Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Visual Storytelling, Mengapa dan Bagaimana?

10 April 2019   13:06 Diperbarui: 10 April 2019   13:39 2371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis tentang Visual Storytelling. Sumber: tech4pub

Visual storytelling adalah informasi yang divisualisasi dalam berbagai media agar mudah dipahami. Dapat dilakukan dengan menggunakan foto, video dan ilustrasi untuk menyederhanakan informasi yang kompleks.

Visual menjadi bentuk infomasi yang penting di masa sekarang. Hal ini dikarenakan 90% informasi yang ditangkap dan diproses oleh otak berbentuk visual dibandingkan dengan teks. Visual dapat membantu manusia memahami informasi-informasi kompleks.

Visual storytelling adalah informasi atau ide yang dituangkan dalam bentuk video, gambar, simbol, warna dan teks agar dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Media-media tersebut digunakan untuk membantu membangun pemahaman dan menjelaskan suatu makna. Secara singkat visual storytelling adalah cerita yang divisualisasikan.

1. MENGAPA VISUAL STORYTELLING?

Dan Roam menuturkan terdapat beberapa alasan yang mendasari pentingnya penggunaan visual storytelling dibandingkan media yang lain. Alasan-alasan tersebut adalah:

  • Visualisasi adalah teknologi tertua di bumi. Nenek moyang sudah menggunakan visualisasi untuk merekam pengetahuan mereka. Mereka menggambar binatang, alam, kegiatan, dll di tembok-tembok goa. Mereka paham bahwa dengan visualisasi mereka dapat membagikan informasi yang dimiliki. 
  • Visualisasi juga teknologi terbaru. Visualisasi ini dalam bentuk berbeda yaitu media sosial yang berbasis visual seperti Instagram, Youtube, dll. Media sosial ini telah menjadi budaya populer yang dianut oleh masyarakat. 
  • Data penelitian. Terdapat tiga penelitian yang memperkuat pentingnya visual storytelling. IBM's 2015 Smarter Planet Report menyatakan bahwa 90% data yang ada di dunia dihasilkan 2 tahun terakhir. Selain itu, Cisco's 2015 Visual Networking Index menyatakan bahwa 90% data yang ada di internet berbentuk visual. Di samping kedua penelitian itu, Roam juga menemukan bahwa sebagian besar orang tidak tahu cara menggunakan visual. Oleh sebab itu, data-data yang baru saja muncul dapat dikemas dalam bentuk visual storytelling yang mudah dibuat dan mudah dipahami.
  • Percakapan saat ini berbentuk visual. Dalam kehidupan sehari-hari, percakapan lebih banyak berbentuk visual. Tema yang diangkat sebagian besar berasal dari gambar pada media sosial, online shop dan video-video yang tayang di internet maupun televisi. Untuk bergabung dalam percakapan tersebut setiap orang harus menjadi orang yang berbasis visual terlebih dahulu.
  • Kinerja otak. Otak manusia bekerja untuk memproses visual sebanyak dua per tiga bagian dari seluruh kapasitas. Dapat dikatakan, untuk bertahan hidup otak akan lebih banyak memproses visual dibandingkan bentuk yang lain. Proses yang dilakukan otak menggunakan 20% tenaga yang dimiliki manusia  setiap harinya. Oleh sebab itu, visual menjadi penting dalam kehidupan setiap orang.

Sumber: optinmonster
Sumber: optinmonster

B Ganes Kesari dalam  menjelaskan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam membuat visual storytelling.

