Mohon tunggu...
Melinda Nur Fadilah
Melinda Nur Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Sosiologi

Mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyaluran Kegiatan dan Pengembangan Kreativitas Remaja sebagai Upaya untuk Mencegah Kekerasan Pemuda

26 Maret 2023   13:29 Diperbarui: 26 Maret 2023   13:32 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melinda Nur Fadilah 

Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

melindafadilah2003@gmail.com

PENDAHULUAN

Kekerasan yang dilakukan oleh pemuda memang bukanlah fenomena yang baru. Namun, belakangan ini kasus kekerasan pemuda mulai meresahkan masyarakat luas. Kekerasan pemuda/ Peer violence didefinisikan sebagai tindakan kekerasan fisik, emosional atau seksual yang dilakukan oleh teman sebaya di usia sekolah ( Wandera dkk., 2017). Tindak kekerasan dapat berupa perundungan dan/atau penganiayaan. Berdasarkan data kekerasan remaja yang dihimpun oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) pada tahun 2023, menunjukan bahwa sebanyak 1.086 pelaku kekerasan merupakan teman sebaya korban.

Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi tindak kekerasan pemuda. Jika dilihat dari faktor internal, kekerasan pemuda dapat terjadi karena pola asuh orang tua yang salah. Seorang anak yang terbiasa melihat atau menjadi korban saat orang tuanya melakukan kekerasan cenderung akan terpengaruh dan meniru hal tersebut. Selain itu, kepuasan ego seperti ingin dianggap hebat dan berani juga seringkali mendorong mereka untuk melakukan kekerasan. Sedangkan, faktor eksternalnya dapat berupa pengaruh dari teman sebaya, kemiskinan, dan kurangnya pengawasan dari lingkungan sekitarnya.

Beberapa kasus kekerasan remaja yang terus terjadi akhir-akhir ini juga menunjukan bahwa ada yang tidak beres dengan sistem di negara ini, seperti sistem pendidikan dan penegakan hukum. Dalam hal ini, lembaga pendidikan masih kurang maksimal dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai anti kekerasan kepada siswanya. Sedangkan, lembaga penegak hukum juga masih kurang tegas dalam mengawasi dan memberikan efek jera kepada pelaku kekerasan, sehingga mereka tidak merasa takut untuk melakukannya kembali di kemudian hari. 

Dampak Kekerasan Pemuda

Tindak kekerasan sudah pasti menimbulkan berbagai dampak negatif bagi korban dan masyarakat sekitar, mulai dari segi fisik maupun psikologis. Misalnya, belum lama ini terjadi kasus penganiayaan yang dilakukan anak pejabat ditjen perpajakan yang mengakibatkan korbannya dalam kondisi koma. Selain koma, korban juga mengalami trauma berat pasca penganiayaan tersebut. Dampak psikologis tersebut bukan hanya dirasakan oleh korban, melainkan juga orang tua dan keluarga korban. 

Selain itu, kasus pembacokan yang dilakukan oleh segerombolan remaja juga sangat meresahkan warga, terlebih bagi warga yang beraktivitas di malam hari. Aksi pembacokan yang dilakukan oleh para remaja tersebut dilakukan tanpa alasan yang jelas dan sudah memakan banyak korban luka bahkan meninggal dunia. Dari sinilah jelas terlihat bahwa kekerasan yang dilakukan oleh pemuda adalah masalah yang sangat serius dan memerlukan usaha bersama dalam mengentaskannya. Oleh sebab itu, diperlukan suatu pendekatan yang tepat untuk mencegah dan mengentaskan kekerasan pemuda. Pendekatan yang dilakukan diharapkan memiliki efek jangka panjang dan dapat menciptakan pemuda Indonesia yang kreatif dan anti kekerasan.

Solusi: Penyaluran Kegiatan dan Pengembangan Kreativitas Remaja

Solusi atau penyelesaian masalah yang baik haruslah dapat berlaku secara berkepanjangan dan tidak menimbulkan permasalahan lainnya. Selain memperbaiki sistem pendidikan dan penegakan hukum, masalah tindak kekerasan pemuda dapat dicegah dan dituntaskan melalui dukungan cara lainnya. Adapun strategi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah kekerasan pemuda adalah The Welfare Strategy. Strategi pengembangan ini dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat yang disertai dengan pembangunan kultural, sosial, dan ekonomi. Jika ditelisik melalui konsep pengembangan masyarakat, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat agar dapat berperan aktif. 

Dalam konteks remaja atau pemuda, konsep pengembangan melalui kegiatan pemberdayaan remaja dapat menjadi solusi yang baik untuk mengentaskan permasalahan kekerasan remaja di samping pendampingan psikologis oleh tenaga ahli. Selain itu remaja juga perlu untuk di-upgrade potensinya agar mereka dapat lebih kreatif dan memiliki pengetahuan serta keterampilan kerja yang berguna untuk masa depan mereka. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, di antaranya:

  1. Pendidikan non formal

Pemberian kursus keterampilan tertentu atau pendidikan non formal kepada remaja pelaku kekerasan dapat dipilih sebagai solusi untuk menyalurkan kegiatan mereka. Waktu luang yang tadinya dipakai untuk konvoi atau meresahkan warga, dapat diisi dengan kegiatan yang dapat mengembangkan diri mereka. Dalam pendidikan non formal ini pun, mereka ditanamkan nilai-nilai anti kekerasan dan dituntut untuk berpartisipasi aktif.

  1. Pengembangan kreativitas berbasis penyuluhan partisipatif

Dalam penyuluhan partisipatif, para remaja dilatih dan dibiasakan untuk mampu dan mau berpartisipasi. Dalam hal ini, para remaja dianggap sudah kreatif dan memiliki potensi diri yang baik, sehingga pihak lain atau penyuluh hanyalah bertugas sebagai fasilitator. Bentuk penyuluhan partisipatif yang dapat dilakukan adalah membentuk suatu balai pengembangan kreativitas yang di dalamnya terdapat beberapa keterampilan yang dapat dipilih oleh para remaja tersebut. Dalam balai tersebut disediakan berbagai macam fasilitas agar mereka dapat dengan bebas mengembangkan kreativitasnya. Penyuluhan partisipatif diharapkan dapat menciptakan masa depan remaja yang unggul, sejahtera, dan mandiri. 

  1. Penyaluran kegiatan melalui peningkatan potensi keolahragaan

Remaja atau pemuda yang memiliki potensi atau minat dalam bidang keolahragaan patut didudung dan terus dilatih oleh profesional agar dapat menciptakan pemuda yang berprestasi di tingkat regional dan internasional.

Dari solusi yang disebutkan di atas, ketiganya sama-sama menggunakan pendekatan yang partisipatif. Hal ini dimaksudkan agar para pemuda tersebut dapat diarahkan ke hal yang lebih positif dan tidak terjerumus ke hal-hal yang dapat merugikan diri mereka sendiri dan orang lain, seperti tindak kekerasan. Selain itu, memberdayakan remaja atau pemuda juga dapat menciptakan pemuda yang kreatif, inovatif, mandiri, dan berdaya saing serta menumbuhkan semangat kewirausahaan. Dengan begitu, mereka dapat tumbuh menjadi masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera.

KESIMPULAN

Tindak kekerasan yang dilakukan pemuda sudah sangat meresahkan masyarakat. Dampak yang dirasakan juga bukan hanya secara fisik, melainkan juga dampak psikologis bagi korban dan orang-orang sekitar. Kesalahan pola asuh, pengaruh teman sebaya, kurangnya peran Lembaga pendidikan, dan penegakan hukum yang kurang tegas turut mendorong terjadinya tindak kekerasan pemuda. Oleh sebab itu, maka diperlukan suatu solusi yang bukan hanya dapat mengurangi jumlah kasusnya, akan tetapi juga dapat mencegah terjadinya kekerasan pemuda. Solusi tersebut dapat berupa pemberdayaan pemuda melalui program-program penyaluran kegiatan dan pengembangan kreativitas remaja. Program yang dijalankan juga harus berbasis partisipasi aktif dari remaja atau pemuda itu sendiri agar mereka dapat lebih mandiri dan tidak ketergantungan dengan pihak lain. Memberdayakan pemuda juga diharapkan dapat meningkatkan potensi mereka agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat yang sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Moh Ali. (2009). Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak. (2023). SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak). Jakarta: Kemenpppa.

Pribadi, Andy. (2014). Kekerasan Pelajar Apa Penyebabnya? Diakses melalui tautan https://wartakota.tribunnews.com/2014/11/25/kekerasan-pelajar-apa-penyebabnya pada 25 Maret 2023. 

Wandera, S., Clarke, K., Knight, L., Allen, E., Walakira, E., & Namy, S. et al. (2017). Kekerasan terhadap anak-anak yang dilakukan oleh teman sebaya: Survei berbasis sekolah cross-sectional di Uganda. Pelecehan & Penelantaran Anak , 68 , 65-73. doi: 10.1016/j.chiabu.2017.04.006

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun