Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Minyak Goreng: Dahulu Dikucilkan, Sekarang Didamba

14 Juni 2022   16:32 Diperbarui: 7 Juni 2023   21:15 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minyak goreng kelapa sawit (via okezone)

Indonesia sendiri pernah menggugat Uni Eropa di tahun 2019 atas tuduhan diskriminasi terhadap produk kelapa sawit.

Saya menduga penghasil minyak lainnya merasa terancam dengan minyak kelapa sawit yang berdaya guna.

Alasan kenapa minyak goreng kelapa sawit itu baik dan cocok untuk kita orang Indonesia

Minyak kelapa sawit mengandung sekitar 50% lemak jenuh, bukan berarti semerta-merta minyak itu buruk. Perlu kalian ketahui bahwa minyak kelapa juga memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa sawit, mencapai sekitar 90%.

Menurut pengetahuan saya soal teknik pangan, minyak yang mengandung banyak lemak tak jenuh seperti minyak bunga matahari, minyak zaitun (koreksi: minyak kedelai), dan minyak kanola, kurang cocok untuk digoreng. Minyak-minyak ini lebih rentan terhadap pemanasan dan strukturnya lebih mudah berubah menjadi lemak trans yang tidak baik untuk kesehatan.

Sedangkan, sebagian besar masakan Indonesia diproses dengan cara digoreng, mulai dari nasi goreng, tempe goreng, cireng, pempek, dan lain sebagainya. 

Nah, minyak kelapa sawit ini lebih stabil untuk proses penggorengan karena 50% lemak jenuhnya membuat minyak goreng tidak mudah berubah menjadi lemak trans. Seperti perkataan Prof. Purwiyanto dilansir dari infosawit.com, pada dasarnya minyak kelapa sawit tidak mengandung lemak trans. Minyak kelapa sawit justru memiliki keunggulan, yaitu kaya akan fitonutrien: beta karoten (vitamin A) dan tokoferol (vitamin E).

Minyak kelapa sawit berwarna merah (shutterstock).
Minyak kelapa sawit berwarna merah (shutterstock).

Sekedar info, minyak sawit yang pertama kali dipanen itu berwarna merah karena mengandung banyak sekali beta karoten/vitamin A. Namun, karena warna merah kurang disukai, minyak goreng dibuat agar menjadi warna kuning keemasan seperti sekarang ini. Dalam prosesnya vitamin A ini menjadi rusak dan harus ditambahkan kembali ke dalam minyak goreng sesuai aturan SNI.

Selain berpeluang untuk memenuhi kebutuhan gizi sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit itu bisa dimanfaatkan untuk banyak hal. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada 2017, sekitar 73% minyak kelapa sawit dimanfaatkan sebagai pangan (minyak goreng dan margarin) dan 27% sisanya dimanfaatkan sebagai untuk produk lain mulai dari kosmetik, pasta gigi, hingga biodiesel.

Maka dari itu, mungkin para pengusaha minyak di negeri Barat merasa terancam dengan potensi yang dimiliki minyak kelapa sawit. Karena sebesar 68% produk pangan dunia menggunakan minyak kelapa sawit, menurut paparan Prof. Purwiyanto.

Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak goreng lebih banyak dibanding bunga matahari, kanola, dan kacang kedelai. Bila satu hektar bunga matahari menghasilkan 0,48 ton minyak dan kacang kedelai menghasilkan 0,38 ton minyak. Maka, satu hektar kelapa sawit dapat menghasilkan 4 ton minyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun