Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Uang Kripto, Metaverse, dan Pemanasan Global

31 Desember 2021   07:30 Diperbarui: 31 Desember 2021   07:36 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dunia nyata dan dunia maya saling berpadu, menghilangkan batas diantara mereka, itulah yang dinamakan metaverse. Tetapi, apakah kalian menyadari apa yang akan terjadi bila dunia maya benar-benar mengubah dunia nyata? Misalnya... perubahan iklim?

Mungkin kalian akan berpikir, bagaimana mungkin kegiatan yang kita lakukan di dunia maya bisa menyebabkan perubahan iklim? Toh modalnya hanya listrik dan pulsa internet. Namun berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Nature, telah terjadi peningkatan suhu bumi sebesar 2 derajat Celsius akibat penggunaan bitcoin dalam dunia maya.

Uang Kripto

Mungkin kalian sudah tidak asing lagi dengan istilah uang kripto. Uang kripto merupakan alat pertukaran digital yang sifatnya terenkripsi dan terdesentralisasi. Uang kripto tidak memiliki wujud fisik. Penyebaran dan nilai uang kripto tidak dikendalikan oleh suatu pihak otoritas terpusat, melainkan berbasiskan sistem blockchain.

Teknologi blockchain adalah suatu teknologi yang memanfaatkan pusat data jaringan komputer untuk mengumpulkan informasi, berupa catatan transaksi atau aset dari jaringan bisnis sebagai blok data dan mendistribusikan data tersebut dalam rantai yang saling terhubung, sehingga kita dapat melacak transaksi atau aset tersebut.

Ilustrasi Bitcoin blockchain (Sumber: investopedia.com).
Ilustrasi Bitcoin blockchain (Sumber: investopedia.com).

Penggunakan sistem blockchain pada uang kripto menyebabkan setiap transaksi dengan uang kripto menjadi transparan. Setiap orang dapat melihat jejak transaksi melalui internet. Selain itu, transaksi dengan uang kripto tidak memiliki jam kerja khusus, tidak seperti bank yang dibatasi oleh jam kerja. Transaksinya hanya membutuhkan koneksi internet dan ponsel, serta tidak membutuhkan waktu proses yang lama, hanya beberapa menit atau beberapa jam, bervariasi tergantung dengan koneksi internet. Setiap orang dapat melakukan transaksi dengan uang kripto dan tingkat privasi tiap transaksi dapat diatur sesuai keinginan pengguna.

Beberapa perusahaan kini telah menerima penggunaan uang kripto sebagai pembayaran:

Starbucks

Melalui dompet digital Bakkt app, kedai kopi Starbucks di Amerika Serikat kini telah menerima baik mata uang dollar maupun mata uang kripto Bitcoin sebagai bentuk pembayaran atas menu makanan dan minuman Starbucks.

Pembayaran Starbucks dengan Bitcoin (Sumber: bitcoin.com).
Pembayaran Starbucks dengan Bitcoin (Sumber: bitcoin.com).

Microsoft

Perusahaan Microsoft juga telah menerima Bitcoin sebagai bentuk pembayaran untuk berbagai jasa yang disediakan, seperti Xbox Live dan Skype. Selain menggunakan Bitcoin, Microsoft juga memanfaatkan teknologi blockchain untuk mengautentikasi identitas pengguna jasa Microsoft melalui perangkat lunak ION.

Paypal

Ilustrasi pembayaran dengan uang kripto via paypal (Sumber: paypal.com).
Ilustrasi pembayaran dengan uang kripto via paypal (Sumber: paypal.com).

Per bulan Oktober 2020, perusahaan paypal telah mengumumkan bahwa pengguna paypal di Amerika Serikat dapat menggunakan uang kripto -- Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin untuk bertransaksi via paypal. Pembayaran dengan uang kripto di paypal dapat dilakukan secara langsung dengan mata uang Bitcoin dan paypal akan secara otomatis mengkonversi mata uang Bitcoin menjadi Dollar Amerika Serikat tanpa dikenakan biaya apapun. Selain Amerika Serikat, pengguna jasa paypal Inggris juga dapat melakukan transaksi dengan uang kripto. Hanya saja bagi warga Inggris, paypal hanya berfungsi sebagai media perantara untuk membeli dan menjual uang kripto menjadi uang tunai.

Uang kripto dan Metaverse

Diantara sekian banyak uang kripto yang beredar, Bitcoin hanyalah salah satu mata uang kripto yang paling sering kita dengar. Nyatanya teradapat beberapa mata uang kripto lain yang beredar dan digunakan sebagai mata uang yang berlaku dalam platform metaverse. Contohnya Decentraland yang menggunakan MANA dan The Sandbox yang menggunakan SAND. Baik MANA dan SAND adalah mata uang kripto yang berlaku dalam game. Untuk memperoleh MANA dan SAND, sebelumnya kita harus memiliki mata uang kripto Ethereum.

Seorang warga Korea menunjukkan avatarnya dalam Decentraland (Sumber: REUTERS/Daewoung Kim).
Seorang warga Korea menunjukkan avatarnya dalam Decentraland (Sumber: REUTERS/Daewoung Kim).

Decentraland adalah platform dunia virtual 3D yang bersifat open source. Dalam platfrom ini pengguna dapat membeli sebidang tanah virtual dengan MANA, membangun tanah tersebut, mengadakan konser atau pameran atas NFT artwork. Kamu juga dapat menyewakan atau memperjualbelikan aset tanah yang kamu miliki sebagai NFT (Non-Fungible Token).

