Siapa yang tidak ingin menjadi seorang penulis hebat dan mendapatkan 'cuan'?Â
Menulis itu bukan seperti memperoleh wangsit yang entah dari mana asalnya. Meskipun tulisan itu hanyalah suatu fiksi. Terlebih lagi untuk non-fiksi, karena harus ada fakta yang mendasari tulisan tersebut.
Pekerjaan menulis itu tidak semudah yang terlihat. Orang yang pandai bersilat lidah sekali pun belum tentu bisa menjadi seorang penulis yang baik.Â
Karena untuk membuat tulisan yang baik, selain berwawasan luas, penulis harus bisa memposisikan tulisannya agar menarik minat pembaca, mudah dipahami oleh pembaca, dan bisa meninggalkan kesan bagi pembacanya.Â
Ibarat memasak, dalam prosesnya penulis harus menggodok ide-ide dan wawasan yang ia miliki, menambahkan bumbu fakta dan bumbu opini sebagai pemanis tulisan.Â
Penulis perlu memiliki keterampilan dan kejelian dalam penggunaan diksi, seperti halnya setiap masakan masing-masing memiliki teknik memasaknya tersendiri.
Kemudian, sebelum dihidangkan, ada tahap 'plating'. Sebelum diterbitkan, tulisan harus disunting terlebih dahulu untuk memastikan tulisan yang terbit tampil sempurna, menarik, dan menggugah selera.
Tulisan itu bukanlah wangsit yang tiba-tiba diperoleh oleh penulis. Melainkan, merupakan hasil jerih payah dari ketekunan, dedikasi, dan kreatifitas penulis.Â
Prosesnya membutuhkan waktu, ada yang cepat hanya beberapa menit saja, tapi ada pula yang menghabiskan waktu berjam-jam atau beberapa hari sebelum menerbitkan suatu karya.
Lalu, kenapa menulis itu "ajaib"?
Saya pernah membaca kutipan yang berbunyi demikian:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!