Aksi ugal-ugalan oleh para supir, tidak hanya supir truk saja, tapi juga supir bus, dan kendaraan pribadi, akan selalu menyebabkan keresahan.
Hanya saja ukuran truk dan bus yang relatif lebih besar, sehingga memberikan efek yang lebih mengerikan.
Sampai saat ini, mama saya memiliki trauma dan menghindari berkendara dengan truk/bus berada di depan atau belakang mobil, setelah beberapa kali hampir mengalami kecelakaan akibat truk dan bus.
Tak lama dari kejadian tersebut, muncul berita kecelakaan maut oleh truk kontainer yang menewaskan 10 orang di depan sekolah, diantaranya ada anak sekolah.
Tragedi yang terjadi di bulan Agustus lalu ini disebabkan oleh truk yang hilang kendali hingga masuk ke bahu jalan kemudian menabrak halte dan tiang pemancar.
Selain itu, sudah banyak kejadian kecelakaan lalu lintas melibatkan bus dan truk.
Per tanggal 3 November 2022, sudah ada lebih dari 3 kasus kecelakaan yang muncul berita, diantaranya “Kecelakaan Beruntun di Tol Jagorawi Arah Ciawi”, “Kecelakaan 3 Kendaraan di KM 6 Tol Waru-Perak”, “Bus Tabrak “Showroom” Mobil di Jakarta Timur”, dan sebagainya.
Bahkan bus transjakarta pun terlibat dalam 827 kasus kecelakaan lalu lintas tahun ini (baca berita di sini).
Terlintas dipikiran saya, apa sih sebenarnya yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecelakan yang dialami truk dan bus?
Kalau dipikir-pikir mungkin para supir ini juga menyupir di bawah tekanan. Kondisi truk tidak prima, overload barang, kejar target waktu, belum lagi si supir kurang makan minum, kurang tidur. Belum lagi, faktor cuaca dan infrastruktur jalan yang mempengaruhi. Kendati demikian, alasan-alasan ini tidak bisa menjustifikasi kelalaian yang mereka perbuat, apalagi bila sampai menghilangkan nyawa seseorang.