Seperti halnya Decentraland, The Sandbox adalah platform dunia virtual dimana orang-orang dapat bersosialisasi dan bermain bersama. Kamu juga dapat mengadakan konser virtual dimana penonton akan membayar uang masuk menggunakan SAND. 

Selain Decentraland dan The Sandbox, adapula Roblox, platform metaverse yang dikembangkan oleh Roblox Corporation untuk bermain game dan mengembangkan game 3D, serta menjual game yang telah kamu kembangkan untuk memperoleh Roblox points -- mata uang yang digunakan dalam Roblox.

Hubungan uang kripto, metaverse, dan pemanasan global?

Jawabannya terletak di bagaimana kita memperoleh uang kripto -- menambang uang kripto.

Ilustrasi penambangan Bitcoin (Sumber: bitpanda.com).
Ilustrasi penambangan Bitcoin (Sumber: bitpanda.com).
Menambang uang kripto adalah satu-satunya cara uang kripto dihasilkan, sebagai imbalan untuk memvalidasi suatu transaksi. Akan tetapi dalam proses menambang ini, dibutuhkan perangkat dengan spesifikasi tinggi dan konsumsi energi yang tinggi untuk memvalidasi transaksi karena prosesnya menjadi semakin rumit dengan berkembangnya uang kripto itu sendiri.

Contohnya Bitcoin

Menambang Bitcoin akan membuat blok baru pada Bitcoin blockchain. Untuk memperoleh 1 blok Bitcoin, setiap penambang harus memvalidasi 1 megabyte (MB) data transaksi dan setiap penambang akan dibayar menggunakan Bitcoin. Berarti, seorang penambang Bitcoin harus menambang Bitcoin untuk disirkulasikan dalam pasar dan juga untuk dirinya sendiri. Belum lagi Bitcoin memiliki sistem untuk mencegah apa yang disebut "Double Spend" atau membelanjakan uang yang sama 2 kali. Hal ini menyebabkan setelah menambang sekian banyak data, seorang penambang belum tentu bisa menghasilkan sebuah blok Bitcoin. Bayangkan berapa besar jumlah energi yang harus dikonsumsi untuk menghasilkan Bitcoin?


Dilansir dari Forbes, sebanyak 0.21% listrik dunia digunakan untuk menambang Bitcoin. Besar energi yang digunakan kira-kira sebesar energi listrik yang digunakan oleh Switzerland dalam 1 tahun.

Jumlah energi yang besar tersebut menjadi sia-sia ketika energi tersebut dapat digunakan untuk hal-hal lain yang lebih berguna. Di Indonesia, ketika akses listrik daerah yang masih terbatas di sejumlah daerah.

Lalu, bila ditelusuri lebih dalam lagi, energi listrik yang digunakan untuk menambang Bitcoin berasal dari energi yang tidak terbaharukan menyebabkan penambangan Bitcoin ini tidak ramah terhadap lingkungan. Contohnya negara Kazakhstan yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber utama listriknya. Bila dikalkulasi, emisi karbon yang dihasilkan dari penambangan Bitcoin ini sangatlah besar. Estimasi emisi karbon yang dihasilkan secara global dapat mencapai 22.9 juta metrik ton CO2  per tahun, yaitu setara dengan emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh 2.6 ~ 2.7 miliar rumah di dunia per tahun.

Selain itu, penambangan uang kripto mempercepat kerusakan perangkat elektronik, menyebabkan perangkat elektronik menjadi sampah setelah penggunaan selama 1.5 tahun saja. Sampah-sampah elektronik ini bersifat beracun, karena mengandung bahan seperti PCB. Bila tidak dikelola dengan baik, PCB dapat mencemari lingkungan baik perairan dan tanah, dan dalam jangka panjang bila terkonsumsi dapat menyebabkan penyakit degeneratif -- kanker, peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, dan lain-lain.

Saat ini Bitcoin sudah menyebabkan peningkatan panas global sebesar 2C, ketika menurunkan 2C adalah hal yang begitu sulit untuk dilakukan. Apa yang akan terjadi, bila suhu bumi terus menerus naik dan es di kutub utara mencair?

Oleh karena itu, beberapa proyek sebagai usaha untuk menekan emisi karbon oleh uang kripto secara keseluruhan telah dicanangkan.

  • Tesla akan membentuk Dewan Penambangan Bitcoin untuk meningkatkan transparansi konsumsi energi.
  • Crypto Climate Accord (CCA), yaitu aliansi dari pelaku pasar uang kripto yang berkomitmen akan menjalankan blockchain uang kripto dengan sepenuhnya menggunakan energi terbaharukan di tahun 2025 dan mencapai emisi nol bersih dari konsumsi listrik yang terkait dengan semua operasi seluruh uang kripto pada tahun 2030.
  • Ethereum menerapkan sistem validasi "proof of stake" untuk mengurangi penggunaan energi sebesar 99.95% pada tahun 2022.

Lain halnya dengan China, China telah melarang penambangan Bitcoin dan menetapkan seluruh transaksi dengan uang kripto adalah ilegal karena pengaruhnya terhadap lingkungan. Sebelumnya China telah menyumbang 75% dari total energi di dunia yang digunakan untuk menghasilkan Bitcoin, dan kini konsumsi energi tersebut telah turun menjadi 46%.

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun