Kasus Montara (75 hari) pada Agustus 2009. Sebanyak 45 barrel tumpah setiap harinya.
Kasus tabrakan kapal MT Alyarmouk dengan kapal MV Sinar Kapuas pada awal bulan Januari 2015. Sebanyak 4500 MT Crude Oil tumpah.
Kasus tabrakan motor tanker Wan Hai 301 dengan MT APL Denver pada Januari 2017. Sebanyak 300 ton minyak mentah tumpah.
Tumpahan minyak di laut dapat terjadi akibat pengeboran minyak di laut, kebocoran tanki minyak di laut, kecelakaan kapal, perbaikan atau perawatan kapal (docking), pembongkaran kapal (scrapping), dan hasil operasi kapal tanker.
Selain itu, oli yang menetes dari motor atau mobil kita ke jalan, yang kemudian tersiram air hujan dan mengalir ke saluran air menuju laut juga bisa menjadi sumber pencemaran.
Dampak Tumpahan Minyak di Laut
Bau lantung (Tainting)
Ikan yang ditangkap di area tumpahan minyak memiliki bau lantung, bau tidak enak pada dagingnya.
Kematian organisme Laut
Tumpahan minyak di perairan pantai dan laut dalam dapat menyebabkan kematian organisme laut karena jenis ikan yang hidup, seperti ikan tambak dan ikan keramba, dan kerang, serta terumbu karang tidak memiliki kemampuan migrasi dari area yang terkena tumpahan minyak.
Perubahan hingga kerusakan ekosistem laut
Tumpahan minyak menyebabkan perubahan perilaku organisme, meliputi perilaku reproduksi dan migrasi. Ditambah lagi, plankton yang menjadi sumber pangan ikan juga ikut tercemar minyak. Apalagi, jika lokasi tumpahan minyak di area pemijahan/perkembang biakan ikan atau organisme laut lainnya, seperti udang atau lobster.
Sumber: [1], [2], [3], [4], [5], [6], [7], [8], [9]