Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bhrisco Jordy dan Papua Future Project, Pahlawan Bagi Anak-anak di Papua

30 Agustus 2023   21:16 Diperbarui: 30 Agustus 2023   21:21 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram Papua Future Project.

"Once you learn to read, you will be forever free." --Frederick Douglass (Seorang reformis sosial Amerika Serikat, orator, penulis dan negarawan).

Angka buta aksara di Papua adalah yang tertinggi di Indonesia, mencapai 21,9%. 

"Lebih dari 800.000 atau hampir satu juta penduduk dari 3,7 juta total penduduk di Papua masih tergolong buta aksara", ujar anggota Komisi V DPRP, Natan Pahabol dilansir dari situs dpr-papua.go.id.

Angka buta aksara di Papua jauh lebih tinggi dibandingkan angka buta aksara secara nasional yang hanya 1,56% berdasarkan Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2021.

Kesenjangan ini membuat seolah-olah wilayah Timur Indonesia berada di dimensi dan waktu yang berbeda.

Ketika zaman sudah berkembang sedemikian pesat dengan teknologi AI (artificial intelligence) yang bermunculan. Ketika kita sudah dituntut untuk bersaing bukan hanya dengan sesama manusia tetapi juga dengan robot.

Namun, saudara-saudara kita di Papua masih tertinggal dengan buta aksara. Bukan cuma anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Masih banyak di antara mereka yang masih belum bisa membaca dan menulis. Menyebabkan mereka tidak mampu untuk bersaing dengan sumber daya manusia lainnya dan terpaksa tergerus oleh arus globalisasi.

Kendala terhadap akses pendidikan, mulai dari terbatasnya jumlah fasilitas pendidikan, kualitas fasilitas pendidikan yang tidak memadai, hingga kurangnya tenaga pendidik profesional.

Kemudian semakin diperburuk dengan standar pendidikan di Papua yang mementingkan kuantitas ketimbang kualitas.

Jika terus dibiarkan, bagaimana dengan nasib dan masa depan generasi muda kita? Padahal literasi adalah suatu hal yang esensial dalam keseharian setiap individu. Sedangkan pendidikan adalah hak fundamental yang dimiliki setiap individu.

Literasi ditambah dengan pendidikan dapat memberikan sebuah kebebasan. Kebebasan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. 

Bhrisco Jordy dan Papua Future Project (PFP)

"Mimpi adalah kunci, 

Untuk kita menaklukkan dunia, 

Berlarilah tanpa lelah, 

Sampai engkau meraihnya"

--Laskar Pelangi.

Untuk membantu mewujudkan mimpi anak-anak di Papua, Bhrisco Jordy Dudi Padatu atau singkatnya Jordy, seorang pemuda berusia 23 tahun ini tergerak untuk mendirikan sebuah organisasi non-profit Papua Future Project (PFP) yang bertujuan untuk meberikan akses pendidikan secara inklusi dan meningkatkan literasi anak-anak di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) di Papua.

Selama 17 tahun tinggal di Papua, Jordy sendiri telah merasakan betapa sulitnya bagi anak-anak di wilayah Papua untuk mengakses informasi dan fasilitas pendidikan. Tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan.

Oleh karena itu, organisasi Papua Future Project (PFP) yang didirikan sejak Juli tahun 2021 tersebut memiliki motto, "Every Child Matters".

Sumber: Instagram Papua Future Project.
Sumber: Instagram Papua Future Project.

Karena menurut Jordy, pendidikan merupakan pondasi yang dibutuhkan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dan pendidikan merupakan kunci utama untuk menolong setiap anak dalam mengarahkan hidup mereka dan sebagai jawaban dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.

Kegiatan sosial Papua Future Project (PFP) dimulai dari pemberian bantuan pendidikan dan literasi gratis di Pulau Mansinam, Papua Barat. Pulau yang berjarak 6 km dari Kota Manokwari atau sekitar 10-15 menit untuk ditempuh menggunakan perahu mesin.

Banyak anak-anak Pulau Mansinam masih belum menguasai keterampilan membaca dan menulis lantaran sulitnya akses tenaga pengajar menuju Pulau Mansinam. Tidak banyak perahu yang berlayar menuju Pulau Mansinam. Belum lagi, pelayaran menuju Pulau Mansinam sangat tergantung dengan kondisi cuaca.

Saat ini kegiatan yang dilakukan oleh Papua Future Project diantaranya adalah:

1 Bimbingan belajar

Tim PFP mengadakan bimbingan belajar mingguan di beberapa kampung yang berbeda, seperti Kampung Saray di distrik Sidey, Kampung Rufei, Kampung Kurwato, dan Kampung Inoduas di Manokwari Utara.