2. JENIS STRUKTUR CERITA

Dalam membuat visual storytelling yang baik terdapat beberapa struktur cerita yang dapat digunakan:

  • Monomyth: struktur cerita dimana tokoh utama melakukan petualangan dengan menghadapi berbagai tantangan. Teknik ini dapat membuat penonton merasa terlibat dalam sebuah petualangan. Penonton juga dapat mempelajari adanya keuntungan di balik keputusan mengambil resiko berupa kebijaksanaan dalam menghadapi permasalahan.
  • The Mountain: struktur cerita yang pada awalnya membangun setting cerita kemudian dilanjutkan dengan beberapa konflik yang mengarah pada konklusi klimaks. Struktur ini tidak mengharuskan akhir yang bahagia. Penonton dapat merasakan ketegangan dari cerita yang dibangun dan mengajarkan bagaimana menghadapi berbagai tantangan.
  • Nested Loops: struktur cerita yang menggunakan beberapa cerita pendamping untuk menceritakan inti cerita. Struktur ini baik untuk menggambarkan jalan pikiran hingga menemukan konklusi.
  • In Media Res: struktur cerita ini dimulai di tengah ketegangan cerita kemudian diceritakan bagaimana awal mulanya dan diteruskan dengan penyelesaian. Struktur ini baik untuk meraih perhatian penonton hingga tercapainya konklusi. Selain itu, struktur ini juga membantu memfokuskan perhatian penonton pada bagian terpenting dari sebuah cerita.

3. FAKTOR KEBERHASILAN

Visual story yang baik adalah yang dapat meraih beberapa poin ini:

  • Engage and entice: dapat meraih perhatian penonton dengan beberapa scene yang memorable.
  • Communicate a convincing argument: menyederhanakan konsep kompleks yang dapat dipahami oleh khalayak yang dituju.
  • Draw the viewer in: dapat membuat khalayak merasa terkoneksi dengan konten yang dibawakan.

Poin-poin di atas dapat gagal tercapai apabila khalayak yang dituju kurang tepat akibat tidak adanya kesamaan persepsi atas permasalahan yang diangkat. Sehingga khalayak tidak siap menerima informasi tersebut. Selain itu, gambar yang terlalu 'kuat' seperti dokumentasi tragedi dapat menimbukan persepsi berbeda dari yang ditujukan oleh pembuat. Media yang kurang tepat juga dapat menghambat keberhasilan visual story telling.

Hal utama untuk menghindari ketidakberhasilan tersebut adalah pembuat visual story harus memahami struktur cerita, teknik dan media yang tepat untuk menyampaikan informasi kompleks agar khalayak yang dituju dapat memahaminya. 

4. CARA MEMULAI VISUAL STORYTELLING

Sumber: VSI Blog
Sumber: VSI Blog

Menurut Jacinda Santora, terdapat 4 langkah dalam menggunakan visual storytelling, yaitu:

  • Cari tahu apa yang memotivasi atau menarik perhatian khalayak. Motivasi atau hal yang menarik masyarakat biasanya berupa perasaan kebebasan, perasaan memiliki, perasaan aman, kesuksesan, dll.
  • Bangun cerita yang sesuai. Cerita dapat berasal dari pengalaman pribadi maupun orang lain. Dapat berdurasi singkat selama cerita tersebut lengkap.
  • Gunakan visual yang memberikan dampak yang besar. Media yang mendukung memberikan dampak yang lebih besar pada visual. Sesuaikan dengan khalayak yang dituju dan platform yang sesuai. 
  • Tes, evaluasi, sesuaikan. Visual story yang sudah dihasilkan dites terlebih dahulu apakah mencapai harapan yang diinginkan. Apabila masih ada kekurangan, dapat dievaluasi dan direvisi kemudian dilakukan tes kembali. Tahap ini dilakukan hingga visual story cukup baik dan siap untuk dikonsumsi oleh khalayak. 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa visual storytelling merupakan media yang penting dalam menyampaikan ide atau informasi kompleks. Bentuk visual story dapat beragam dan terdapat beberapa poin yang menentukan keberhasilannya. Hanya diperlukan 4 langkah mudah dalam membuat visual storytelling. 

Infografis tentang Visual Storytelling. Sumber: tech4pub
Infografis tentang Visual Storytelling. Sumber: tech4pub

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun