Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Hubungan Ayah dan Anak Perempuan Selalu Spesial

23 Juli 2021   18:32 Diperbarui: 25 Juli 2021   23:01 2671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan ayah dan anak perempuannya selalu spesial. Ada rasa manja berlebih dan protektif.  Tentu, bukan berarti dengan Ibu tidak spesial. Hanya berbeda spesialnya.  Tetapi kali ini aku akan fokus tentang ayah saja.

Aku memanggil ayahku dengan sebutan Papi. Papi orangnya terlihat cuek, sederhana, sangat ramah, lucu, baik hati, tapi juga sering menyebalkan, tidak mau kalah dan susah di kasih tahu. Tapi Papi saya orang yang sangat bertanggung jawab pada keluarganya.

Anaknya tiga, perempuan semua. Kalau bercanda atau berantem ramenya sampai rumah tetangga. Setelah saya dewasa, saya sadar pasti sulit sekali membesarkan dan menjaga kami yang perempuan semua ini.

Momen Spesial

Hal paling manis yang pernah aku lakukan untuk Papi saat aku masih kecil adalah saat ulang tahun Papi. Ketika masih SD, Aku dan kakakku yang setiap hari naik becak ketika pulang sekolah, kala itu bersepakat untuk pulang jalan kaki dan menabung uang becak untuk membelikan Papi kado. Mungkin selama tiga atau empat hari berturut-turut kami pulang jalan kaki sekitar 1.5 Km. Kemudian kami membelikan rokok dan pulpen. Rokoknya pun kami beli secara asal, yang penting uangnya cukup. Pulpen yang kami pilih juga yang menurut mata kami saat itu paling bagus. Kami membungkusnya dengan kertas kado.

Hadiah dari Papi

Hadiah dari papi selalu "unik". Berbeda dengan hadiah dari Mami yang pasti jadi kesukaan kami. Susah menjelaskan hadiah dari papi ini, kadang modelnya untuk laki-laki, kadang warnanya terlalu mencolok mata. Namanya juga Bapak-bapak, mana tahu selera cewek. Aku sempat menduga, kalau Papi membeli barang dari orang yang berdagang di sekitar kantornya. Entah karena kasihan atau sekedar melarisi saja.

Tapi hadiah itu tetap aku pakai. Mami kadang diam-diam mengingatkan "Dipakai lah sekali-sekali, kasian udah beliin". Tapi bagi aku sendiri hadiah dari Papi tetap spesial, aku bisa membayangkan Bapak-bapak membelikan hadiah untuk anak perempuannya, bagaimanapun juga itu hal yang manis.

Momen Rebutan

Ketika masih SD, pekerjaan kesenian dan ketrampilan adalah kesukaanku. Tapi Papiku tampaknya juga menyukainya. Cerita awalnya adalah Papiku mengajariku cara membuatnya. Kami kemudian mengerjakannya bersama, tapi aku kesal, karena merasa Papi yang lebih banyak mengerjakannya. 

Papi selalu "ikut campur" dalam setiap pekerjaan prakarya. Sampai dewasa aku masih sering rebutan untuk urusan "prakarya" lainnya, seperti merakit lemari, memperbaiki sepatu rusak dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan merakit barang.

Saat sudah menikah, ternyata "bakat" keterampilan ini sangat berguna. Dari merakit lemari, meja, kursi, jemuran, memperbaiki listrik dan memasang apapun aku yang kerjakan, karena suamiku terbiasa pakai tukang. Hehehe.

Pulang Malam

Diantara kami bertiga, aku paling sering pulang sore, bahkan malam. Maklum dari kecil aku suka ikut organisasi atau kegiatan ekstra di sekolah. Sebenarnya tidak pernah serius, hanya suka punya banyak kegiatan dan banyak teman. Kadang hanya datang di awal-awal saja, kalau kurang suka aku tidak datang lagi. 

Kalau susah dihubungi Papi akan membombardir pesan seperti ini./Dokpri
Kalau susah dihubungi Papi akan membombardir pesan seperti ini./Dokpri

Kalau menjelang maghrib aku belum sampai rumah, Papi terkadang menungguku di setengah perjalananku pulang naik sepeda. Mungkin Papi tidak tahu, tapi itu manis sekali untukku. Dulu aku merasa pulang sore atau malam, itu biasa saja, aku tidak takut. Setelah dewasa, aku baru paham apa yang mereka takutkan.

Kesabaran

Papi sangat sabar, dia tidak suka ke mall, tapi mau menemani Istri dan anak-anakanya ke Mall seharian tiap akhir pekan. Meskipun hanya duduk di kursi-kursi yang disediakan di beberapa spot di mall. Kami sampai menyebutnya "Tempat Penitipan Ayah".

Meskipun ada kegiatan di kantornya ketika weekend, dia tetap menyempatkan untuk mengantar kami jalan-jalan dulu siangnya. Atau dia akan buru-buru pulang bila kegiatan kantornya diadakan siang hari, supaya sempat mengajak kita jalan sore atau makan malam.

Wejangan

Aku suka sekali ngobrol dengan Papi. Papi gemar membaca, koleksi bukunya banyak, jadi selalu tahu apa saja. Kami juga sering membahas tentang kehidupan dan banyak wejangan yang saya dapatkan. Dia suka filsafat, jadi ya begitulah, agak berat. Kadang-kadang aku membaca buku-bukunya, meskipun banyak yang aku tak paham.

Melepas Anak Perempuan

Mungkin momen yang paling berat antara ayah dan anak perempuan adalah momen pernikahan. Melepaskan anak perempuan untuk menjadi milik orang lain. Menyerahkan masa depan dan sisa hidupnya dalam tanggung jawab orang lain. Saya rasa laki-laki sehebat apapun pasti berat melakukannya. Tapi ini siklus hidup, kalau kata Mami.

Papi mami tidak ribet. Mereka merestui hubunganku dengan pasanganku dengan mudah. Itu karena juga karrna aku tahu bagaimana laki-laki yang benar. Papi, seumur hidupnya memberi aku contoh, bagaimana seharusnya laki-laki  memperlakukan aku.
*
Bagi semua Ayah, sempatkanlah waktu untuk anak-anak kalian. Karena itulah yang akan mereka kenang. Bukan uang yang kalian berikan, tetapi waktu dan kebersamaan. Kelak Anda akan melepas anak perempuan, pastikan dia mengerti bagaimana laki-laki harus menghormati dan menghargai mereka. Dan berilah contoh untuk anak laki-laki bagaimana seharusya memperlakukan wanita. Karena kelak dia akan bertanggung jawab atas anak istrinya.
*

Terima kasih Papi. Selamat tanggal 23 Juli. Selamat Ulang Tahun!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun