Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memilih Rumah yang Menguntungkan

17 Februari 2022   11:58 Diperbarui: 18 Februari 2022   01:41 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memilih rumah itu layaknya memilih jodoh. Kalau jodoh, maka jalannya akan mudah-mudah saja, lancar-lancar saja. Tapi kalau tidak berjodoh, maka ada saja halangan rintangan dan keraguan yang datang. Meski begitu kita tetap perlu memiliki batasan standar dan kriteria yang cocok menjadi pilihan kita.

Membeli rumah, harganya sama sekali tidak murah. Semua tabungan kita kerahkan untuk bisa memiliki rumah, tentu kita ingin memiliki rumah yang membawa keuntungan jangka panjang. 

Kenaikan harga rumah ditaksir sekitar 10%-15% per tahunnya. Namun bila jeli dalam memilih lokasi maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun bisa naik 200% atau lebih. Menggiurkan bukan?

Rumah dan lingkungan rumah yang menguntungkan tentunya adalah lokasi yang senantisa berkembang menjadi lingkungan yang lebih baik dan semakin nyaman. Bukan sebaliknya, semakin lama semakin kacau dan membawa masalah.

Baca juga :

Persiapan Keuangan Sebelum Memutuskan Membeli Rumah Secara KPR
Ingin Tinggal di Cluster, Siap dengan Aturan Ini?
8 Pertimbangan Memilih Rumah Pertama

Lalu bagaimana memilih rumah yang menguntungkan?

1. Rumah yang Aman

a. Aman dari Limbah

Ada sebuah video viral di Instagram reels. Pasangan yang baru saja berbahagia menikmati rumah baru, namun setelah menempati rumah tersebut, mereka kecewa berat karena lantainya selalu menghitam meskipun telah disapu berulang kali. 

Ternyata perumahan tersebut berlokasi di dekat pabrik ban. Sedih bukan?

Maka pastikan rumah yang kita pilih aman dari limbah pabrik. Baik udaranya, airnya juga aromanya. Udara yang buruk akan menganggu pernafasan. Apalagi kalau debunya mengandung partikel yang membahayakan. 

Begitu juga dengan kualitas airnya. Biaya untuk membeli air bisa menjadi sangat boros bila air di rumah kita tidak layak minum, atau bahkan tak layak untuk mandi cuci kakus.

b. Aman dari Kebisingan

Pernah berkunjung ke rumah yang dekat rel kereta api? Bisingnya menganggu setiap hari. Mau bicara harus teriak-teriak, mengangkat telepon tidak terdengar, mau istirahat pun terganggu. Bagaimana bisa nyaman tinggal di tempat seperti ini?

c. Aman dari Banjir

Hindari posisi rumah yang jalan menuju ke arahnya menurun. Apalagi kalau sudah diketahui rawan banjir. Baiknya Anda menanyakan dahulu ke penduduk setempat, apakah perumahan di daerah tersebut rawan banjir. Anda tidak ingin furnitur rusak dan harus kerepotan memindahkan barang setiap musim hujan bukan?

d. Aman bagi Penghuni Rumah

Karena mencari rumah dengan harga murah, kadang orang rela saja membeli rumah di daerah yang susah diakses. Jalannya masuk-masuk gang kecil, sepi, dan kurang pencahayaan. 

Ojek online, pengirim paket atau pengunjung akan susah menemukan rumah Anda. Apalagi jika jalannya sempit dan susah dilewati kendaraan roda empat. Dijamin saat Anda ingin pindah ke rumah yang lebih baik, Anda akan kesulitan menjualnya, harganya pun akan cenderung stagnan.

e. Aman dari Tegangan Tinggi

Rumah yang lokasinya terlalu dekat dengan tiang SUTET bukan hanya rawan tersengat listrk dan kebakaran, namun juga tidak baik bagi kesehatan. Meskipun jarak aman dari tegangan SUTET yang disyaratkan Pemerintah hanya sekitar 18 meter (tergantung tegangan), namun radiasinya dapat membahayakan kesehatan. 

Dalam berbagai sumber, juga disebutkan bahwa menurut penelitian, tinggal di dekat tiang SUTET dapat menyebabkan risiko sakit kepala, mudah kelelahan, kanker, leukimia, kecacatan janin pada ibu hamil, serta mengganggu produksi hormon melatonin.

Dalam rumah.com disebutkan bahwa berdasarkan penelitian Dr. Gerald Draper bersama Childhood Cancer Research Group, menunjukkan anak-anak yang tinggal kurang dari 200 meter dari jalur listrik tegangan tinggi, saat dilahirkan memiliki risiko untuk menderita leukemia sebesar 70% dibandingkan dengan yang berjarak sejauh 600 meter atau lebih.

2. Posisi Rumah

a. Hindari rumah tusuk sate

Rumah tusuk sate yang berada diujung jalan pertigaan, dalam ilmu fengshui dianggap kurang baik, karena mudah menangkap energi buruk. Dalam penelitiannya posisi rumah tusuk sate membuat cahaya, angin, dan debu mudah masuk tanpa penghalang. 

Akibatnya rumah menjadi panas, gerah yang membuat orang mudah marah, banyak debu kotoran masuk yang menyebabkan penyakit mudah menghampiri, serta rawan terkena kecelakaan karena terletak di persimpangan jalan.

Dalam jangka panjang, bila kemudian hari ingin dijual, banyak orang yang juga menghindari rumah tusuk sate karena dianggap kurang menguntungkan, sehingga harganya pun menjadi susah naik.

b. Sebaiknya hindari rumah menghadap Timur atau Barat

Baik rumah menghadap timur maupun barat, akan langsung terpapar sinar matahari. Rumah mengadap ke Timur akan terkena panas saat matahari terbit, sebaliknya rumah menghadap Barat tidak mendapatkan sinar matahari pagi yang menyehatkan. 

Hawa di dalam rumah juga terasa panas. Meskipun bukan masalah besar dan dapat diakali, bila ada pilihan yang lebih baik, sebaiknya menjadi pertimbangan.

c. Lebih rendah dari jalan

Posisi rumah yang lebih rendah dari jalan akan berpotensi menggenang ketika hujan lebat. Air akan selalu mencari tempat yang lebih rendah. Tentunya posisi ini akan merugikan Anda.

3. Lokasi yang Berkembang

Rumah yang kita tempati memang hanyalah menjadi aset dan bukan sarana investasi. Namun ketika ingin pindah ke rumah yang lebih baik, pastinya kita mengharap bisa menjual rumah lama kita dengan harga yang menguntungkan.

a. Strategis

Lokasi yang tersedia dan dekat dengan transportasi publik, pasar, rumah sakit, sekolah serta pusat komersial tentu lebih mudah untuk berkembang. Jangan sampai Anda memilih rumah di daerah yang terpencil hingga biaya transportasi menuju setiap lokasi menjadi lebih mahal.

b. Pembangunan Jalan

Pembangunan jalan memang menjadi daya tarik kuat dan menjadi penanda bahwa daerah tersebut akan semakin berkembang. Akses jalan yang baik akan mendorong investasi dan berkembangnya wilayah permukiman dan komersial.

Sebagai contoh, saya sendiri mempercepat rencana saya membeli rumah karena sedang ada rencana pembangunan jalan di perumahan yang saya incar. Benar saja setelah jalan tersebut dimulai pembangunan harga rumah terus merangkak naik, dan setelah jalan terbangun, harga rumah melonjak drastis. 

Dalam waktu kurang dari 2 tahun, rumah yang saya beli harganya naik hingga 30%. Tentu lebih tinggi dari suku bunga bank. Dan saya mungkin tidak akan mampu membeli jika saat itu saya menunda pembelian.

c. Dekati Perumahan Besar

Dana tidak cukup untuk membeli rumah di perumahan milik pengembang besar? Tak perlu berkecil hati, belilah rumah dari pengembang kecil di sekitar perumahan pengembang besar tersebut. 

Biasanya banyak pengembang yang membangun perumahan di dekat perumahan besar karena secara otomatis wilayah tersebut akan berkembang. Akan banyak usaha komersial yang bertumbuh serta fasilitas-fasilitas terbangun.

d. Dekat dengan Rencana Pembangunan

Ada rencana suatu daerah akan dibangun mal atau universitas, atau pusat komersial lainnya? Maka wilayah tersebut akan berkembang. Lokasi menjadi ramai, perhatian pemerintah pada daerah tersebut meningkat, investasi di daerah tersebut meningkat, tentunya harganya pun akan terus meningkat.

Selamat menemukan jodoh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun