Masa remaja merupakan masa transisi, dari fase anak-anak menuju dewasa. Dimana pada masa itu dapat merubah psikologis seseorang tidak stabil dengan signifikan.Â
Ya, masa remaja adalah fase yang tepat untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan positif, agar bisa menjadi pribadi yang berguna dan produktif.
Tapi masa remaja saat ini, banyak sekali anak muda yang menghabiskan waktunya demi untuk keluarga.
Mereka rela menunda cita-cita dimasa muda, demi untuk menghabiskan waktu agar bisa membantu keluarga. Mengesampingkan kebutuhan pribadi demi untuk memprioritaskan kebutuhan keluarganya.Â
Maka tak jarang kenyataan ini bersinggungan dengan kesehatan mental seseorang. Lalu apakah hal ini bisa kita hindari atau ada jalan yang lebih baik lagi?
Di balik layar kehidupan sosial media yang tampak sempurna, tersimpan jeritan diam yang tak terdengar. Krisis kesehatan mental pada remaja Indonesia semakin mengkhawatirkan, menjadi ancaman serius bagi generasi penerus bangsa.
Survei Kesehatan Indonesia (2023), mengungkapkan depresi sebagai penyebab utama disabilitas pada remaja, dengan generasi Z (15-24 tahun) tercatat paling rendah dalam mengakses pengobatan.Â
Kondisi ini dapat memicu peningkatan masalah sosial seperti bunuh diri dan penyalahgunaan zat terlarang. Pemahaman yang baik mengenai faktor penyebab depresi pada kelompok ini menjadi kunci penting dalam penyusunan strategi intervensi (Kemenkes, 2023).
Di sisi lain hari ini generasi sandwich terjebak dalam gaya hidup rusak, mulai dari FOMO, konsumerisme, hedonism.
Kenapa sandwich itu menjadi permasalahan?Â
Hal ini, bermula dari rendahnya pendapatan. Jadi dari generasi ke generasi, punya pendapatan yang rendah.
Jika kita flashback, terhadap orang tua zaman dahulu ketika makan saja cukup dengan jagung.Â
Nah, kemungkinan besar generasigenerasiÂ
berikutnya, bisa menjadi harapan bagi orang tuanya untuk merubah nabis yang lebih mapan dari orang tua sebelumnya.
Adapun data dari Astra Life, sebanyak 48,7% masyarakat usia produktif di Indonesia adalah sandwich generation. Data tersebut, dikumpulkan melalui survei kepada 1.828 responden usia pada skala nasional, di 34 provinsi.
Istilah generasi sandwich pertama kali dicetuskan oleh professor asal Kentucky University, yaitu Dorotchy A. Miller, pada tahun 1981. Dan di Amerika sudah populer pada tahun itu.
Dalam bukunya Social Work. Ia menanalogikan fenomena ini seperti sebuah roti sandwich, yang dimana roti isi, didalamnya terdapat tumpukan-tumukan, ada keju, potongan daging, sayur, telur dll.
Menurut professor tentang generasi sandwich, ketika usia 40tahun gagal, artinya iya gagal dalam mempersiapkan masa depan
Dan begitu sebaliknya, ketika usia 40 tahun sudah kebeli rumah, income yang banyak, aset berlimpah, maka menurut professor orang tua tersebut sukses merencanakan masa depan, dan memberikan pola asuh ya berhasil.
Nah analogi itu, dapat kita simpulkan bahwa generasi sandwich harus menafkahi, diatasnya ada orang tua, dibawahnya ada adik, serta himpitan yang sangat besar terhadap keuangan dalam keluarga serta saudaranya.Â
Namun, ketika kita seorang Muslim dibudaya Timur, bahwa berbakti kepada orang tua, bersedekah kepada adik, dan menafkahi istri hingga memfasilitasi kebutuhan anak, hal tersebut dalam Islam sangat dianjurkan dan mendapat pahala.Â
Bahkan dalam Islam itu, semakin orang tua kita renta, semakin orang tua ketergantungan sama anak, maka semakin besar peluang amal shalih untuk si anak.
Adapun prinsip seorang mukmin, di usia 25 tahun ia sudah diajarkan untuk menjadi pribadi yang mandiri
Fenomena ini banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Komunikasi terkait dengan finansial memang cukup penting untuk meminimalisir persoalan keuangan yang berujung pada kondisi stres karena harus memikirkan sendiri persoalan keuangan.
Seperti dampak dari generasi sandwich, diantaranya gak bisa pensiun dini, ga bisa beli rumah diusia muda, serta pendapatan mepet dengan pengeluaran.Â
Seperti direntang usia 21 tahun, generasi sandwich memiliki beban finansial ganda!
Tren peningkatan harapan hidup dan memiliki anak pada usia lebih tua!
Generasi sandwich juga dapat mengalami dampak psikologis, seperti kesedihan yang bersifat antisipasi, kecemasan dan ketakutan saat anda menunggu kepergian mereka!
Point-point diatas, menggambarkan bahwa generasi sandwich memiliki tingkat pengalaman yang berbeda.Â
Ironisnya, generasi sandwich terkadang tidak memiliki dukungan "semangat" dari keluarganya dan melahirkan kepribadian mandiri.Â
Seperti dalam QS. Al-Insyirah ayat 7 yang artinya, "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)".Â
Â
Selain itu, Allah SWT juga menegaskan dalam QS. Ar-Rad ayat 11 bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika kaum tersebut mengubah keadaan mereka sendiri.Â
Â
Mandiri adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri, membuat keputusan, dan bertanggung jawab atas tindakan dan pilihan yang diambil. Orang yang mandiri tidak terlalu bergantung pada bantuan orang lain.Â
Â
Beberapa ciri orang yang mandiri adalah:
Selalu ingin memberi, bukan meminta
Selalu ingin membantu, bukan dibantu
Selalu ingin menolong, bukan ditolong
Selalu ingin menjadi subyek, bukan objek
Selalu ingin menjadi orang berdaya, bukan yang tak berdaya
Selalu ingin menjadi orang yang mampu, bukan lemah
Selalu ingin menjadi orang yang mulia, bukan hina
Surat Ar-Ra'd ayat 11 berbunyi: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri".Â
Walahu'alambisshoab
Oleh: Melinda Harumsah, S.E (Penulis, Creator Economy, Tim Smart With Islam Chapter Klari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H