Mohon tunggu...
Melisa Damayanti
Melisa Damayanti Mohon Tunggu... Guru - Mental Health Enthusiast

Good Heart Inside, aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pemuda untuk Negeri Berjiwa Bahagia

6 Desember 2021   10:13 Diperbarui: 6 Desember 2021   10:18 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini Indonesia sedang dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks dan kian menyita perhatian. Mulai dari permasalahan COVID-19 yang belum berakhir, bencana di berbagai belahan wilayah, dan juga kenyataan bahwa penggunaan sosial media yang menjadi toksik untuk kesehatan jiwa dan raga. Menteri Kesehatan Nila Moeloek pada periode jabatannya 2014-2019 pernah mengatakan 'tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa'. Menurut saya, kalimat tadi adalah kalimat yang tepat. Kesehatan jiwa adalah kunci yang utama, karena tak dapat dipungkiri salah satu pemicu penyakit fisik atau bahkan yang memperparah keadaan fisik ialah kondisi mental yang tidak baik-baik saja.

Kesehatan mental di Indonesia masih belum menjadi hal yang familiar untuk dibicarakan. Pemahaman masyarakat Indonesia terbilang minim terkait kesehatan mental ini. Tak heran jika keadaan demikian membuat orang-orang yang menderita gangguan mental cenderung menarik diri dari perkumpulan masyarakat dan menyembunyikan rasa sakitnya sendirian. Bukan pertolongan pertama yang diterima tetapi stigma negatif dan merasa diacuhkan yang justru memperburuk keadaan penyintas. Membentuk jiwa yang sehat bukan sekedar 'sedang banyak pikiran, mungkin butuh liburan' tetapi lebih dari itu untuk mendapatkan kembali keadaan mental yang sehat dibutuhkan rangkulan dan penerimaan dari sekitar. Untuk mencapai keutuhan mental yang baik diperlukan dorongan dari orang-orang di sekelilingnya. Membuat mereka merasa diterima dan dimaknai keberadaannya.

Berbicara masalah kebahagiaan, tentu hal ini adalah impian semua orang. Menjadi pribadi yang bahagia dan mudah menerima keadaan baik kepiluan atau yang lainnya, dan juga memiliki kemampuan manajemen perasaan yang baik. Berbahagia dalam segala keadaan, bukan berarti harus berhasil dalam menjalankan segalanya sesuai rencana, atau memiliki semua yang diinginkan, dan mencapai segala cita. Akan tetapi kebahagiaan lebih dalam dari itu. Tingkat kebahagiaan tentu saja berbanding lurus dengan kondisi jiwa seseorang. Sebagai pemuda, generasi yang produktif katanya dan berada pada masa bonus demografi, tentu saja akan sangat banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang tentram dan bijak dalam menyikapi permasalahan mental.

Memiliki semangat dalam menyebarkan kebaikan adalah salah satu modal besar untuk menjadikan Indonesia negeri yang semakin melek dengan kondisi kesehatan mental. Pemuda memiliki tenaga dan semangat yang masih membara, tentu saja hal ini bisa menjadi positif atau negatif dampaknya tergantung ke arah mana kesempatan yang dimiliki pemuda ini diproyeksikan.  Dengan meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan dan apa yang terjadi di sekitarnya, ini merupakan bekal bagi pemuda untuk terus bertumbuh dan berperan dalam membangun stigma yang semakin baik di masyarakat terhadap permasalahan mental di Indonesia. Lalu mengapa sangat perlu untuk melek akan permasalahan ini? Jawabannya adalah karena dalam berbagai kesempatan, para pemuda akan dihadapkan dengan pilihan untuk menolong sekitar yang membutuhkan bantuan terkait masalah mentalnya atau justru acuh dan berjalan dalam ketidaktahuannya.

Mengapa harus pemuda? Menurut Egsaugm dalam artikelnya pada tahun 2020,  data Riskedas (2018) menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang. Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki presentase depresi sebesar 6,2%. Melihat dari pertimbangan data tersebut, tentu menjadi alasan kuat mengapa pemuda harus ikut berperan aktif dalam merangkul dan menjadikan Indonesia sehat jiwa dan bahagia. Alasan sederhananya adalah pemuda cenderung menyampaikan permasalahan kepada sebayanya, dan oleh sebab itu kita harus siap menjadi pemuda yang mampu mendampingi dan memberikan pertolongan tepat kepada sahabat-sahabat, dan lebih jauh dari itu tanggap menolong semua kalangan usia dengan kemampuan yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun