Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia memiliki kekayaan yang luar biasa dalam hal sumber daya manusia. Di era bonus demografi seperti saat ini, Indonesia memiliki peluang besar dalam mengelola potensi ini secara optimal, tidak hanya dari generasi muda namun juga dari generasi tua. Apalagi, kementerian kesehatan RI telah menyatakan bahwa Indonesia saat ini telah memasuki era Aging Population, dimana jumlah penduduk lansia meningkat signifikan. Generasi tua sering dianggap sebagai beban, akan tetapi sebenarnya bisa menjadi peluang emas untuk menciptakan bonus demografi baru. dengan pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki, generasi tua dapat menjadi aset berharga jika diberdayakan dengan strategi yang tepat. Aging population bukanlah akhir, melainkan peluang baru untuk masa depan yang lebih adaptif.Â
Aging population merupakan kondisi ketika persentase penduduk lansia (penduduk berusia 60 tahun keatas) di suatu negara mencapai sepuluh persen atau lebih dari total seluruh penduduk. Fenomena ini menandakan bahwa telah terjadi keberhasilan pembangunan di suatu negara, terutama ketika pembangunan kesehatan mampu meningkatkan angka harapan hidup serta menurunkan angka fertilitas (BPS,2023).Â
Indonesia telah mengalami aging population sejak tahun 2021. Persentase lansia Indonesia mengalami peningkatan setidaknya 4 persen selama lebih dari satu dekade (2010-2022). Peningkatan jumlah lansia ini dapat memberikan keuntungan jika dikaitkan dengan adanya bonus demografi. Bonus demografi sendiri adalah sebuah kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari jumlah penduduk usia non-produktif. Sehingga aging population yang dialami Indonesia memiliki potensi untuk menjadi bonus demografi kedua. Bonus demografi kedua merupakan keadaan dimana suatu negara atau wilayah memiliki proporsi penduduk yang berusia tua semakin banyak, namun masih produktif dan masih memberikan sumbangan bagi perekonomian negara tersebut (Heryanah 2015).Â
Di Indonesia tahun 2023, sekitar 53,93% penduduk lansia dari total penduduk lansia tergolong masih aktif bekerja, meningkat sebesar 1,38 persen dari tahun sebelumnya (BPS, 2023). Tingginya persentase lansia bekerja, menunjukkan banyak penduduk lansia masih aktif dalam pasar kerja. Secara teori, ini menjadi kabar baik karena rasio ketergantungan lansia terhadap penduduk produktif akan berkurang. Dengan begitu, lansia juga dapat ikut berkontribusi bagi perekonomian negara. Namun, realitas menunjukkan sisi lain dari fenomena ini. Seiring meningkatnya jumlah lansia yang bekerja, persentase rumah tangga lansia dengan status ekonomi rendah juga ikut meningkat. Status ekonomi rumah tangga ini dapat diukur melalui distribusi pengeluaran yang dikelompokkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi 40% terbawah, 40% menengah, dan 20% teratas. Semakin kecil pengeluaran rumah tangga, semakin rendah pula status ekonominya.Â
Banyaknya lansia bekerja namun tidak dapat meningkatkan kesejahteraannya, menunjukkan terdapat permasalahan pada kondisi ketenagakerjaan lansia. Tantangan tersebut salah satunya adalah keterbatasan lansia dalam hal keterampilan dan pendidikan, yang menyebabkan mereka menjadi tidak relevan di dunia kerja. Selain itu, kualitas hidup yang rendah, dengan banyaknya lansia dalam keadaan kurang sehat , mengakibatkan lansia tidak bisa produktif. Tantangan lainnya dan yang paling besar adalah pola pikir dari masyarakat yang masih menganggap lansia sebagai beban ekonomi, padahal mereka memiliki potensi besar untuk ikut berkontribusi terhadap perekonomian negara. Tanpa penanganan yang tepat, tantangan-tantangan ini dapat menghambat potensi besar bonus demografi kedua, yang diharapkan dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial negara. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk dapat mengambil langkah strategis dalam memastikan kontribusi lansia secara optimal.Â
Beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendukung hal ini antara lain : peningkatan perlindungan sosial, jaminan pendapatan, peningkatan kapasitas individu, meningkatkan derajat kesehatan dan mutu lansia, serta membangun masyarakat dan lingkungan ramah lansia. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan lansia dapat tetap berkontribusi pada perekonomian negara dan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik sehingga dapat menciptakan manfaat jangka panjang bagi negara.Â
Indonesia yang saat ini telah memasuki era aging population memiliki peluang besar untuk mencapai bonus demografi kedua. Namun kenyataanya masih banyak penduduk lansia yang berstatus ekonomi rendah. Penduduk lansia, dengan pengalaman dan keterampilan yang dimiliki dapat menjadi aset berharga bagi negara. Namun, tantangan seperti keterbatasan keterampilan, pola pikir masyarakat dan rendahnya kualitas hidup harus segera diatasi melalui langkah-langkah yang tepat. Dengan penanganan yang tepat, lansia dapat menjadi pilar penting dalam menciptakan indonesia yang lebih sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H