24 November 2016
"Syg aku mau lamar kamu"
Pesan itu masuk pukul 09.12 melalui WhatsApp. Dari Irfan, lelaki yang sedang dekat denganku kala itu. Hingga sekarang pesan itu masih ada, belum kuhapus.
"Kamu serius?" balasku.
"Kata mama papa kasian kamu nunggu kelamaan.. ya kasih ak waktu pikir ya maksimal 1 minggu" tulis Irfan kembali.
Hah? Ada dua protes dalam hatiku. Dia mau lamar aku karena disuruh mama papanya dan tunggu.. kan seharusnya aku yang berpikir. Kenapa jadi dia?Â
"Kok kamu yang mikir? hahaha.. harusnya kamu mikir dulu sebelum ngomong ke aku"
"Aku mau istikharah..." katanya.
"Iya , aku juga mau minta petunjuk dulu. Ini keputusan seumur hidup" jawabku.
Tidak Romantis!
Itulah kali pertama aku mendapat lamaran serius dari seorang pria. Jauh sekali dari angan-anganku dari serial reality show "Katakan Cinta" atau adegan-adegan "Will You Marry Me" di youtube.Â
Adegan melamar wanita dengan makan malam romantis, penuh lilin, bunga-bunga, ada balon juga, atau boneka besar. Tidak ada semua itu.
Yah.. namanya wanita, ingin juga lah ya.. diberi kejutan yang niat-niat begitu. Ini dilamar sudah cuma lewat Whatsapp, yang lamar pun masih mikir-mikir dulu. Duh! Nggak ada romantis-romantisnya sama sekali pasanganku ini.
Nyatanya hingga sekarang dia menjadi suamiku tidak pernah melakukan hal yang romantis seperti dalam angan-anganku. Aku yang lebih bucin dan selalu memaksakan membuat kejutan-kejutan untuk dia. Seperti membuat video setiap hari ulang tahunnya dan meminta tolong keluarga, sahabat bahkan artis untuk memberinya ucapan selamat hari ulang tahun, atau membuat buku scrapbook berisikan foto dan kata-kata cinta, menggambar wajahnya, atau kejutan berupa hadiah lainnya.
Pernah pas ultahku, dia coba-coba mengikuti gayaku. Dia minta orang-orang untuk merekam video ucapan selamat ulang tahun. Lalu dikirimkannya mentah-mentah padaku. "Kamu edit sendiri ya"katanya. Bagaimana tidak "gemas"?
Suamiku bahkan tidak pernah bisa membelikanku hadiah, macam Papiku saja dia ini. (Baca juga: Hubungan Ayah dan Anak Perempuan Selalu Spesial). Dia cuma bilang, "Kamu pilih aja apa yang kamu suka, nanti aku beliin" Begitu katanya saat kami masih pacaran. Nyatanya aku terlalu sungkan untuk memilih barang, dan tidak pernah memilih apapun.
Begitu juga saat sudah menikah. "Kamu mau beli apa, nanti aku transfer". Ya kalau sudah menikah, boleh lah ya, kita dapat dari suami. Tapi intinya dia bukan tipe yang romantis ala sinetron atau film drama.
Tapi Dia Lakukan Ini
Setiap laki-laki romantis dengan caranya sendiri. Hal-hal yang saya lihat di layar kaca, ternyata basi. Nggak kreatif. Kalau kita bersyukur, ada banyak hal kecil yang teramat romantis yang dilakukan pasangan kita. Asal, kita mau membuka hati, pikiran, perasaan, dan menghargai pasangan.
Aku sempat stres berat di kantor. (Baca juga: Â Stres Berat? Mungkin Ini Bisa Membantu) Hampir selalu menangis setiap pulang kantor. Pulang pun lebih malam dari suamiku. Aku malas bangun tidur. Aku sering marah-marah dan kondisi mentalku buruk sekali kala itu. Berat badanku pun sukses melesat naik hingga bajuku banyak yang tak muat. Dari S/M jadi XL.
Aku bukan sok penting, tapi pernah satu hari sampai ada 3 rapat bersamaan dan ketiganya harus kuhadiri, kubilang ada staf lain pun pimpinannya minta aku hadir. Di saat itu pula dua orang sedang menungguku dan tidak mau ditemui yang lain, memilih menungguku.
Lemburku tiap hari juga tak ada guna. Beberapa kali aku ditinggalkan menyelesaikan sendiri. Pernah jam sepuluh malam aku baru selesai dari ruang pimpinan ruanganku sudah kosong. OB pun sudah pulang.
Hampir tiap hari aku kelabakan membagi waktu rapat, dan menyelesaikan pekerjaan. Mungkin ini yang disebut burnout.
Suamiku, dia yang mendengarkanku setiap hari. Padahal kala itu pun kantornya sedang kurang nyaman baginya. Dia yang dengan tegas menyadarkanku. Nggak usah masuk! Selama kurang lebih 5 hari dia minta  aku menenangkan pikiran.Â
Puluhan pesan masuk ke poselku setiap hari. Â Hari pertama 52 orang dan grup menghubungiku. Aku ingat sekali, aku menghitungnya. Berangsur turun hari ke 5 tinggal 20 an orang. Aku pun kaget ternyata sebanyak itu yang aku urusi tiap hari.
Tak ada yang benar-benar perduli dengan kesehatanku. Mereka hanya peduli pada tugas ini dan itu. Laporan ini dan itu. Serta daftar rapat.Â
Suamiku bilang. "Kamu Istri aku. Aku perduli sama kamu. Kamu berhenti dari kantor. Aku mohon kamu percaya sama aku. Aku tanggung semuanya. Gimanapun caranya!"
Adegan film apa ini.. Bukan... ternyata ini bukan adegan film.
Tidak mudah bagi saya mengambil keputusan itu. Kami sedang mengambil rumah baru. Pun deretan furnitur lengkap  sudah kami pesan melalui jasa interior. Sebagian memang sudah dibayar namun, tentu ini bukan hal kecil. Suamiku tak akan mampu sendirian. Tapi nyatanya dia berani mengambil tantangan berat itu.
"Nggak usah kamu pikir gimana caranya. Nanti aku yang pikir" katanya.
Selama 5 hari dia  dia sering mengajakku jalan-jalan, makan malam sesuai apapun yang aku inginkan. Dia mengajakku ke coffee shop hanya untuk mendengarku menangis panjang lebar. Padahal badanku pun demam. Tapi dia tahu, aku demam bukan karena sakit fisik. Tapi karena sakit pikiranku.
Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, aku mengambil cuti tanpa gaji selama 2 tahun. Aku juga memiliki masalah kesehatan hingga akhirnya aku bisa mengambil cuti sepanjang ini.Â
Itulah sebabnya aku bisa menata diri sekarang. Aku menjalani terapi dan memikirkan ulang apakah aku akan melanjutkan pekerjaanku.
Laki-laki tidak dilihat dari berapa banyak bunga yang dia berikan, bukan juga berapa banyak transferan yang dia kirimkan, apalagi kejutan-kejutan ala selebgram.
Nyatanya yang dibutuhkan wanita adalah laki-laki yang mencintai dengan sepenuh hati, jujur dan setia, serta bertanggung jawab melindungi keluarganya. Bertanggung jawab atas kebahagiaan keluarganya, penuh pengertian dan saling mendukung satu sama lain.Â
Menjadi sahabat dan pemimpin di saat yang sama.
Terima kasih suamiku. Lelaki terbaik pilihan Allah untukku, Irfan Kamil Siregar.
Selamat Ulang Tahun. Semoga Allah selalu menjaga, melindungi dan memberkahimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H