Mohon tunggu...
Melinda Nurdin
Melinda Nurdin Mohon Tunggu... Penegak Hukum - A dreamer and i tried to make that dream come true.

Halo, semua! Mari belajar bersama! :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bullying Verbal Beserta Dampak yang Ditimbulkannya

18 Januari 2021   12:07 Diperbarui: 10 Juli 2021   19:30 2163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sijoripost.com

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain. Kita membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dan menjalani kehidupan. Proses ini dimulai sedari kecil, yang bermula dari keluarga inti berupa ayah, ibu dan saudara yang mengajarkan kita mengenai kehidupan.

Hal ini terus berlanjut hingga beranjak menjadi dewasa.  Dengan kita yang telah mengenal banyak orang, seperti teman, tetangga sekitar sampai masyarakat luas yang membuat keterampilan serta pengetahuan sosial semakin meningkat. Berkomunikasi dan berinteraksi merupakan kunci yang sangat penting untuk mengenal, bersosialisasi dan berhubungan erat dengan orang lain.

Namun sayangnya, di masa kini dalam berkomunikasi dan berinteraksi tersebut, seringkali ditemukan banyaknya orang-orang yang melontarkan perkataan buruk seperti mengejek, menghina, menggosip dan lain sebagainya kepada seseorang. Mirisnya adalah pada pelontaran perkataan buruk ini tidak hanya terjadi secara langsung kepada korbannya, tetapi juga dapat secara tidak langsung melalui dari mulut ke mulut. Kejadian tersebut kian hari semakin meningkat, yang mana kebanyakan terjadi pada usia sekolah sekitar sekolah dasar hingga menengah, yang mana sedang dalam masa pertumbuhan menuju dewasa.

Perlu diketahui bahwa seluruh perkataan buruk itu sudah termasuk ke dalam bullying verbal. Bullying verbal merupakan salah satu dari jenis bullying, yang mana merupakan jenis yang paling banyak terjadi di masyarakat. Dilansir menurut penelitian yang telah dilakukan oleh penulis sendiri, bahwasannya yang mengalami bullying verbal dari 51 orang adalah sebanyak 78% atau 40 orang. Angka ini tentu saja merupakan angka yang cukup fantastis sekaligus menunjukkan yang mengalami bullying verbal lebih banyak (dominan) daripada jenis lainnya.

Tindakan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik keluarga dengan perkataan buruk yang membuat si anak menjadi tidak percaya diri dan drop, tetangga dengan perkataan-perkataan jahatnya, teman dengan sindiran-sindiran, pengejekan dan lain sebagainya, guru dengan perkataan meremehkan maupun masyarakat luas. Yang menjadi permasalahannya adalah dimana mereka yang telah melakukan bullying verbal ini seringkali masih menganggap remeh, tidak menyadari apa yang dilakukannya dan menganggap bahwa apa yang mereka lontarkan benar dan wajar. Mereka juga tidak menyadari dampak apa yang dapat terjadi pada sang korban akibat dari kata-kata yang dilontarkannya.

Sang korban yang telah mengalaminya pun terkadang turut tidak menyadari bahwa yang dialaminya sudah termasuk ke dalam bullying verbal. Mereka hanya merasa bahwa semua hal-hal buruk yang dikatakan orang lain terhadap mereka adalah suatu hal yang benar dan merekalah yang salah. Mereka juga mempercayai bahwa semua hal buruk yang terjadi kepada mereka adalah sepenuhnya karena kesalahan mereka sendiri. Akibatnya adalah mereka tidak memiliki rasa percaya diri lagi dan memandang rendah diri mereka, yang membuat mereka mengalami kesulitan dalam hari-harinya.

Hal ini tentu harus segera diberikan pemahaman mengenai bullying verbal beserta dampaknya pada korban ini baik kepada masyarakat luas maupun sang korban sendiri, sehingga mereka kedepannya akan lebih berhati-hati dalam setiap perkataan yang mereka lontarkan dan korban dapat menyadari bahwa yang dialaminya merupakan bullying verbal, yang mana bukan merupakan kesalahan mereka. Tidak hanya itu, dengan adanya edukasi mengenai bullying verbal dan dampak yang ditimbulkannya tersebut, dapat turut memberantas dan mengurangi serta perlahan-lahan menghapus seluruh tindak bullying verbal yang masih terjadi ini.

