Lombok, kita mungkin tidak asing mendengar nama Pulau yang satu ini. Pulau dimana banyak orang berdatangan untuk sekadar melepas penat dan menjauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang begitu sibuk. Pulau ini bisa dipenuhi banyak pengunjung dari dalam maupun luar negeri, terkhusus di hari-hari libur.
Saya pun banyak mendengar dan membaca ulasan dari orang-orang yang pernah berkunjung kesana.Â
"Pantai-pantai di Lombok cantik dan indah", kata mereka.
Sebagai orang yang lahir dan tinggal disana, perkataan ini memang fakta. Disamping ada pantai-pantai yang memang sudah dipenuhi gundukan sampah, masih banyak pantai yang belum terjamah orang-orang, pantai-pantai  yang belum bernama.
Bagi saya sendiri, Lombok adalah pulau yang "Ideal" (saat saya menulis ini), kenapa ? Alasan utamanya tentu bukan karena saya asli orang sana. Namun, ada hal-hal lain yang membuat saya berasumsi akan hal ini.
Yang pertama, Lombok adalah pulau yang kecil. Perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain tidak membutuhkan waktu yang lama. Bahkan untuk melakukan perjalanan dari Barat Lombok sampai Timurnya tidak memakan waktu sampai satu hari penuh, bahan setengahnya pun tidak. Perjalanan menuju kerabat tidak memakan waktu lebih dari 2 atau 3 jam. Hal ini baru terpikirkan saat saya waktu itu hendak safar ke Jawa Tengah. Menggunakan bis dari Jawa Timur memakan waktu yang menurut saya yang tidak terbiasa sangatlah lama. Belum lagi saat mendengar teman-teman yang bercerita bahwa ia menghabiskan sekitar 7-10 jam untuk pergi ke rumah kerabat, rumah dari bandara yang jauh dan harus naik kendaraan umum beberapa kali. Bagi saya yang belum terbiasa mungkin sudah pasti akan terkena "culture shock". Intinya, luas pulau ini sangat membantu untuk aktifitas sehari-hari dan untuk memenuhi kebutuhan.Â
Yang kedua, stress relief ada disana. Gunung, pantai, hutan, bukit, perkebunan, sungai, air terjun berkumpul disana. Tidak bisa dipungkiri, ini barangkali bisa jadi kebutuhan fundamental bagi sebagian orang. Beberapa, menyisihkan uang untuk berlibur dan hilang sejenak dari riuhnya kota. Mengapa orang-orang keluar dari pulau mereka di hari-hari libur ? jawabannya tidak lain karena mereka mencari keindahan alam di tempat-tempat  tersebut. Orang pulau ini tidak perlu keluar kesana-kemari untuk mencari pemandangan dan tempat-tempat liburan, karena itu sudah tersedia disana. Barangkali, mereka hanya keluar untuk mencari penghidupan di pulau lain. Bagian-bagian Lombok terkenal dengan ikonnya masing-masing. Bagian timur dengan Gunung Rinjani yang menjulang, perkebunan buah dan sayuran, serta air terjun yang bisa ditemui di banyak tempat juga pantai. Bagian selatan dengan penginapan-penginapan yang megah, sirkuit Moto GP, dan tidak lupa pantai. Bagian barat yang disana terdapat Ibu kota Lombok, pastinya ada pusat perbelanjaan, Islamic Center yang beberapa tahun lalu pernah menjadi tuan rumah perhelatan MTQ dan sampai sekarang masih difungsikan, dan juga pantai. Pernah membayangkan kita sedang di kota namun masih bisa dekat dengan pantai yang asli ?. Disana ada daerah bernama Ampenan, rumahnya para nelayan, namun jangan salah, disana juga berdiri kantor-kantor pemerintah, bank-bank  ada disana, dan kedai kopi.  Ampenan merupakan bagian dari Ibu Kota NTB, Mataram.Â
 Di pantainya, orang-orang biasanya menghabiskan weekend, melihat matahari terbenam dengan duduk di pelataran pinggir pantai sambil menikmati makanan dan minuman yang dijual oleh para pedagang di pinggir pantai. Tidak perlu muluk-muluk, kita hanya perlu bayar parkir untuk masuk ke sini. Jadi, untuk menemukan stress relief, kita tidak perlu jauh-jauh, cukup mengendarai motor sebentar, kita sudah sampai. Kota yang kecil namun bisa dibilang padat, terpenuhi dengan apa yang orang-orang butuhkan. Disana, bukan sesuatu hal yang tidak mungkin setelah berbelanja di Mall kita bisa pergi ke pantai.
