"Oke.. kabarin kalau udah sampai ya sayang" jawabku lirih, tak enak bila terdengar sahabatku yang tampaknya memang menyimak percakapan kami.
"Santai... Kamu puasin aja sama temen-temen kamu. Kalau belom selesai aku tunggu sambil sekalian solat di Masjid sebelah resto tempat kalian ketemu ya"
"Oke.. makasih sayang" aku menutup telepon.
***
"Romantis amat... udah dicariin aja sama suami" goda Dara.
"Dia mau jemput. Mumpung bisa bareng. Hehe" jawabku.
"Hidup kamu tu sempurna banget ya Sas. Pernikahan lo bahagia, masih bisa kerja, udah ada Rama yang lucu banget. Komplit deh! Gue pengen  kerja kayak lo. Bosen gue di rumah. Tembok lagi... tembok lagi. Atau seenggaknya ada anak lah, biar gue ada temen." ungkap Dara.
"Yap... gue juga suka iri tau kalau liat story lo sama keluarga di instagram. Kayaknya lo nggak pernah kesepian ya..." tambah Rosa.
Aku terdiam. Sempurna katanya? Iri pada hidupku?
Aku tidak menyangka mereka mengucapkan itu. Aku melihat Dara sebagai wanita yang beruntung karena tak perlu menghadapi kerasnya bekerja di Jakarta.Â
Suaminya, mas Aryo, bekerja di sebuah Bank BUMN dan sudah memiliki posisi yang mapan. Dara juga anak dari  pengusaha real estate. Dia sekarang tinggal di komplek perumahan cukup mewah yang sudah disediakan oleh orang tua.