Mohon tunggu...
melina nur wakhidah
melina nur wakhidah Mohon Tunggu... -

bahagia itu ketika sesuatu dari hidup kita dapat bermanfaat bagi hidup orang lain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pemerkosaan Atas Nama Cinta

18 Mei 2016   20:23 Diperbarui: 18 Mei 2016   20:44 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: foto pribadi

Cinta

Cinta adalah tembang indah,

Yang tersusun dari senandung kepahitan

Cinta adalah tembang indah,

Yang mengalir dari dawai-dawai kepedihan

Cinta adalah tembang indah,

Yang mencuat dari adab hati penuh kegelisahan

Cinta adalah tembang indah,

Yang lahir dari rahim penderitaan

Cinta adalah tembang indah,

Yang hadir di tengah-tengah kesepian.

(dari kitab cinta-II; Lip Wijayanto: Demi Cinta)

Anda yang pernah benar-benar jatuh cinta pasti pernah merasakan betapa nikmatnya alunan nada asmara dari getar-getar yang dipetik dari dawai-dawai hati. Ada rasa rindu, ada rasa haru. Gemetar tatkala disebut nama sang kekasih. Selalu ingin berjumpa. Takut kehilangan, tapi malu jika bertemu. Jatuh cinta berjuta rasanya, begitulah faktanya. Namun, ibarat rasa manis, jika terlalu manis, pahit juga rasanya. Karena itu kita butuh menejemen rasa dalam bercita.

Pemerkosaan selalu diidentikkan dengan tindakan kekerasan/kekejaman, di bawah tekanan/ancaman dan perilakunya dapat dikategorikan sebagai seorang penjahat (kriminal). Seorang pemerkosa selalu ditampilkan dengan simbol-simbol lawas. Berwajah sangar, berjambang lebat (brengosen), bertubuh hitam kekar, dan tentu saja maniak seks. Memang tidak semua dari gambaran-gambaran tadi salah. Akan tetapi juga tidak sedikit dari gambaran tadi yang sangat keliru, bahkan menyesatkan. Seorang pemerkosa bisa berlindung di balik kedok cinta yang biasanya di sebut dengan “pacar”atau ”pacaran”.

“ Aa’ ndak mbolehin dedek ikut maching band karena Aa’ sayang ama adek. Aa’ ndak mau ngeliat dedek kecape’an....!”

“bukannya mas nggak ngebolehin adek ikut outbond, adek tau kan mas sayang ama adek, mas gak mau adek terlalu deket ama pembina pramuka yang sok cari perhatian ke adek, mas nggak mau hubungan kita berantakan...”

Nah contoh-contoh di atas inilah yang dinamakan pemerkosaan hak asasi cinta. Mencintai tidak sama dengan mengekang, melarang, mendikte, mengatur, bahkan memaksa. Kasus pemerkosaan yang terjadi di dalam bingkai pacaran tadi ikatannya adalah ”cinta”, yang melahirkan komitmen-komitmen dan peraturan-peraturan . misalnya, anda baru pacaran, tapi anda sudah berani membuat peraturan ini dan itu. Contoh :

- Tidak boleh merokok

- Tidak boleh punya temen cewek dan ngerjakan tugas bareng (kalau anda wanita)

- Tidak boleh puya temen cowok ngerjakan tugas bareng (kalau anda laki-laki)

- Wajib antar jemput

- Harus ngabari tiap kali mau pergi kemana-mana

- Dan seterusnya

Peraturan-peraturan ini memang tidak tertulis, namun lazimnya orang yang mengikat diri dalam bingkai pacaran akan melakukannya meskipun ada komitmen-komitmen awal untuk tidak saling mengikat, mengekang, dan seterusnya. Pada kasus ini, kata “sayang” dan “cinta” akan dijadikan senjata yang paling ampuh untuk membangun kerangkeng imajiner bagi pasangannya.

Mencintai adalah keinginan untuk selalu memberi, mempersembahkan yang terbaik, menjaga, menghargai pendapat, menjaga kehormatan, dan harga diri orang yang dicintai. Yang terjadi di dunia nyata saat ini justru sebaliknya, katanya cinta tapi tiap hari hanya menuntut saja tanpa pernah memberi. Katanya cinta, tapi “kehormatan” sang pacar tidak dijaga, malah diminta sebelum waktunya. Ini cinta yang seperti apa???

