Mohon tunggu...
Melinda Rahmawati
Melinda Rahmawati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP-UHAMKA 2018

Seorang mahasiswa yang senang akan sejarah, sosial, sastra, dan unsur-unsur kebudayaan. seorang penulis pemula dengan impian dapat tertulis dalam sejarah melalui tulisan-tulisannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruang Budaya Masyarakat Indonesia Masa Depan

28 Maret 2020   03:51 Diperbarui: 28 Maret 2020   03:45 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengkonversian seperti ini bukan tidak mungkin berpengaruh pada ekonomi finansial dan ekonomi kultural yang disebutkan sebelumnya. Para penggiat industri penyiaran dituntut dan belomba-lomba untuk lebih update terhadap informasi yang sedang hangat menjadi perbincangan ditengah masyarakat, serta harus memberikan kemasan redaksional yang "menjual" pemberitaan tersebut. sehingga masyarakat akan lebih banyak mereview tulisan atau melihat tayangan-tayangan tersebut dan selalu mengikuti perkembangan dari pemberitaan tersebut setiap waktu.

Hal tersebut menjadi celah bagi para penyebar berita bohong (hoax) dalam menyebarkan berita-berita yang mereka siarkan secara berantai melalui beragam media digital tersebut. masyarakat pula menjadi sangat mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum jelas kebenarannya tersebut. inilah yang disebut dengan era post-truth. 

Saat kecanggihan teknologi yang telah sangat memudahkan untuk menjadi sarana broadcast dimanfaatkan untuk menyebarkan berita-berita bohong yang memprovokasi dan mengubah pandangan masyarakat secara luas dalam menyikapi sebuah permasalahan. 

Tentu yang dirugikan tidak hanya masyarakat, pemerintah sebagai pemangku kebijakan publik, namun juga para penggiat industri penyiaran juga mendapat imbas dari banyaknya berita bohong tersebut. 

Kepercayaan publik yang mereka jadikan nilai dalam ekonomi kultural menjadi merosot dan tidak jarang mengguncang kredibilitas mereka sebagai official media broadcaster. Hak kekayaan intelektual juga menjadi kurang diakui, karena hadirnya penjiplakan atas kekayaan intelektual yang marak terjadi. 

Kebimbangan hadir ditengah masyarakat berkaitan dengan beragam informasi. Masyarakat kesulitan membedakan antara berita bohong (hoax) dan berita yang memang fakta asli. 

Masyarakat jadi mudah terporvokasi oleh informasi informasi yang dikirim secara berantai melalui beragam media sosial. Serta, para penggiat industri penyiaran mengalami kerugian baik secara materil maupun secara nilai kredibilitas akibat pemberitaan bohong yang beredar ditengah masyarakat. 

Satu-satunya cara mengatasi kekacauan tersebut ialah selektif dalam membaca, menelaah secara rasional pemberitaan yang kita dengar atau kita dapatkan, mempertanyaan sumber pemberitaan tersebut, dan tidak mudah terprovokasi dengan seruan atau ajakan yang dapat berakibat merugikan diri sendiri atau setidaknya tidak meneruskan berita yang belum jelas kebenarannya.

Masa Depan Budaya Masyarakat Indonesia

Kita tidak mungkin menahan perubahan yang terjadi ditengah masyarakat. Karena hakikatnya masyarakat selalu berubah sesuai masanya. Begitupula budaya hadir dan mengikuti perubahan tersebut. menyesuaikan dengan hal-hal yang hadir pada masa itu dan memberikan identitas pada masyarakat disetiap masa waktu yang berbeda. 

Budaya Indonesia yang adiluhung bertransformasi menjadi budaya yang dijaga dan dilestarikan hanya sebatas sebagai identitas nasional. Budaya yang tumbuh, hadir, dan berkembang ditengah masyarakat ialah budaya yang masuk melalui globalisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun