Suatu ketika sakit datang padaku dan menggerogoti detik demi detik hati
Lalu ada sabar yang menjengukku sambil menyebut namanya 'sabar ya'
Kemudian amarah tak terima kalau aku dijenguk, ia berkata "apa sih maumu? ini juga lagi kenapa sakit dateng pas lagi kayak gini. Nyusahin tau nggak lho!"
Seketika air mata turun menenangkan alias membuat haru suasana, "Sudahlah biar ini terjadi."
Kemudian sedih merawatku berhari-hari lamanya, sampai kemudian sakit pergi.
Aku tidak tahu bagaimana bisa aku menjadi orang yang terlalu baik, entah itu baik atau bodoh. aku terlalu sabar dalam kecewa. sama seperti ketika sakitku menelan habis-habis bahagiaku. Sampai aku tak kuat dan amarah itu tumpah dalam tangisan. Orang-orang hanya tahu garis senyum yang membekas setiap harinya. Tapi tak pernah memperhatikan berapa kali pipiku basah oleh air mata.Â
Aku mau bernegosiasi dengan Tuhan. Tapi apa mau Tuhan mendengarkan aku sebagai hamba yang membangkang setiap hari? Tuhan sudah buatkan garisnya. SUDAHLAH terima saja Aku.Â
Kadang aku berpikir, Mungkin diakhiri itu lebih baik ketimbang berakhir? tapi tuhan belum melihat aku sebagaimana yang Ia mau. Tuhan maunya aku bahagia. Aku juga mau itu. Tapi apa ia nasibku sama seperti apa yang kami sama-sama inginkan.Â
Tuhaaaaaan... maaf terlalu sering Aku mengeluh. Tanpa tahu lamanya keluhku mengalahkan lamanya aku bersujud. Padahal bisa saja aku bersujud sambil mengeluh, menangis, berteriak, mengadu, dan menumpahkan semua sakit di pangkuanMu. Tapi aku terlalu bodoh untuk ini semua.Â
Aku bosan menjadi anak pintar, jika aku bodoh dalam menghadapi permasalahn hidup. Tolong hentikan semua pujian , aku tau itu adalah cerminnya Ujian. KALIAN TAHU LELAH? PERNAH LELAH? MAKA ITULAH AKU SEKARANG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H