Yang ketiga, jalanan masih terbilang lengang, terlebih jalan-jalan yang menuju pedesaan. Belasan tahun hidup di desa, jalanan besar penghubung antara bagian Barat dan Timur, tidak pernah macet karena banyaknya orang berkendara, macet barangkali karena ada peristiwa tertentu di jalan tersebut, selebihnya lancar saja. Di kota pun begitu, 3 tahun tinggal disana saya tidak pernah menggerutu karena jalanan padat yang berujung saya harus telat berangkat ke sekolah. Kenapa ini penting, karena hal ini memang menjaga "kewarasan" seseorang. Kita tidak perlu jalan tengah malam untuk menghindari macet, tidak perlu jalan 3 jam lebih awal untuk tidak berdesakan di jalan. Dan, ini tentu menjaga keefektifitasan waktu kita.
Yang keempat, keberagaman. Kalau kita mengira di Lombok, penduduknya hanya ada muslim saja, tidak. Sewaktu SMA, saya satu kelas dengan teman-teman yang beragama Kristen, Hindu, Budha, Katolik. Di Ibu Kota kita bisa melihat banyak warna disana, tahu bagaimana latar belakang mereka, cara mereka beribadah, setidaknya kita jadi punya wawasan tentang satu sama lain, mereka hidup dengan damai disana. Pernah dengar tentang Desa Sade atau Daerah Bayan ? Sade sendiri akan kita lewati jika kita berjalan menuju Pantai Kuta, Mandalika. Disana, masyarakat masih hidup kental dengan adat. Mereka menenun pakaian, membersihkan lantai dengan kotoran sapi, atap-atap rumahnya masih terbuat dari jerami khas rumah-rumah pedalaman. Untuk menemui desa ini, tidak perlu pergi jauh-jauh ke dalam menyusuri hutan karena pintu masuknya tepat ada di pinggir jalan. Bayan pun tak jauh berbeda dari Sade.
Yang kelima, barangkali ini yang terakhir. "Keseimbangan", saya barangkali belum menemukan kata yang pas untuk menggambarkannya. Begini, Lombok memang tempat pelarian orang-orang luar pulau ini tapi, kedatangan mereka kesini barangkali sudah diatur oleh pemerintahan setempat supaya tidak mengganggu kehidupan masyarakat, singkatnya pemerintah setidaknya masih berpihak pada pribumi. Ada kawasan yang memang diperuntukkan untuk wisata dan kawasan itu punya batasannya. Disana memang ada bar, karaoke dan bermacam hiburan lainnya, namun tempat-tempat hiburan ini tidak melewati batasannya. Semacam "ada daerah-daerah untuk senang-senang tapi sampai sini saja batasnya". Tempat-tempat seperti itu tidak akan kita temukan di seluruh penjuru Lombok, hanya di kawasan tertentu. Maka dari itu Lombok dengan pulau seribu masjid masih sarat akan suasana religinya. Franchise-franchise asing tidak banyak disana. Bahkan masih banyak sekali pedagang-pedagang pribumi yang punya peran utama mengelola pantai.Â
Inilah opini-opini dibalik "idealnya" pulau ini bagi saya sendiri. Mungkin bagimu, bukan pulau ini dan itu tidak mengapa. Saya jadi lebih merasakan betapa tinggal disana memang nikmat tersendiri setelah kurang lebih 5 tahun menuntut ilmu di pulau lain, dan pulang sesekali saat liburan tiba. Saya tidak bilang pulau lain tidak punya "sesuatu", namun saat di tempat lain ke pasar memerlukan waktu lebih banyak, mengunjungi tempat liburan juga butuh effort lebih, jalanan terkadang tidak bersahabat itulah yang membuat saya berpikir pulau kecil ini sangat nyaman untuk dihuni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H