Jurnalisme masa depan memunculkan 2 cara baru dalam melaporkan berita yaitu Curative Journalism dan Hyperlocalisation Journalism. Penulisan berita juga akan lebih mengutamakan kuratif dan kolaborasi. Dampak yang muncul dari jurnalisme masa depan akan mempengaruhi model bisnis berita, media tradisional dan organisasi berita dan publikasinya.
Menurut Rachel Tan, Daphne Kook dan Shah Salimat jurnalisme yang ada di dunia terbagi menjadi 3 masa, masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Setiap masa memiliki ciri khasnya masing-masing dalam mengumpulkan berita, melaporkan berita dan menyebarkan berita. Setiap masa juga memiliki cara penulisan beritanya masing-masing.
1. MASA LALU
Jurnalisme yang terjadi pada masa lalu sesuai dengan teori jarum suntik. Audience terpapar jurnalisme yang ada secara langsung dan menerima konten yang disampaikan tanpa memilah maupun melakukan verifikasi. Hal ini membuat pesan dan ideologi tertentu yang ingin disampaikan oleh perusahaan media tersebut dapat diterima oleh khalayak.
Proses pengumpulan berita di masa lalu melibatkan banyak orang dengan tugas dan job desk masing-masing. Contohnya seperti reporter, koresponden, editor, teknisi, dll. Sedangkan proses pelaporan berita dimulai dari editor yang mengarahkan reporter dan koresponden untuk mencari berita. Ia juga mengumpulkan informasi dari sumber dan jaringan lain. Kemudian, setelah semua informasi terkumpul, editor baru mulai untuk menuliskan berita. Berita-berita tersebut didistribusikan melalui majalah, radio, televisi dan koran.
Terdapat dua gaya penulisan berita yang sangat khas di masa lalu.
- Jurnalisme Investigasi: gaya penulisan ini cenderung lebih kritis dan menyeluruh. Gaya ini juga berusaha memberitakan informasi dan fakta tanpa rasa takut. Jurnalis dengan gaya penulisan ini cenderung sebagai "watch dog" atau pengamat dan pengkritik dari kebijakan pemerintah.
- Jurnalisme Kuning: gaya penulisan berita yang kontennya berupa opini bias yang disamarkan menjadi fakta yang objektif. Gaya penulisan ini ada untuk keuntungan politik dan ekonomi kelompok tertentu. Sering disebut sebagai trivial journalism dan tabloid journalism.
2. MASA SEKARANG
Jurnalisme interaktif mulai bergeser ke model transaksional horizontal. Khalayak tidak lagi hanya menonton dan menerima, namun juga ikut berkomentar dan menjadi "watch dog". Khalayak juga menjadi pembuat berita. Berita dikumpulkan dengan melalui 3 tahap. Dari website online, kantor berita dan rangkuman singkat mengenai acara tertentu.
Berita dilaporkan dengan tahap yang sama dengan menambah informasi yang didapat dari internet dan menghasilkan berita yang berbasis multimedia (video, berita di website online, koran, foto, dll). Sementara khalayak juga ikut berpartisipasi dengan mengirimkan tulisan mengenai peristiwa tertentu yang dikumpulkan dari sumber online atau orang lain yang menyaksikan secara langsung. Berita-berita tersebut disebarkan melalui majalah, koran, televisi, radio, media online, RSS Feed, blog dan media sosial.
Gaya penulisan berita pada masa ini mulai berkembang dan memiliki 4 gaya penulisan baru.
- Jurnalisme Opini: gaya penulisan ini tidak memiliki unsur objektivitas dan sangat subjektif. Gaya penulisan ini biasa tercantum di kolom editorial. Contoh dari jurnalisme opini adalah The New York Times yang memiliki kolom opini yang terbagi menjadi 5 bagian, yaitu Editorial, Op-Ed Columnist, Op-Ed Contributors, Letters dan Sunday Review.
- Jurnalisme Kolaboratif: pengumpulan informasi dari sejumlah individu maupun organisasi yang disusun sehingga menghasilkan sebuah berita. Salah satu dari jurnalisme kolaboratif adalah Bureau Local. Bureau Local adalah jaringan investigasi mengenai peristiwa-peristiwa yang ada di Inggris.
- Jurnalisme Sindikat: sebuah agensi yang menulis sebuah berita lalu menjualnya ke pubilkasi lain untuk dipublikasikan. Salah satu agensi yang bergerak dibidang jurnalisme sindikat adalah Kantor Berita ANTARA dan nytLicensing.
- Jurnalisme "Lap dog": Berbeda dengan jurnalisme watch dog yang mengkritisi kebijakan pemerintah sesuai dengan fungsi media sebagai pemberi informasi yang netral, jurnalisme ini lebih cenderung pro pemerintah sehingga berita yang disampaikan cukup bias dan subjektif.
3. MASA DEPAN
Jurnalisme masa depan akan terjadi perubahan dalam pemberitaan yang semua orang dapat memproduksi berita dan mengonsumsi berita. Penting dan relevannya sebuah berita tidak lagi ditentukan oleh kantor berita, melainkan oleh khalayak itu sendiri. Proses pengumpulan berita akan dilakukan dengan cara sosialisasi berita atau The Information Divide. Akurasi berita akan bersinggungan dengan kecepatan dalam mempublikasikan berita tersebut.