Program belajar yang diajarkan pun sangat bervariasi, mulai dari kegiatan belajar baca tulis, belajar mewarnai untuk merangsang kreativitas, belajar mengenai ilmu pengetahuan alam, hingga belajar mengoperasikan komputer khususnya microsoft office agar anak-anak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Sumber: Instagram Papua Future Project.
Sumber: Instagram Papua Future Project.

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan menggunakan pendekatan holistik dan kurikulum kontekstual. Semua itu untuk menjadikan kegiatan belajar terasa mudah dan menyenangkan.

2 Kegiatan donasi buku

Tim PFP juga membuka donasi buku untuk diberikan sebagai bacaan. Untuk menumbuhkan minat baca, setiap minggunya setelah sesi bimbingan belajar usai, anak-anak diberikan waktu untuk membaca buku-buku yang mereka anggap menarik dan mereka sukai.

3 Kegiatan menjaga lingkungan

Selain kegiatan bimbingan belajar, Papua Future Project juga melakukan aksi sosial dengan mengajak anak-anak di Pulau Mansinam untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dengan mempungut sampah berdasarkan jenisnya.

Tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan. Tapi, program ini sekaligus menjadi jawaban untuk menuntaskan masalah terkait sampah (khususnya sampah plastik) yang mempengaruhi kualitas air dan tanah di Pulau Mansinam.

4 Pelatihan pengajaran bagi para relawan

PFP membuka kesempatan bagi para relawan yang berasal dari Pulau Papua maupun luar Pulau Papua untuk menjadi tim pengajar dan divisi PFP lainnya. Tidak ada batasan usia untuk menjadi relawan PFP. 

PFP menjadikan dirinya sebagai wadah bagi pemuda/i untuk mengembangkan skill dan pengalaman sebagai guru volunteer di Papua, serta berkontribusi langsung untuk pembangunan daerah.

5 Kerja sama dengan organisasi sosial

Sumber: Instagram Papua Future Project.
Sumber: Instagram Papua Future Project.

PFP melakukan kerja sama dengan berbagai organisasi. 

Bersama dengan Papua Berbagi (komunitas yang sama-sama mengangkat isu pendidikan dan literasi di Papua) PFP berusaha untuk menjangkau lebih banyak anak-anak dan memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

PFP menjadi mitra Dinas Kesehatan dan UNICEF, melakukan sosialisasi mengenai isu terkini kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan. Tim PFP diberikan kesempatan untuk mendapatkan berbagai pelatihan oleh Dinas Kesehatan Papua Barat.

Kemudian, PFP bersama dengan Tim Ourconservasea bekerja sama untuk melakukan kegiatan edukasi dan upaya pelestarian akar bahar. Kolaborasi ini akhirnya menerbitkan sebuah ensiklopedia tentang akar bahar.

Mendapatkan Penghargaan SATU Indonesia Awards

Usaha dan kerja keras dari Bhrisco Jordy dan seluruh tim Papua Future Project yang bersangkutan mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards sebagai bentuk apresiasi PT Astra International Tbk.

Apresiasi ini diberikan kepada anak bangsa yang telah melakukan kontribusi positif pada bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu Kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut dalam menghadapi tantangan di sekitarnya untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan. 

Every Child Matters Karena Mereka Adalah Generasi Emas 2045

"Reading should not be presented to children as a chore, a duty. It should be offered as a gift" --Kate DiCamillo (Seorang penulis buku fiksi anak).

Kegiatan yang telah dilakukan oleh Jordy dan kawan-kawan Papua Future Project, serta relawan semua ini membawa saya bernostalgia kepada kisah Laskar Pelangi.

Seperti halnya perjuangan Ikal, Lintang, Mahar, dan kawan-kawannya untuk mewujudkan mimpi mereka. Adik-adik kita di Papua berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sebagai amunisi mereka untuk meraih mimpi mereka dan menaklukan dunia.

Kemampuan membaca atau literasi dan pendidikan sejak dini ini menjadi modal bagi adik-adik kita, calon generasi emas 2045, untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan membangun Indonesia menjadi lebih baik.

Anak-anak, adik-adik kita, mereka semua adalah generasi penerus dan mereka merupakan aset yang berharga bagi negara Indonesia.

Bila setiap generasi emas 2045 kita memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak, serta kesehatan yang lebih baik, maka akan terbuka lapangan-lapangan pekerjaan baru dan roda perekonomian berputar. 

Akan ada pembangunan fasilitas kesehatan dan pendidikan, serta jalan sebagai akses untuk fasilitas-fasilitas lainnya. Sehingga, kemiskinan akan semakin berkurang. 

"Jangan pernah berhenti belajar, karena hidup tak pernah berhenti mengajarkan." 

***

Sumber: satu, dua, tiga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun