Papi selalu "ikut campur" dalam setiap pekerjaan prakarya. Sampai dewasa aku masih sering rebutan untuk urusan "prakarya" lainnya, seperti merakit lemari, memperbaiki sepatu rusak dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan merakit barang.
Saat sudah menikah, ternyata "bakat" keterampilan ini sangat berguna. Dari merakit lemari, meja, kursi, jemuran, memperbaiki listrik dan memasang apapun aku yang kerjakan, karena suamiku terbiasa pakai tukang. Hehehe.
Pulang Malam
Diantara kami bertiga, aku paling sering pulang sore, bahkan malam. Maklum dari kecil aku suka ikut organisasi atau kegiatan ekstra di sekolah. Sebenarnya tidak pernah serius, hanya suka punya banyak kegiatan dan banyak teman. Kadang hanya datang di awal-awal saja, kalau kurang suka aku tidak datang lagi.Â
Kalau menjelang maghrib aku belum sampai rumah, Papi terkadang menungguku di setengah perjalananku pulang naik sepeda. Mungkin Papi tidak tahu, tapi itu manis sekali untukku. Dulu aku merasa pulang sore atau malam, itu biasa saja, aku tidak takut. Setelah dewasa, aku baru paham apa yang mereka takutkan.
Kesabaran
Papi sangat sabar, dia tidak suka ke mall, tapi mau menemani Istri dan anak-anakanya ke Mall seharian tiap akhir pekan. Meskipun hanya duduk di kursi-kursi yang disediakan di beberapa spot di mall. Kami sampai menyebutnya "Tempat Penitipan Ayah".
Meskipun ada kegiatan di kantornya ketika weekend, dia tetap menyempatkan untuk mengantar kami jalan-jalan dulu siangnya. Atau dia akan buru-buru pulang bila kegiatan kantornya diadakan siang hari, supaya sempat mengajak kita jalan sore atau makan malam.
Wejangan
Aku suka sekali ngobrol dengan Papi. Papi gemar membaca, koleksi bukunya banyak, jadi selalu tahu apa saja. Kami juga sering membahas tentang kehidupan dan banyak wejangan yang saya dapatkan. Dia suka filsafat, jadi ya begitulah, agak berat. Kadang-kadang aku membaca buku-bukunya, meskipun banyak yang aku tak paham.