Mohon tunggu...
Melina Ikwan
Melina Ikwan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tipe Pengguna Sosial Media

10 Desember 2015   23:00 Diperbarui: 11 Desember 2015   00:00 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tipe Pengguna Sosial Media (sesi 2)

 

You Are What You Write

It’s all about social media (session 2)
Pilihan  Kita Menggunakan Media Sosial

Lantas apakah media sosial memang seburuk itu? Apakah media sosial hanya dapat digunakan untuk mencitrakan diri? Lalu apa gunanya media sosial kalau ujung-ujungnya malah terkesan merusak manusia? Apa gunanya media sosial kalau semua itu hanya digunakan untuk mengumbar “kebohongan”? Dan apalah arti media sosial kalau ujung-ujungnya malah berakhir merugikan manusia?

            Hal yang harus kita ingat pada saat ini adalah media sosial juga merupakan suatu alat yang sebenarnya diperuntukkan bagi manusia untuk mendukung kebutuhan sehari-hari. Misalnya saja untuk berkomunikasi dengan orang yang berada jauh dari kita, menambah informasi bagi diri sendiri, mengekspresikan diri kita, dan bahkan untuk mendukung bisnis yang pada saat ini kita bangun. Kalau dilihat secara sekilas, banyak banget kan keuntungan yang bisa kita peroleh atau sisi positif yang dapat ditimbulkan melalui media sosial?

Ibarat sebuah pisau, baik atau buruknya kegunaan pisau itu bergantung kepada siapa yang menggunakannya. Baik ketika orang tersebut menggunakannya untuk memasak, mengupas buah, memotong buah, dan lain sebagainya. Tetapi menjadi buruk ketika pisau itu digunakan untuk melukai seseorang. Nah, sama seperti pisau, begitu jugalah media sosial di tangan manusia. Media sosial dapat menjadi sesuatu yang baik ketika orang bijak menggunakannya. Contohnya, seperti yang sudah diungkapkan di atas adalah untuk memulai bisnis yang baik, menyebarkan kalimat-kalimat motivasi yang membangun orang lain di sekitar kita. Namun nyatanya, hal seperti apakah yang lebih banyak kita jumpai di media sosial?

Bukan bermaksud nge-judge, tapi jujur aja deh, kalau kita lebih sering melihat sesuatu yang negatif di media sosial. Misalnya saja, menggunakannya untuk menghina orang lain. Dalam hal ini, bahkan sering kita jumpai orang-orang yang memang sengaja untuk menggunakan kelemahan orang lain sebagai bahan hinaan sekaligus lelucon yang mereka anggap lucu. Tak hanya itu saja, namun ada juga mereka yang menggunakan account media sosial mereka untuk menyebarkan sesuatu yang sifatnya tidak perlu dan merusak, seperti pornografi atau sesuatu yang berbau seksual.

Mungkin di satu sisi akan ada orang yang berpendapat bahwa “Yaelah, itu sih suka-suka dia kali. Ngapain lo urusin account orang lain. Mau dia apain juga itu kan urusannya dia. Kalau lo ga suka tinggal unfollow aja napa?” atau mungkin ada juga diantara mereka yang berpendapat “Aduhhh, lihat aja sih dari sisi positifnyaa”. Lantas, apabila semua orang memiliki pola pikir yang seperti ini, kejahatan di media sosial bukannya malah berkurang, tapi justru bertambah. Bayangkan saja apabila mereka adalah account yang mencari follower, maka tentu saja mereka akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan follower sebanyak-banyaknya, termasuk dengan menggunakan cara yang tidak pantas. Lantas bagaimana mereka dapat mengkoreksi diri mereka sendiri apabila orang di sekeliling mereka tidak menegur dan justru terkesan mendukung dan menyetujui apa yang mereka lakukan?

Apabila seseorang belum dapat menggunakan media sosial dengan bijak, dan coba bayangkan apabila semua orang atau generasi muda di Indonesia menggunakan media sosial yang mayoritas diisi dengan sesuatu yang tidak bijak sama sekali, lantas diapakan masa depan bangsa ini? “Ya tinggal follow aja kan account-account yang isinya sesuatu yang berbau rohani semua, kok susah!”. Yaa, semua tidak semudah itu. Di satu sisi, semua yang postingan di media sosial yang diwarnai ketidakbijaksanaan ini bahkan sering muncul tanpa kita inginkan. Misalnya melalui iklan-iklan yang terdapat di media sosial, atau mungkin keluar di explore media sosial. Banyak sekali ketidaksengajaan yang mungkin terjadi di media sosial. Dari yang awalnya tidak bermaksud untuk membuka sesuatu yang tidak pantas, namun justru hal-hal yang seperti itu muncul dengan sendirinya. Lantas, mau diapakan generasi muda kita ini yang telah terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak perlu ini? Dan apa yang dapat kita lakukan selaku generasi muda yang mampu menggunakan media sosial secara bijak dan bertanggung jawab?

Ya, kita dapat memulai semuanya dari diri sendiri. Memulai untuk dapat menggunakan media bagi hal-hal yang sifatnya positif dan bahkan membangun orang lain di sekitar kita. Memulai untuk dapat mengendalikan diri sendiri, dan membangun tembok yang kuat bagi pertahanan diri terhadap hal-hal yang tidak perlu dan hal-hal yang harus dibuang jauh-jauh. Tak dapat kita pungkiri bahwa akan lebih susah untuk menyadarkan orang lain atas perbuataannya yang tidak bijak di media sosial, ketimbang kita harus menyadarkan diri kita sendiri untuk dapat menggunakan media sosial dengan lebih bijak.

Akhir kata, tak selamanya media sosial itu buruk, namun keputusanmu dan caramu menggunakannyalah yang pada akhirnya akan menentukan positif atau negatifnya media sosial itu. Salam bijak, Miss. J.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun