Di sisi lain, ada pula menantu laki-laki yang hampir tidak memiliki peran sebagai kepala keluarga karena hidup menumpang di rumah mertua. Otomatis menantu laki-laki harus mengikuti aturan dan seolah tak memiliki suara dalam setiap permasalahan keluarga.Â
3. Memisahkan Keuangan Pribadi
"Kal, token listrik habis. Tolong beliin.", pinta Bang Kanendra (diperankan Ariyo Wahab) pada Kaluna. Kaluna yang dianggap belum menikah dan belum memiliki tanggungan, sering harus mengalah untuk membantu membiayai keluarga.Â
Meskipun tokoh Kaluna tak sepenuhnya bisa disebut sebagai sandwich generation, karena Sang Bapak masih memiliki uang pensiunan dan kedua kakaknya memiliki pekerjaan, namun Kaluna tidak dapat memisahkan kebutuhan keluarganya dari keuangan pribadinya.Â
Seharusnya kebutuhan rumah tangga dalam satu atap yang ditinggali oleh beberapa keluarga, ditanggung bersama secara adil dan merata. Namun karena dianggap memiliki uang lebih, Kaluna tidak dapat protes ketika harus membayar listrik rumah atau terkadang menyediakan makanan untuk keluarganya.Â
4. Space PribadiÂ
Standar kelayakan ukuran rumah adalah 9m per jiwa. Ukuran tersebut adalah ukuran minimal yang dinilai sehat. Baik secara sirkulasi udara, kemudahan ruang gerak, pencahayaan, kelembaban ruangan dan faktor kesehatan lainnya.Â
Kaluna semakin ingin segera membeli rumah saat ruang pribadinya mulai terancam oleh dua keponakannya yang mengambil kamar tidurnya. Dia harus tidur di kamar pembantu yang sempit dan tak nyaman. Bahkan dia sempat tidur di sofa ruang tamu, saat plafon kamar tersebut roboh.Â