Sudah hampir 1 bulan sejak 11 maret lalu COVID - 19 menggemparkan masyarakat Kota Depok, Jawa Barat. Masyarakat menilai pemerintah telah "kecolongan" terhadap munculnya Novelcorona Virus ini.Â
Sejak saat itu segala bentuk aktivitas yang bersifat massif, dilaksanakan di ruang terbuka, dan yang bersifat umum mulai dibatasi. Tindakan pemerintah dinilai masih terlalu lambat dalam menangani bencana non-alam ini hingga berubah menjadi sebuah pandemi yang hingga kini masih berlangsung.Â
Para tenaga medis yang bertanggung jawab mengobati dan mengurus seluruh pasien satu persatu kembali kehadirat Tuhan, hal tersebut disebabkan karena mereka turut terpapar atau terkontaminasi virus yang dibawa oleh pasien.Â
Pertentangan diantara para stakeholder mengenai pentingnya pembatasan kontak fisik, kegiatan yang melibatkan banyak orang, dan penguncian wilayah hingga kini masih memanas.Â
Walaupun ada daerah yang sudah secara sepihak melakukan penguncian wilayah, namun baru belakangan ini penguncian wilayah dilakukan oleh beberapa daerah, khususnya daerah yang menjadi zona merah penyebaran COVID - 19 ini.Â
Semua aktivitas dihentikan, kecuali aktivitas - aktivitas yang bersifat vital seperti perbankan, industri strategis, pemasok bahan makanan, dan yang berkaitan dengan kebutuhan sehari - hari. Bahkan kegiatan keagamaan saja semua dialihkan dirumah masing - masing.
Seharusnya kita sadar. Dengan dibatasinya semua kegiatan kita telah mengingatkan kita pada satu hal dasar. Bahwa manusia hakikatnya tidak bisa hidup sendirian.Â
Manusia merupakan makhluk yang bergantung pada makhluk lain (homo homo lupus). Dahulu, kita dibutakan oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih. Kita terkesan "mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat". Kita rela untuk bervideo call lama sekali sedangkan ada orang yang kita sayangi disamping kita yang ingin diperhatikan oleh kita.Â
Sebuah keluarga saling sibuk sendiri dengan gawai mereka masing-masing. Harusnya kita menyadari, bahwa selama ini kita mengabaikan orang-orang disekeliling kita yang sebenarnya amat peduli dengan kita.Â
Mengingatkan kita bahwa sejauh manapun kita melangkah, kepada keluargalah kita akan kembali dan menceritakan hal menarik yang terjadi selama 1 hari ini.Â
Melatih kita untuk lebih perihatin pada saudara-saudara kita yang kesulitan dan harus berjuang untuk mendapat sebuah nasi kotak disaat kita tinggal dirumah dengan menggunungnya stok makanan untuk 1 bulan.Â
Dan pada akhirnya teknologi telah membuat kita sadar bahwa selama ini  kita lalai dan  rasa empati kita masih kurang  pada sesama. Sadarlah bahwa kita makhluk sosial yang saling membutuhkan. Perhatikan dan berempatilah pada orang-orang disekitarmu khususnya keluargamu. Mereka tidak hanya ingin sebuah kecanggihan teknologi, namun mereka juga ingin kehangatan dan rasa peduli antar anggota keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H