Terdapat 2 cara dalam melaporkan berita di masa ini, yaitu:
- Curative Journalism: cara ini dilakukan dengan mengumpulkan berita-berita dari sumber lain, lalu mengolahnyadan menempatkannya di satu tempat, sehingga pembaca dapat mengaksesnya dengan konten yang sudah terspesifikasi. Konsep kurasi ini bukanlah konsep baru, karena kurasi merupakan salah satu kemampuan utama yang harus dimiliki oleh editor dari kantor berita pada umumnya. Cara ini membawa evolusi pada para jurnalis yang didukung dengan perkembangan media sosial dan teknologi. Dibutuhkan kurator terpercaya dan standar serta alat yang tepat untuk mengembangkan kurator jurnalis. Contoh dari curative journalism adalah Beritagar.
- Hyperlocalisation Journalism: cara pelaporan berita ini menghasilkan berita mengenai peristiwa yang terjadi di daerah tertentu dan ditujukan untuk komunitas dan masyarakat pada daerah tersebut. Namun konten dalam berita dapat ditulis oleh orang yang bukan bagian dari komunitas itu. Alat yang dapat mendukung cara ini adalah media sosial, blog, WikiCity Guide, dll. Contoh dari Hyperlocalisation Journalism adalah koran lokal seperti Tribun Jogja dan Radar Depok.
Penulisan dan penyebaran berita akan terfokus pada kuratif dan kolaborasi. Dengan kuratif, berita-berita dari berbagai media akan dijadikan satu membentuk sebuah berita yang utuh. Sedangkan kolaborasi akan membuat banyak kantor berita berkontribusi dalam berbagai bagian untuk membentuk sebuah berita. Hal ini akan mengurangi polusi di internet dengan banyaknya berita yang muncul namun dengan konten dan isi yang hampir sama.
Pada jurnalisme masa depan, cara menyebarkan berita juga berbeda dari masa sebelumnya. Munculnya News Aggregator, yaitu semua laman yang mengumpulkan berita-berita yang ada dari laman lain namun tidak mengolahnya. Berita yang akan ditampilkan berupa berita terkini dari berbagai daerah dan berbagai sumber serta user-centric. Contoh dari News Aggregator adalah LINE TODAY.
Kantor berita akan lebih terbuka dari sebelumnya. Kantor berita akan saling terkoneksi, diakui oleh dunia, transparan, terbuka pada perubahan, dan menghasilkan eksperimen dan pengalaman baru dalam membaca berita. Cara kerja dari kantor berita ini adalah editor akan memilih topik tertentu yang akan diangkat kemudian menghubungi jurnalis yang ada. Selain itu editor juga akan menghubungi jurnalis lain dan citizen journalist atau menghubungi saksi mata terkait topik tersebut. Hal ini dilakukan untuk menambah informasi, konten dan interview sehingga berita dapat semakin menarik. Selain itu, editor juga dapat langsung menulis berita sesuai topik yang dipilih dengan mengkurasi sumber-sumber media sosial ataupun kanal berita lain. Semua orang dapat membuat kantor berita ini terlepas dari jarak geografis.
Tren terbaru yang ada di masa ini adalah berita dapat memiliki berbagai bentuk dan disebarkan melalui berbagai media berbeda. Jurnalis harus memiliki kemampuan lebih daripada sekedar menulis berita. Jurnalis harus dapat menulis berita singkat untuk website, menulis berita investigasi yang panjang, melaporkan berita untuk stasiun TV, merekam video, membuat podcast, dll. Jurnalis yang memiliki kemampuan ini disebut backpack journalist. Hal ini harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan khalayak yang ingin serba mudah dalam mengakses berita dan mendapatkan semua berita dari satu sumber.
Berbagai kemunculan dan cara-cara baru pada jurnalisme masa depan tentu membawa banyak dampak bagi industri jurnalistik. Terdapat 3 dampak yang timbul, yaitu:
- Model bisnis baru (Crowd-funded journalism, Tempo Investigasi).
- Media tradisional seperti koran akan lebih spesifik sehingga harganya akan lebih murah. Majalah akan terus ada karena kontennya yang spesifik. Sementara televisi akan menerima video yang diambil menggunakan smartphone sehingga tidak diperlukan keahlian khusus dalam mengambil video.
- Kantor berita akan menghasilkan satu berita namun dengan berbagai bentuk untuk dipublikasikan ke berbagai media dan dikonsumsi oleh berbagai segmen khalayak di waktu yang berbeda-beda. Organisasi berita akan lebih terbuka dan terintergrasi penuh.
“We'll no doubt see a change in the mix of whether news is produced by the professional, the pro-am, or the random passer-by who happens to be at the right place at the right time once with a cameraphone. From chronicle to broadside, from broadsheet to iPhone app, the format and delivery of news has always changed as a result of technological change and innovation, but the basic human behaviour of wanting to uncover, tell, and share stories of common interest always remains.” - Martin Belam, Information Architect, Guardian.co.uk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H