Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Tantangan Fresh Graduate dalam Ledakan Bubble Burst yang Mendunia

2 Juni 2022   07:14 Diperbarui: 11 November 2022   01:51 1862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi start up| freepik.com/rawpixel.com via Kompas.com

Fenomena Bubble Burst menjadi sorotan di akhir bulan Mei bersamaan dengan munculnya berita PHK di beberapa perusahaan startup di Indonesia, yang ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia.

Sebanyak lebih dari 40 ribu pekerja perusahaan startup di seluruh dunia mengalami PHK (pemutusan hubungan kerja) semenjak pandemi Covid-19 terjadi.

Melihat data grafik yang disajikan dalam situs layoffs.fyi, sebuah situs yang melacak PHK yang terjadi di seluruh dunia, gelombang PHK akan terus meningkat setelah kuartal kedua 2022.

Grafik Pemutusan Hubungan Kerja tahun 2020 - sekarang. Sumber: layoffs.fyi
Grafik Pemutusan Hubungan Kerja tahun 2020 - sekarang. Sumber: layoffs.fyi

Pemutusan hubungan kerja ini paling banyak dialami oleh perusahaan startup yang bergerak di industri transportasi, seperti Gojek dan Grab. 

Kemudian diikuti oleh startup di industri makanan di posisi kedua, contohnya Zomato, Tanihub, dan Stoqo, dan startup di bidang travel pada posisi ketiga, contohnya Airy Rooms, SweetEscape, dan Traveloka. 

Bidang Industri yang mengalami PHK. Sumber: layoffs.fyi [dikunjungi 1 Juni 2022].
Bidang Industri yang mengalami PHK. Sumber: layoffs.fyi [dikunjungi 1 Juni 2022].

Sebenarnya tindakan PHK ini tidak hanya dialami oleh perusahaan startup saja, tetapi dialami juga oleh perusahaan besar, seperti Netflix yang melakukan PHK pada 2% pegawainya dan PayPal yang melakukan PHK pada 83 orang pegawainya. 

Ada juga perusahaan yang tidak melakukan PHK, tetapi berhenti mempekerjakan pegawai baru, seperti perusahaan Meta. 

Hal ini tentu saja mengkhawatirkan, terutama bagi para pegawai yang baru saja diterima dan fresh graduate yang menjadi calon pegawai dari perusahaan-perusahaan tersebut. 

Faktanya, perusahaan akan terlebih dahulu mem-PHK pegawai yang baru saja bergabung dan memiliki produktivitas rendah. Jika sudah begitu, tentu saja perusahaan tidak akan membuka lowongan bagi calon pegawai baru, alias para fresh graduate.

Dari bubble burst startup, PHK oleh perusahaan besar seperti Netflix, lalu Meta yang berhenti mempekerjakan pegawai baru. Para fresh graduate memasuki "tough market".

PHK. Sumber: via https://www.zeilikmanlaw.com/
PHK. Sumber: via https://www.zeilikmanlaw.com/

Antisipasi "Tough Market"

Berdasarkan pengalaman dari beberapa orang yang pernah mengalami Resesi Besar, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi "tough market", yaitu:

1. Sebelum bekerja dan memiliki pendapatan, sebaiknya atur keuanganmu dengan baik agar kamu tidak terlilit utang. Ini agar kita memiliki ruang bernafas sebelum bekerja. 

2. Memperkaya CV dengan mengumpulkan prestasi dan skill sebanyak-banyaknya. Uang yang ada, bisa kamu manfaatkan untuk investasi skill, mengikuti kursus yang menunjang saat kamu berkarir nanti.

3. Bergabung dalam LinkedIn agar kamu terkoneksi dengan perusahaan dan pekerjanya (alumni atau teman), sehingga kamu memiliki kesempatan untuk direkrut.

4. Magang atau memiliki pekerjaan sampingan sebelum kamu mendapatkan pekerjaan utamamu. Bobot pengalaman magang atau pekerjaan sampingan ini dapat menjadi batu loncatan dalam karirmu. 

Contohnya bila kamu magang di perusahaan besar atau magang di posisi yang cukup diminati. Dengan ini, kamu bisa memenuhi persyaratan fresh graduate dengan pengalaman 1 tahun itu.

5. Memasukkan kontak atasanmu yang sebelumnya atau dosenmu sebagai referensi, menunjukkan bahwa kamu memiliki hubungan kerja yang baik.

Ilustrasi STARTUP. Sumber: via https://www.phiradio.net/
Ilustrasi STARTUP. Sumber: via https://www.phiradio.net/

Sebenarnya apasih yang menjadi penyebab Fenomena Bubble Burst dan Gelombang PHK?

Berawal dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan perubahan besar pada perilaku konsumen, dilanjutkan dengan adanya perang Rusia-Ukraina, menyebabkan kondisi ekonomi menjadi sulit diprediksi.

Fenomena bubble burst sendiri adalah ketika banyak perusahaan startup terbentuk dan berkembang sangat pesat, namun tidak disertai dengan fondasi yang baik, sehingga akhirnya menjadi rapuh layaknya sebuah gelembung yang cepat sekali menggembung.

Tapi kemudian dengan mudahnya pecah dan menghilang. Sebanyak 90% startup mengalami kegagalan dan akhirnya harus melakukan PHK untuk alasan mengurangi cost karena belum profit.

Yang jelas, perusahaan startup gagal cenderung lebih rentan terhadap kegagalan karena bisnis baru saja dimulai, jaringan konsumen baru saja terbentuk, dana terbatas, dan tidak bisa langsung profit. Di samping itu, perusahaan startup masih harus bersaing dengan perusahan besar.

Umumnya, mereka yang gagal adalah perusahaan startup yang tidak memiliki ciri khas (sekedar ikut-ikutan), memiliki perencanaan yang buruk, tidak fokus, tidak dapat memprediksi perilaku konsumen, tidak memiliki cukup teknologi, memiliki model bisnis yang kurang baik, dan struktur organisasi yang masih rancu.

Tapi teman-teman semua tidak boleh putus asa ya, Karena segala sesuatu yang besar itu dimulai dari hal-hal yang kecil! Dengan perencanaan yang matang dan strategi yang tepat startup juga bisa jadi hebat. 

Contoh MS Glow yang didirikan oleh Shandy Purnamasari dan Maharani Kemala, kini bisa bersaing dengan Martha Tilaar dan Maybelline.

---

Sumber: [1],[2],[3],[4],[5]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun