Memiliki barang berarti harus merawat. Setidaknya membersihkan dari debu, mencuci, memoles. Tentu ini membutuhkan tenaga dan juga uang.Â
Ketika kita cukup dengan memiliki 10 piring di rumah, untuk apa kita menyimpan 20 piring? Atau cangkir teh? Selain memenuhi rak, kamu juga berkewajiban membersihkannya beberapa bulan sekali ketika mereka tidak digunakan.
Belum lagi ketika bermusuhan dengan hama rumah yang menganggu dan menyukai barang kotor, lembab, dan tersembunyi.
3. Tanggung jawab biaya perawatan.
Perawatan barang memerlukan biaya. Mungkin terdengar sederhana jika barang yang dimaksud hanya perlu dilap atau dicuci. Tapi bagaimana dengan kendaraan yang membutuhkan service rutin setiap 6 bulan sekali, service ac, atau tungau pada kasur atau perawatan barang lainnya yang lebih rumit.
Sebuah keluarga mungkin merasa bangga saat masing-masing anggota keluarga memiliki kendaraan sendiri-sendiri meskipun jarang digunakan secara bersamaan, sampai akhirnya menyadari adanya tanggung jawab biaya perawatan ini. Bukankah lebih mudah berangkat bersama atau menggunakan kendaraan online saat darurat?
4. Tanggung jawab pemakaian
Setiap barang yang kita miliki tentunya harus bermanfaat dan kita gunakan sebagaimana fungisnya. Dan bukan sekadar dibeli karena keinginan saja. Karena melihat orang lain memiliki, karena sebagai kebanggaan atau hanya sebagai jaga-jaga ketika suatu saat dibutuhkan.Â
Barang koleksi yang sifatnya memang hanya untuk dipajang atau disimpan, maka kita menggunakannya sebagai fungsi estetik. Namun ketika barang tersebut kamu letakkan di dalam lemari yang tertutup maka fungsinya pun hilang.Â
Tanggung jawab pemakian ini ada kaitannya dengan harga yang kamu keluarkan untuk membeli suatu barang. Misalnya kamu membeli handphone seharga Rp 5juta yang kamu gunakan setiap hari selama bertahun 4 tahun. Semua fiturnya kamu gunakan dengan maksimal. Maka dalam 4 tahun pemakaian harga handphone tersebut adalah Rp 5juta dibagi 4 kali 365 hari, yaitu sekitar Rp 3.400 per hari. Maka harga ini menjadi sepadan.
Di sisi lain kamu memiliki alat pemanggang roti dengan harga Rp 500ribu. Namun kamu jarang sekali menggunakannya. Karena kamu merasa kurang kenyang ketika hanya makan roti, atau tidak memiliki waktu di pagi hari. Sehingga kamu sangat jarang menggunakannya. Barang ini jadi terasa mahal karena selama bertahun-tahun hanya kamu gunakan beberapa kali saja.Â