Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Supir Ugal-ugalan: Supirnya Makan Ayam, Bossnya Makan Tulang

4 November 2022   19:03 Diperbarui: 4 November 2022   19:06 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah ujaran kakek saya ketika melihat aksi supir truk yang ugal-ugalan di jalan tol.

Kami melihat aksi supir truk itu dalam perjalanan menuju rumah, setelah menjemput kakek yang datang dari luar kota.

Bagaimana tidak kesal?

Truk di depan mobil kami, yang semula ada di lajur sebelah kiri, tiba-tiba berpindah jalur ke kanan dan kembali ke lajur kiri lagi secara cepat tanpa menyalakan lampu sein.

Tindakan supir truk yang sepertinya ingin mendahului mobil di depannya, namun tidak jadi Ini adalah tindakan yang cukup berbahaya.

Untungnya, kami selalu menjaga jarak aman dengan kendaraan yang ada di depan kami.

Spontan kakek saya berkomentar, "Ya gini ni, supir truk. Makanya ada omongan supir makan ayam, boss makan tulang."

Supir truk yang menggunakan, dia yang ugal-ugalan, tapi kalau ada apa-apa bossnya lah yang harus bertanggung jawab.

Kakek saya sendiri pernah menekuni usaha penyewaan truk.

Truk yang disewakan lebih sering kembali dalam keadaan "tidak sehat" ketimbang kondisi primanya. Meskipun usaha penyewaan truk ada usaha yang menghasilkan keuntungan yang cukup besar kala itu. Akibat biaya yang dikeluarkan untuk membawa truk-truk ke "rumah sakit", yang tadinya untung lama-lama jadi buntung.

Aksi ugal-ugalan oleh para supir, tidak hanya supir truk saja, tapi juga supir bus, dan kendaraan pribadi, akan selalu menyebabkan keresahan.

Hanya saja ukuran truk dan bus yang relatif lebih besar, sehingga memberikan efek yang lebih mengerikan.

Sampai saat ini, mama saya memiliki trauma dan menghindari berkendara dengan truk/bus berada di depan atau belakang mobil, setelah beberapa kali hampir mengalami kecelakaan akibat truk dan bus.

Tak lama dari kejadian tersebut, muncul berita kecelakaan maut oleh truk kontainer yang menewaskan 10 orang di depan sekolah, diantaranya ada anak sekolah.

Tragedi yang terjadi di bulan Agustus lalu ini disebabkan oleh truk yang hilang kendali hingga masuk ke bahu jalan kemudian menabrak halte dan tiang pemancar.

Selain itu, sudah banyak kejadian kecelakaan lalu lintas melibatkan bus dan truk.

Per tanggal 3 November 2022, sudah ada lebih dari 3 kasus kecelakaan yang muncul berita, diantaranya “Kecelakaan Beruntun di Tol Jagorawi Arah Ciawi”, “Kecelakaan 3 Kendaraan di KM 6 Tol Waru-Perak”, “Bus Tabrak “Showroom” Mobil di Jakarta Timur”, dan sebagainya.

Bahkan bus transjakarta pun terlibat dalam 827 kasus kecelakaan lalu lintas tahun ini (baca berita di sini). 

Terlintas dipikiran saya, apa sih sebenarnya yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecelakan yang dialami truk dan bus?

Kalau dipikir-pikir mungkin para supir ini juga menyupir di bawah tekanan. Kondisi truk tidak prima, overload barang, kejar target waktu, belum lagi si supir kurang makan minum, kurang tidur. Belum lagi, faktor cuaca dan infrastruktur jalan yang mempengaruhi. Kendati demikian, alasan-alasan ini tidak bisa menjustifikasi kelalaian yang mereka perbuat, apalagi bila sampai menghilangkan nyawa seseorang.

Truk yang overload memaksa menaiki kapal (Sumber: Youtube Bobo Cantik).
Truk yang overload memaksa menaiki kapal (Sumber: Youtube Bobo Cantik).

Contoh, ada truk yang overload dan tetap memaksakan kondisi untuk naik ke kapal menuju Labuan Bajo. Ketika saya melihat cuplikan video ini, saya sangat menyayangkan kondisi truk pengangkut barang. Sayur mayur yang diangkut akhirnya malah jatuh ke laut karena truk kesulitan untuk naik ke atas kapal. (Lihat video dari sumber mulai menit 15:36 - 16:54)

Seharusnya, ada langkah mitigasi atau perbaikan untuk mencegah kecelakaan yang melibatkan truk-truk dan bus-bus agar tidak terjadi dan tidak terulang kembali.

Saya jadi penasaran, apakah sebenarnya supir-supir truk di Indonesia benar-benar sudah mendapatkan surat izin mengemudi (SIM)? Karena sepertinya kredibilitasnya mesti ditinjau ulang.

Dilansir dari Kompas, Bapak Ahmad Wildan selaku Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kementerian Perhubungan menjelaskan bahwa kompetensi pengemudi menjadi faktor pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Bila dibandingkan dengan negara Singapura dengan tingkat kecelakaan yang rendah, sebenarnya persyaratan untuk menjadi pengemudi bus atau truk di Indonesia tidak jauh berbeda. Persyaratannya meliputi, SIM, sertifikat profesi pengemudi, sehat secara fisik dan mental, serta tidak boleh memiliki catatan kriminal.

Hanya saja, "sertifikasi profesi pengemudi yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Indonesia belum mencakup pelatihan terhadap hazard yang menjadi penyebab kecelakaan", Bapak Ahmad menyebutkan.

Di Singapura, untuk mendapatkan sertifikasi profesi, calon-calon supir perlu mengikuti pelatihan, baik secara teori maupun praktek. Sertifikasi profesi ini pun dibedakan antara supir bus, supir taksi, dan supir kendaraan pribadi. 

Secara garis besar, materi yang diajarkan dalam pelatihan tersebut mencakup pemahaman terhadap peraturan lalu lintas, pelatihan terkait bagaimana berkendara secara aman dan rute berkendara yang aman, bagaimana mengurangi resiko kecelakaan, dan sebagainya.

Sertifikat profesi pengemudi ini hanya berlaku untuk 3 tahun. Akan tetapi, masa berlaku sertifikat ini akan menjadi lebih pendek pada supir yang sudah berumur. Masa berlaku sertifikat untuk supir yang berusia 50-64 tahun harus diperbaharui setiap 2 tahun dan sertifikat untuk supir yang berusia 65 tahun ke atas harus dievaluasi kelayakannya setiap tahun.

Saat ini khususnya untuk bus transjakarta, KNKT telah meminta BNSP untuk mengevaluasi ulang standar sertifikasi. 

Pada Juni 2022, standar kompetensi kerja (SKK) bagi pengemudi bus Transjakarta sudah selesai disusun, menunggu untuk diterapkan.

Calon supir bus transjakarta perlu mempelajari keterampilan defensive drive, risiko berkendara, dan keselamatan dalam berkendara, menghadapi titik buta atau blind spot, dan studi kasus kecelakaan. Terutama, keterampilan terkait blind spot yang mendominasi kecelakaan bus transjakarta.

***

Sumber: [1]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun