Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Intermezzo: China Memang Beda, Indonesia Juga

25 Januari 2022   08:27 Diperbarui: 25 Januari 2022   08:42 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suku bunga (Sumber: detik.com).

Beberapa hari yang lalu saya menonton berita di Youtube, judulnya seperti ini: 

China Memang Beda

Ini adalah judul yang sederhana tetapi tepat sasaran. Karena seketika saya langsung meng-klik video tersebut dan menontonnya.

Berita ini dibuka dengan kalimat berikut:

Bank sentral dari berbagai negara ramai-ramai menaikkan suku bunga acuan mereka di tengah roda perekonomian yang kencang. Namun, China mengambil tindakan untuk menurunkan suku bunga mereka. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? ...

Dalam berita tersebut disebutkan bahwa Amerika Serikat memiliki potensi untuk menaikkan suku bunga acuan mereka hingga 3 kali lipat di tahun 2022 ini. 

Lalu, diikuti oleh Inggris dan Korea Selatan yang menaikkan suku bunga acuan mereka sebesar 15 basis poin dan 25 basis poin. Sehingga, suku bunga acuan Inggris dan Korea Selatan berturut-turut menjadi 0,25% dan 1%. 

Sedangkan, China menurunkan suku bunga acuannya sebesar 10 basis poin menjadi 3,7%.

Nah, lantas kenapa menurunkan suku bunga acuan menjadi sorotan? Pertanyaan ini timbul dalam benak saya. Sehingga, saya yang tidak begitu paham mengenai ekonomi ini berusaha untuk mencari tahu apa itu suku bunga acuan dan apa dampaknya.

Sederhananya, suku bunga acuan adalah:

  • besarnya bunga pinjaman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia jika bank lain menggadaikan surat berharganya (berhutang).
  • besarnya bunga imbalan yang diberikan oleh Bank Indonesia berhutang kepada bank lain.

Akibatnya, suku bunga acuan ini mempengaruhi besarnya bunga kredit dan bunga tabungan kita. 

Dampak lebih jauhnya... bisa mempengaruhi inflasi, investasi, dan kurs Rupiah. Intinya mempengaruhi roda perekonomian masyarakat.

Kalau suku bunga acuan naik:

  1. Bunga kredit/pinjaman naik, sehingga imbalan atas hutang juga naik, sehingga menarik investor di bursa efek untuk berinvestasi, menyebabkan nilai Rupiah menguat.  
  2. Bunga tabungan/giro juga naik, orang-orang akan menabung uangnya di bank, mengurangi peredaran uang, sehingga menekan inflasi. Inflasi sendiri terjadi karena ada uang banyak tapi tak ada barang. Akibatnya uang jadi tidak berharga, seperti yang pernah disinggung salah satu kompasianers, Pak Katedrarajawen dalam artikelnya "Omong Kosong Kenaikkan Harga".

Tapi di sisi lain, suku bunga acuan naik, menyebabkan bunga kredit/pinjaman naik. Kalau ini terjadi, orang jadi malas pinjam uang di bank. Harga saham menurun. Lalu, kekurangan uang modal untuk usaha. Biaya produksi naik. Akhirnya pendapatan menurun, daya beli masyarakat turun, dan uang yang bisa ditabung juga berkurang. Sama dengan ekonomi lesu.

Meskipun demikian, perubahan suku bunga acuan ini tidak langsung menyebabkan perubahan pada bunga tabungan dan bunga kredit. Terkadang butuh waktu berbulan-bulan untuk menyesuaikan perubahan bunga tersebut.

Lalu, langkah apa yang diambil Indonesia?

Dilansir dari CNBC Indonesia, Indonesia memilih bertahan dengan suku bunga acuan 3,5%.

Kalau China berbeda karena menurunkan suku bunga acuannya, saya rasa itu karena perekonomian di China sudah cukup stabil. 

China menyatakan dirinya sudah berhasil menghilangkan kemisikinan di awal tahun 2021. Sehingga, dengan menurunkan suku bunga berarti China ingin masyarakatnya aktif berbisnis dan berinvestasi.

Kalau Indonesia? 

Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia juga berbeda! Indonesia mempertahankan suku bunga acuan terendahnya. 

Menimbang kondisi perekonomian Indonesia saat ini, menurut saya, hal ini menunjukkan suatu hal yang positif. Meskipun mempertahankan suku bunga sulit untuk dilakukan, dengan ini Indonesia mendukung rakyatnya untuk aktif berbisnis dan berinvestasi, sehingga roda perekonomian kita bisa bergerak maju.

Akhir kata, karena saya bukan pakar ekonomi, saya cenderung setuju dengan tindakan yang diambil negara China dalam hal ini. Kalau negara sendiri sudah stabil, tidak perlu menarik investor asing untuk menguatkan nilai Rupiah. Sebaliknya, dengan menurunkan suku bunga acuan, masyarakat akan aktif berbisnis. Ini juga menunjukkan bahwa rakyat menjadi semakin makmur.

Bagaimana pendapat teman-teman yang lain?

Sumber:

  1. Antara Turun dan Tetap, Apa Sih Sebenarnya Suku Bunga Acuan? - CNBC Indonesia
  2. Dolar Naik Sebab Akibat - Finoo
  3. How Successful Was China’s Poverty Alleviation Drive? - The Diplomat
  4. Andriyani I, Armereo C. 2016. Pengaruh suku bunga, inflasi, nilai buku, terhadap harga saham perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis. 15:44-64.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun