Cintaku yang rindang sebelum pagi itu menjelang,
Dibentang embun untuk terhenti berseri, Dimana terik tergesa-gesa memaksa.. Embunnya mengering sebelum mentari terbangun.
Hanya waktu yang melonggong dalam seret detiknya Yang terserak dimakan rindu.. Tinggalkan sanggah dilumuri debu
Lalu...Untuk apa harus menjejah di genangan rindu.. Jika hanya untuk merengkuh pilu letih perihnya rasa,
Itu saja kah arti kasih ??
Sebagaimana ikrar para pejuang romantika dengan heroik bersorak di dalam gelora hasrat di ujung musim...
dan jikalau..
Sang penyair dicanangkan untuk ranumnya bibir sang pengoda yang meliukan tarian.
Hhh.. dia akan merana hari itu
Semenarik itukah manik aksara rindu tak lagi bergema ?? Menyumbang rindu yang kehilangan damba..
Bukankah sebetulnya cinta itu adalah kebahagiaan luas, terlepas semesta lain mengerang jengah kenaifannya.
Sebagaimana napas yang nyata tidak berputus asa, Tetap menjarah bahagia yang tak lagi kentara..
Sepertiku yang hatinya mengosong, Pada siang itu yang dipeluk dingin..*
Bengkulu,140222
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H