Dampak bullying verbal merupakan dampak yang sangat berbahaya dan menyakitkan pada korban. Hal ini beradasar atas apa yang dikemukakan oleh Coloroso dalam (Wiyani, 2012), bahwa bullying verbal berlangsung secara cepat dan tanpa rasa sakit pada pelaku bullying, tetapi dapat sangat menyakitkan pada target (korban). Tidak hanya Coloroso, menurut seorang psikolog klinis, Liza Marielly Djaprie, yang dilansir dari CNN Indonesia, juga mengatakan bahwa bullying verbal memiliki dampak yang sangat dahsyat. Sebab dampaknya yang tidak terlihat, tetapi cukup mematikan dengan berdampak langsung pada aspek kejiwaanya, yang lebih sulit disembuhkan daripada luka fisik. Biasanya pun, pada kasus tingkat bunuh diri yang paling sering terjadi berasal dari verbal bullying dan cyber bullying, karena sangat menyakitkannya dampak atas bullying ini.

Selain itu, pada bullying verbal ini tidak hanya terdapat dampak jangka pendek yang hanya bersifat sementara, tetapi juga terdapat dampak jangka panjangnya yang bersifat cukup lama yang tetap bertahan hingga korban dewasa. Dengan adanya dampak jangka pendek maupun jangka panjang, tentu saja memengaruhi berjalannya kehidupan dengan adanya gangguan-gangguan tertentu. Seluruh gangguan ini dapat menjadi penghambat untuk individu (korban) memajukan dirinya.

Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Universitas Gadjah Mada, yang dilakukan oleh Marela, Wahab dan Marchira (2015), menunjukkan bahwa dampak atas bullying verbal ini memiliki peluang untuk dapat menyebabkan depresi. Depresi ini terjadi karena seluruh perkataan-perkataan buruk yang diterimanya inilah menimbulkan emosi-emosi terpendam yang tidak dapat dikeluarkannya. Sehingga dapat berdampak buruk terhadap bagian terdalam dirinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka artikel ilmiah atau penelitian ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui secara lebih jelas mengenai bullying verbal beserta dampak yang ditimbulkannya. Tidak hanya itu, dengan adanya penelitian ini berarti dapat membuktikan bahwa kita telah turut serta dan peka terhadap seluruh permasalah bullying verbal yang masih dianggap remeh. Penelitian ini juga memberikan pencerdasan dan pemahaman serta kesadaran baik kepada masyarakat luas maupun sang korban itu sendiri.

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini menggunakan metode deksriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. Menurut Anggito dan Setiawan (2018:7), metode penelitian kualitatif ini berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan yang dilakukan tersebut dalam kehidupan. Sedangkan menurut Nazir (2013:93), studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Sehingga lebih jelasnya sebagai penegasan, pada artikel ini bersumber pada buku, artikel, jurnal dan dokumen lain untuk memperoleh data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dipecahkan.

Hasil dan pembahasan yang didapatkan pada artikel ini adalah sebagai berikut:

  • Bullying dan Jenisnya

Bullying merupakan masalah universal atau luas yang hampir menyentuh seluruh orang dan terjadi di seluruh belahan dunia. Menurut Sejiwa dalam (Sapitri, 2020:13), bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuataan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok kepada orang lain yang lebih lemah dengan cara tindakan-tindakan yang tidak bermoral. Biasanya dalam hal ini terdapat ketidakseimbangan dalam hal kekuatan dan kekuasaan, sehingga orang yang mengalaminya atau korban tidak mampu untuk mempertahankan serta membela dirinya sendiri karena adanya kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar daripada miliknya sendiri.

Bullying sangat marak terjadi di sekolah-sekolah. Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah seperti SMP dan SMA/Sederajat, dimana berdasarkan penelitian Losey (2011), satu dari lima anak sekolah dasar dan sekolah menengah tersebut merupakan korban dari berbagai jenis bullying. Sehingga menunjukkan bahwa bullying lebih rentan terjadi pada saat masa pertumbuhan serta perkembangan remaja. Bahkan Indonesia memiliki kasus bullying yang lebih tinggi daripada negara lain. Hal ini dibuktikan melalui data dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019, dengan Indonesia berada di urutan ke-5 dengan adanya kasus bullying pada murid terbanyak mencapai 41,1% dibandingkan dengan rata-rata negara lainnya yang hanya sebesar 22.7%.

Tindakan bullying merupakan tindakan yang secara sengaja dilakukan, baik si pelaku menyadari perbuatannya maupun tidak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ken Rigby dalam (Lestari, 2016:149), bahwa sang pelaku melakukan tindakan ini hanya untuk kesenangan agar korban menderita. Oleh karena itu, tindakan bullying sangat buruk dan tidak terpuji, yang harus segera ditindaklanjuti.

Kemudian menurut Coloroso dalam (Sapitri, 2020:15-17), bullying terbagi menjadi 4 jenis antara lain:

  1. Bullying Fisik                            

Jenis ini merupakan bullying yang paling dapat di identifikasi karena biasanya memiliki jejak atau bekas seperti memar dan luka. Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.

      2. Bullying Verbal

Jenis ini adalah bentuk bullying yang paling banyak atau umum terjadi. Hal ini disebabkan bullying verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan bahkan tanpa bisa kita deteksi karena dari mulut ke mulut. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta berbagai gosip.

     3. Bullying Relasional (Sosial)

Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Bullying relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, tetapi tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

    4. Bullying Elektronik

Jenis ini adalah bentuk bullying melalui internet dan media sosial. Korban terus menerus mendapatkan pesan negatif dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya. Bentuknya berupa mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar dengan anonim, meninggalkan pesan voicemail yang kejam, membuat website yang memalukan bagi si korban, hingga korban dihindari atau dijauhi dari obrolan chatting.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa bullying memiliki 4 jenis yang terdiri dari fisik,verbal, relasional (sosial) dan elektronik. Masing-masing dari seluruh jenis bullying ini memiliki dampaknya sendiri. Akan tetapi, pada artikel ilmiah ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai bullying verbal dan dampak yang ditimbulkan dari adanya bullying verbal tersebut.

  • Bullying Verbal

Seperti yang telah disebutkan pada jenis bullying diatas, bahwasannya bullying verbal merupakan jenis bullying yang paling banyak atau umum terjadi di dalam lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Bullying verbal ini merupakan jenis bullying yang dilakukan secara lisan, baik secara langsung kepada korban maupun secara tidak langsung dengan dari lisan ke lisan lain. Menurut Coloroso dalam (Sapitri, 2020:15-17), bentuk dari bullying verbal dapat berupa pemberian julukan nama yang tidak baik (buruk), celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual.

Tidak hanya itu, berdasarkan data pada karya tulis ilmiah penulis, korban bullying verbal menerima perlakuan berupa pengejekan hingga pada pengejekan dan penghinaan terhadap fisik (body shaming), sindiran, gosip dan pembentakan. Pelaku dari bullying verbal ini kadangkala sering dilakukan oleh teman sebaya dalam pergaulannya, orang asing dalam sosial media, hingga guru dan orang tua yang seringkali melontarkan perkataan buruk seperti membanding-bandingkan, merendahkan dan menuntut yang mana membuat orang yang mendapatkan perkataanya tersebut alih-alih merasa terdorong dan termotivasi, yang terjadi adalah sebaliknya dengan merasa dirinya rendah, tertekan dan down.

Dari bentuk-bentuk tersebut, mungkin saja kita sendiri pernah atau sering melakukannya kepada teman ataupun orang lain dengan maksud candaan tanpa tahu bahwa perkataan tersebut telah menyakiti orang yang dituju. Misalnya, memanggil seseorang dengan julukan yang kita berikan dan mengundang tawa banyak orang yang melihatnya.

Seseorang yang mengalaminya pun akan merasa sakit hati sekaligus malu, tetapi tidak dapat mengatakannya. Akibat yang terjadi adalah ia menjadi tidak percaya diri karena julukan nama yang diberikan serta merasa bahwa harga dirinya rendah. Dengan demikian, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perkataan seseorang tersebut telah termasuk ke dalam bullying verbal yang telah melukai perasaannya.

Lain hal jika yang mengalaminya ini tidak merasa takut dan terintimidasi serta berani untuk membela dirinya, maka kejadian itu tidak termasuk bullying. Sebab bullying adalah suatu situasi dimana korban tidak mampu membela dan merasa takut untuk mengatakan apa yang dirasakannya. Namun kembali lagi kepada diri masing-masing orang, kadangkala kita tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya dirasakan karena adanya rasa tidak enak.

Rasa tidak enak biasanya lebih sering ditemui pada orang-orang yang telah memiliki kedekatan erat seperti halnya kerabat dan keluarga. Sehingga dengan rasa tidak enakan tersebut membuat kita memilih untuk memendam apa yang dirasakan. Rasa yang terpendam ini memunculkan adanya dampak terhadap diri korban yang tidak jarang membekas dalam diri mereka hingga seumur hidupnya.

Bullying verbal memiliki dampak yang dapat memengaruhi hidup orang yang mengalami (korban). Dampaknya dapat berupa berjangka pendek yang bersifat sementara dan berjangka panjang yang bersifat cukup lama. Ketika korban mengalami semua bentuk tindakan bullying, seluruh perkataan buruk yang diterimanya akan berbuah menjadi dampak yang mengkristal dalam dirinya. Menurut Ani dan Nurhayati (2019:98), setelah mengkristalnya dampak ini, maka korban akan merasakan bahwa kepercayaan diri yang dimilikinya melonjak turun menjadi relatif rendah, yang tentu berpengaruh dalam kehidupan individu serta sosialnya, tidak dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik, mudah marah, dan cenderung menjadi pemurung.

Dalam lingkungan pendidikan, korban akan merasa enggan untuk pergi ke sekolah karena takut dengan perkataan buruk yang dilontarkan oleh guru ataupun teman-temannya. Mereka juga merasa dendam atas perlakuan yang diterimanya. Bahkan, terdapat korban yang menjadi berlaku kasar kepada guru dan teman-temannya.

Kemudian, berdasarkan sebuah buku yang ditulis oleh Fried & Fried (1996:33-40), bullying verbal menyebabkan rasa sakit kepada korbannya dengan label (julukan) yang mereka berikan atas kekurangan yang dimiliki oleh korban. Dengan label (julukan) ini, para korban menyalahkan dirinya sendiri atas kekurangan yang ada pada dirinya serta memikirkan mengapa ia harus memiliki kekurangan tersebut. 

Mereka juga menjadi lebih tekut untuk bersosialisasi dengan teman-temannya lagi dan merasa kesulitan untuk lebih percaya kepada orang lain. Tidak jarang pula, para korban akan memutus atau berhenti dari kegiatan yang disukainya karena kegiatan tersebut menjadi bahan ejekan oleh teman-temannya dan memiliki kecenderungan untuk membuat label (julukan) sendiri kepada dirinya atas kekurangan yang dimilikinya sebagai proteksi (perlindungan) agar tidak ada yang memberikannya label (julukan) lain serta akan menggunakan obat-obatan terlarang sebagai pelarian (pengalihan) atas rasa sakit seperti stress yang dideritanya.

Berdasar atas data kuesioner dalam karya tulis ilmiah yang telah dilakukan oleh penulis, bahwa dampak bullying verbal ini adalah menimbulkan rasa tidak percaya diri atau insecure, adanya rasa takut untuk bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya, memikirkan segala sesuatunya secara berlebihan atau overthinking, merasa sedih, stress, cemas dan down atas perkataan buruk yang diterimanya. Beberapa dampak ini juga tetap melekat hingga mereka dewasa atau berkepanjangan seperti tetap memiliki rasa takut untuk bersosialisasi, sering merasa tidak percaya diri atau insecure, menjadi pribadi yang pendiam, hingga adanya perubahan kepribadian sebelum dan sesudah mengalami bullying verbal.

Hal ini didukung oleh Skaine (2015:64), yang menyatakan bahwa bullying verbal menjadi salah satu penyebab dari stress, depresi, masalah kesehatan mental, kejahatan psikologis dan penyalahgunaan zat. Untuk lebih lanjut dampak dari bullying verbal ini adalah adanya masalah pada kesehatan mental, kepercayaan diri yang rendah, memiliki citra atau pandangan terhadap dunia secara buruk atau negatif, menjadi agresif, terjerumus ke dalam hal yang salah seperti memakai zat-zat berbahaya dan alkohol sebagai pelarian atau pengalihannya, anti sosial dan menyakiti diri sendiri. Dalam jangka panjang dampaknya berupa menjadi kasar (abusive), tertekan (depressed), dan merusak diri sendiri (self destructive).

Mereka yang mengalami atau korban juga merasakan beberapa pengaruh terhadap keadaan emosinya. Dalam survei yang dilansir dalam situs bullying.co.uk, mereka yang telah mengalami bullying verbal ini merasakan beberapa emosi yang ada pada dirinya, seperti antara lain depresi, merasa gelisah, terkucilkan dari kehidupannya, menjadi pendiam dan suka menyendiri, memiliki keinginan untuk bunuh diri (suicide), merasa dipermalukan, merasa dirinya rendah, kesal, marah, frustasi dan memercayai perkataan buruk orang lain kepada dirinya serta menyalahkan diri sendiri.

Tidak hanya itu, dampak dari bullying ini juga berakibat pada seseorang yang mengalaminya menghindari media sosial, merasa cemas untuk pergi bersekolah, adanya kecenderungan untuk membully orang lain, memiliki gangguan makan, hingga pada kasus esktrem yang mencoba menghilangkan nyawanya sendiri atau melakukan bunuh diri.

Selain itu, menurut Arsih (2010:11), korban merasakan adanya perasaan kecewa. Hal ini diakibatkan oleh perkataan-perkataan buruk yang diterimanya dari orang-orang yang dianggap memiliki kedekatan dengannya, seperti teman, guru hingga orang tuanya sendiri. Dampak lainnya adalah menjadi sosok yang pemalu, emosian dan pendendam.

Berdasarkan uraian dampak diatas, telah jelas menunjukkan bahwa bullying verbal memiliki dampak yang sangat serius dan berbahaya. Dengan demikian, diharapkan para pelaku dapat menyadari bahwa perbuatannya bukan merupakan hal yang remeh, tetapi hal yang sangat buruk. Dan untuk korban, agar dapat menyadari bahwa pelontaran kata yang buruk termasuk dalam bullying verbal dan menjadi lebih berani serta kuat untuk dapat membela dan mempertahankan dirinya sendiri. Selain itu, sudah waktunya untuk kita menghentikan bullying verbal ini dengan memulai dari selalu melontarkan kata dan kalimat yang baik, tidak memberikan julukan buruk kepada seseorang, turut serta membela korban dan mengingatkan apabila ada seseorang yang masih melakukan bullying verbal kepada orang lain, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi bullying verbal sehingga setiap orang memiliki kehidupan yang nyaman dan bahagia.

Daftar Pustaka/Referensi:

Buku:

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.

Fried, S. E., & Fried, P. (1996). Bullies & Victims: Helping Your Children through the Schoolyard Battlefield. New York: M. Evans and Company, Inc.

Losey, B. (2011). Bullying, Suicide and Homicide: Understanding, Assessing, and Preventing Threats to Self and Others for Victims Bullying. New York: Taylor And Francis Group, LLC.

Nazir, M. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sapitri, W. A. (2020). Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini. Bogor: Guepedia.

Skaine, R. (2015). Abuse: An Encyclopedia of Causes, Consequences, and Treatments. California: ABC-CLIO, LLC.

Wiyani, N. A. (2012). Save Our Children From Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Karya Ilmiah:

Ani, S. D., & Nurhayati, T. (2019). Pengaruh Bullying Verbal di Lingkungan Sekolah Terhadap Perkembangan Perilaku Siswa. Jurnal Pendidikan Sosial dan Ekonomi (Edueksos), 8 (2), 98-99. https://doi.org/10.24235/edueksos.v8i2.5119

Arsih, F. Y. (2010). Studi Fenomenologis: Kekerasan Kata-Kata (Verbal Abuse) Pada Remaja. Tesis Universitas Dipenogoro, 11. http://eprints.undip.ac.id/16456/2/Program_Studi_Ilmu_Keperawatan.pdf

Lestari, W. S. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Bullying di Kalangan Peserta Didik. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 3 (2), 149. http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/568162

Marela, G., Wahab, A., & Marchira, C. R. (2017). Bullying Verbal Menyebabkan Depresi Pada Remaja SMA di Yogyakarta. Jurnal Universitas Gadjah Mada, 33 (1), 45-46. https://doi.org/10.22146/bkm.8183

Sumber Lainnya:

BullyingUK. (2020). Verbal Bullying. https://www.bullying.co.uk/general-advice/verbal-bullying/

Jayani, H. D. (2019, Desember 12). PISA: Murid Korban 'Bully' di Indonesia Tertinggi Kelima di Dunia. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-tertinggi-kelima-di-dunia

Wahyuni, T. (2016, Januari 14). Kekerasan Verbal Lebih Berbahaya Dibanding Fisik. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160113210042-255-104124/kekerasan-verbal-lebih-berbahaya-dibanding-fisik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun