Saya sangat beruntung. Tidak pernah sekalipun saya membayangkan bisa menikmati spa mewah dengan pemandangan pantai yang luar biasa indahnya di Pulau Bali.
"Mel, Spa yuk! Di sini nih.. Ada jacuzinya, keren!", kata seorang sahabat saya, Evi, sambil menunjuk sebuah foto di instagram, ketika kami berlibur di Bali.
Kami lalu menghubungi kontak di instagram akun tersebut. Sebuah resort mewah di Ungasan, Kuta Selatan Bali. Kami mengharapkan bisa mendapat jadwal sekitar pukul 15.00-16.00 agar bisa sempat menikmati sunset di pantai resort tersebut.
Cocok. Jadwal tersebut masih available.
"Untuk outside guest (di luar tamu villa) Â wajib menunjukkan vaksin yang ke 2 atau antigen maxsimal 2x24 jam" kata admin melalui pesan whatsapp.
Kami lalu mengirimkan sertifikat vaksin kami.
Biaya Spa
Untuk paket couple (berdua) dengan durasi 2 jam, kami bisa mendapatkan deep detox berupa 60 menit massage, 30 menit scrub dan 30 menit jacuzzi dengan biaya cukup fantantis, Rp 1.8jt per couple.
Namun biaya ini adalah biaya promo selama masa pandemi. Untuk biaya normal, biasanya pengunjung harus mengeluarkan lebih dari Rp 2 juta/orang. Â
Tentu saja ini bukan harga yang murah bagi saya. Layanan ini biasa digunakan para wisatawan asing dan para selebritis.
Hmmmmm jadi penasaran, seperti apa fasilitasnya.
Pemandangan dari Tebing
Kami sampai di resort sekitar pukul 14.30, dan menyempatkan diri mengabadikan foto dan beberapa video di berbagai spot indah dengan latar belakang bebatuan dan pemandangan kolam renang serta pantai yang indah dari tebing.
Resort masih tampak sepi. Restoran di tebing masih di tutup sementara selama masa pandemi. Hanya villa, spa dan beach club ditepi pantai yang dibuka untuk umum. Tidak banyak wisatawan asing. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Memang wisatawan asing belum banyak yang datang ke Bali hingga awal November ini. Selama 5 hari saya di Bali, hampir semua wisatawan yang saya temui baik di Bandara, cafe maupun tempat wisata dipenuhi oleh wisatawan lokal.Â
Banyak tempat yang sepi pengunjung, dan bahkan gulung tikar. Cukup menyedihkan. Namun, semoga setelah kasus covid 19 semakin berkurang, pariwisata Bali segera bangkit kembali.
Kami menuju ke lokasi spa. Disambut dengan welcome drink dan snack ringan, kami diminta menunggu, sementara petugas menyiapkan ruangan, sambil melihat pemandangan pantai.
Rasanya ingin berlama-lama di sana. Suara ombak begitu menenangkan, layaknya musik terapi yang sering saya dengarkan sebelum tidur.
Sembari menunggu kami diminta mengisi form, bagian apa saja yang ingin menjadi fokus ketika dipijat, bagian mana yang ingin dihindari untuk dipijat, serta apakah kita pernah menjalani operasi atau memmiliki luka di bagian tubuh tertentu.
Tidak lama, petugas memanggil dan membawa kami ke ruangan.
Luar biasa. Sebuah ruangan di atas tebing dengan sebuah kaca besar menghadap pantai. Sangat indah. Rasa-rasanya kami sudah lupa pegal-pegal bekas perjalanan. Langit, pantai, pasir putih. Perpaduan indah yang selalu menjadi pemandangan favorit saya.
Di ruangan tersebut telah tersedia dua buah bed untuk kami dipijat. Paket ini mungkin biasanya diambil oleh pasangan yang sedang berbulan madu. Namun kali ini, saya menikmati bersama sahabat saya.
Kami diminta berganti baju menjadi kimono dan melepaskan perhiasan atau aksesoris yang ada.
Sensasi pijat di tempat ini berbeda dari yang biasa saya datangi di mall di Jakarta. Kalau pijat di mall, rasanya enak, bikin mengantuk. Kalau pijat di sini, terapisnya akan fokus pada urat-urat yang bermasalah. Sehingga setiap titik yang bermasalah akan dipijat lama dan terasa sakit. Tapi enak!
"Kalau pijat enak, tidak akan menyembuhkan apa-apa. Nyaman saja. Kalau pijat yang fokus ke urat dan sampai terasa sakit baru bisa menyembuhkan." kata sang terapis.
Benar saja, berbagai titik terasa menyakitkan namun sekaligus nagih, membuat tak ingin beranjak. Kurang lebih selama 1 jam kami dipijat menggunakan aromatherapy oil yang aromanya wangi dan menenangkan.
Proses selanjutnya adalah scrub dengan garam untuk menghaluskan kulit, meregenerasi kulit, membersihkan kulit, relaksasi serta menghilangkan pegal-pegal.
Kami kemudian diminta untuk berbilas untuk dapat melanjutkan ke sauna dan jacuzi.Â
Sauna dan JacuziÂ
Lokasi untuk sauna dan jacuzi berbeda. Kami dibawa ke lokasi outdoor dengan pemandangan yang lebih indah lagi. Sebuah kolam jacuzi beratapkan awan dengan pemandangan samudera Hindia.
Kami hanya sauna selama beberapa menit, karena lebih tertarik untuk berlama-lama di kolam jacuzi. Airnya hangat.
Matahari sudah tidak terlalu terik karena kami menikmati jacuzi pada sekitar pukul 16.30. Cahaya sedang bagus-bagusnya untuk mengambil beberapa foto dan video. Tentu saja kami mengabadikan momen tersebut.
Bagi Anda yang sedang liburan atau mendatangi tempat istimewa, jangan pernah malu atau malas untuk berfoto. Foto adalah satu-satunya media kita dapat mengabadikan momen indah.Â
Kenangan akan seseorang, kenangan akan suatu tempat, momen spesial tidak bisa selamanya kita simpan dalam memori otak. Ada kalanya kita akan terlupa. Satu-satunya yang dapat menghubungkan kita pada memori adalah foto dan video. Bahkan bila momennya sangat spesial, jangan ragu pula mengunggahnya ke media sosial. Karena disimpan di handphone saja ada resiko ketika hp hilang atau rusak.
Kembali ke jacuzi. Rasanya ingin lama-lama di jacuzi, namun waktu sudah mendekati pukul 17.00, waktu kami akan segera berakhir.
Pengalaman ini sunggu spesial.Â
Apakah harganya sepadan? Saya harus bilang bahwa kombinasi antara pemandangan yang luar biasa indah, pelayanan istimewa dan fasilitas yang eksklusif ini memang sangat istimewa.Â
Kalau Anda ingin mencoba, maka sebelum harga kembali normal, sebaiknya Anda segera mencoba.
Saya sendiri menikmati fasilitas ini gratis. Terimakasih, sahabat saya Evi yang sudah mentraktir.. Berkah selalu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H