Sementara si cowok malam harinya bisa tidur pulas di kos-kosannya karena kepayahan setelah ngeseks sedangkan si cewek tidak bisa tidur, kebingungan, karena takut hamil, takut dosa dan sebagainya.

Anda jangan salah menafsirkan, seorang pemerkosa bisa jadi adalah seorang laki-laki halus berkulit putih, lemah lembut, berwajah tampan, tanpa kumis, dan tidak kekar. Dan pemerkosaan jenis inilah yang marak terjadi di kalangan anak muda jaman sekarang yang di kemas dalam bingkai mahligai pranikah yang bernama “pacaran” dan di sertai kata “sayang” dan “cinta” sebagi senjata utamanya. Contoh pemerkosaan atas nama cinta, misalnya:

“ayolah, dek, sekali ini aja, abang janji...”

“tapi adek takut hamil bang....!”

“ndak, kalo Cuma sekai ndak hamil kok, lihat aja orang yang udah nikah tujuh tahun malah belum hamil....”

“sekai ini aja ya....?”

“iya....!”

Tapi setelah itu:

“katanya kemaren cuma sekali, kok ngajak lagi?”

“jujur, yang kemaren abang ndak bisa menikmati. Kan buru-buru. Mumpung kos-kosan sepi, teman-teman lagi pada kuliah. Adek cinta kan sama abang...?”

“gimana kalo hamil bang..?”

“abang pasti tanggungjawab, sekarang atau nanti kita kan pasti nikah. Abang udah ndak sanggup hidup tanpa adek...”

Contoh lainnya yang juga biasa terjadi :

“sayang kan sama mas. Mas pengen banget...!”

“bukan adek gak sayang mas, tapi kita kan belum nikah, adek takut dosa, belum kalo adek hamil, gimana ngasih taunya ke mama sama papa?”

“abang juga takut dosa, udah sekali ini aja, kita tobat bareng-bareng. Yang penting untuk ngiket kita aja. Biar mas total gak tergoda yang lainnya. Dan mas juga yakin kalo adek udah jadi milik mas seutuhnya...”

“terus kalo hamil gimana mas...?”

“Air mainya, gak usah dimasukin....!”

Ini contoh-contoh kasus jika pihak wanita lebih toleran. Untuk kasus-kasus tertentu diamana pihak wanita bisa tegas, rayian dapat berubah menjadi ancaman. Misalnya:

“ya udah...udah. mas capek terus begini. Mas ngerasa Cuma dimanfaatin untuk nganter kesana-kemari. Mas Cuma pengen adek membuktikan cinta adek ke mas. Udah kita putus aja!”

Contoh-contoh kasus di atas inilah yag dapat di kategorikan pemerkosaan atas nama cinta.

Seks yang benar adalah seks yang memberikan rasa aman, nyaman dan tentram. Bagaimana bisa merasa nyaman, jika setiap saat khawatir tertular penyakit seksual. Apa bahagianya melakukan seks jika selalu di hantui rasa bersalah, takut hamil, dan seterusnya. Artinya, pemaksaan seks yang keliru dalam aplikasinya akan menyebabkan si pelakunya dihantui oleh rasa bersalah yang berkepanjangan.

Apa yang harus pembaca lakukan jika sudah kadung cinta, dan mengikatkan diri dalam komitmen pacaran? Baca kembali teks di atas secara perlahan-lahan dan anda camkan dalam-dalam. Jika pada diri pacar anda ada 5% saja dari yang telah dideskripsikan di atas, maka secepatnya saja anda mengambil sikap. Apa sikap yang harus di ambil itu pilihan anda. Namun, jika anda tidak sanggup bertindak tegas, yakinlah dampaknya akan sangat berat di kemudian hari.

[tulisan di atas, saya rangkum dari buku yang berjudul “pemerkosaan atas nama cinta” yang di tulis oleh Lip Wijayanto yang di terbitkan oleh Tinta pada tahun 2003. Singkat cerita pagi tadi saya pergi ke perpustakaan umum di kampus saya untuk mencari buku untuk keperluan tugas saya, secara tidak sengaja saya melihat buku “pemerkosaan atas nama cinta” di rak dan saya tertarik untuk meminjam buku ini. Setelah saya baca bukunya subhanallah isinya sangat bagus dan mencerminkan keadaan di kalangan anak muda jaman sekarang, kemudian saya merasa tertarik untuk merangkumnya dan memuatnya di blog saya, dengan tujuan agar manfaatnya bisa lebih tersebar, terimakasih....semoga bermanfaat ya....]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun