Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tradisi Baju Lebaran dan Persaingan Sengit Berbagai Brand

7 April 2024   07:29 Diperbarui: 7 April 2024   11:04 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki sebuah tradisi unik dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Momen spesial yang hadir setiap satu tahun sekali  ini, selalu dinanti dan dilengkapi dengan baju baru. 

Dahulu, bagi banyak orang, baju baru hanya dibeli saat Lebaran. Maka momen Lebaran akan selalu istimewa, karena seolah menjadi kesempatan untuk mengenakan baju baru. 

Hingga saat ini, kebiasaan membeli baju Lebaran masih terus berjalan. Hasil survei terbaru oleh Populix pada Maret 2024 menyatakan bahwa sebanyak 52,4% masyarakat mengaku masih suka membeli baju baru untuk lebaran. Masih berdasar survey itu, 69% dari 2765 responden, mengungkap bahwa mereka menyediakan dana sebesar Rp 200.000,- hingga Rp 500.000,- khusus untuk membeli baju Lebaran diri sendiri. 

Apalagi, Indonesia adalah negara dengan jumlah Muslim terbanyak kedua di dunia. World Population Review menyebutkan bahwa di Indonesia Indonesia ada sekitar 236 juta penduduk yang beragama Islam. (Sumber cnbcindonesia.com ). Melihat data ini, tradisi berbaju baru saat Lebaran tentu menjadi peluang besar bagi para pegiat bisnis fashion. Mereka umumnya akan menggarap serius koleksi Lebaran, untuk siap diluncurkan sebelum bulan Ramadhan tiba. 

Koleksi baju Lebaran bahkan bukan hanya dikeluarkan oleh brand modest fashion yang spesifik menggarap pasar muslim atau muslimah. Tetapi juga diluncurkan oleh brand fashion yang mengusung tema kasual hingga fashion batik. 

Dalam waktu kurang lebih satu bulan, mereka harus berjuang memenangkan pasar, untuk menjual koleksi Lebaran mereka sebanyak mungkin. Persaingan tentu menjadi sangat sengit. Berbagai metode promosi digunakan. Ada yang menggunakan sistem pemesanan Pre Order, untuk meminimalisir risiko barang tak terjual. Ada yang membuat paket seragam untuk pasangan maupun keluarga. Ada pula yang memberikan diskon spesial untuk mengejar kuantitas penjualan. 

Berbagai bazar bertebaran dan tak pernah sepi pengunjung. Namun tetap saja, persaingan merek sangat berat. Pasalnya, saat ini semakin banyak merek fashion bermunculan. Para artis dan influencer banyak yang mengeluarkan merek fashion mereka sendiri. Hal ini salah satunya dikarenakan sistem produksi pakaian yang semakin mudah, yaitu bisa dilakukan dengan sistem maklon, dimana brand owner tidak perlu melakukan produksi baju sendiri. 

Sebagai informasi, maklon adalah sebuah sistem dimana suatu merek dapat melakukan produksi barang menggunakan jasa pihak lain. Sistem ini sangat menghemat biaya produksi, karena brand owner tidak perlu memiliki pabrik/tempat produksi, melakukan pembelian mesin produksi atau memiliki tenaga kerja sendiri untuk mengolah produknya. 

Maka dari itu, jangan heran jika produk lokal kini merajalela. Sebuah kemajuan yang sangat baik bagi perekonomian Indonesia. Namun, tantangannya tentu juga menjadi sangat ketat. 

Produk fashion koleksi Hari Raya, pada masa mendekati waktu Lebaran, tak jarang akan dilakukan diskon besar-besaran. Nilai diskonnya tak tanggung-tanggung, bisa mencapai 70%. Penulis sendiri telah menemukan bahwa sebuah baju di Department Store yang sebelumnya diskon 50%, telah berubah menjadi 70% pada H-4 Lebaran atau per tanggal 6 April 2024.

Waktu ini menjadi kesempatan yang paling tepat bagi yang ingin membeli baju Lebaran dengan harga yang lebih terjangkau. Namun tentunya ada beberapa risiko, dimana pilihan warna dan size baju sudah tidak lengkap lagi.  

Untuk mengejar penjualan di akhir masa Ramadhan, Department Store biasanya juga mengadakan bazar dan Midnight Sale. Karena bagaimanapun juga, baju dengan tema Lebaran harus terjual sebelum masanya habis. Karena modelnya yang tematik Hari Raya, akan kurang cocok dan akan sangat turun peminatnya saat telah melewati momen Lebaran. Setidaknya masih ada harapan mengejar penjualan hingga beberapa minggu kemudian, bagi mereka yang masih membutuhkan baju untuk Halal Bihalal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun